Lompat ke konten
Daftar Isi

Debt to Equity Ratio (DER): Pengertian, Rumus, dan Cara Menghitung

Formula Debt to Equity Ratio

Salah satu rasio yang perlu dipertimbangkan investor untuk melakukan analisis fundamental adalah Debt to Equity Ratio (DER). Nilai DER bisa digunakan untuk mengukur kesehatan keuangan sebuah perusahaan.

Suatu perusahaan dianggap sehat tak cuma dilihat berdasar jumlah penjualan maupun keunggulan skill pegawai yang dimiliki. Akan tetapi juga dapat dilihat dari kondisi keuangan internal. Termasuk di sini adalah penghitungan dengan membandingkan jumlah utang dengan modal yang dimiliki yang diukur oleh Debt to Equity Ratio.

Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebuah rasio keuangan yang membandingkan jumlah utang dan ekuitas atau modal suatu perusahaan. DER membantu menunjukkan bagaimana perusahaan memanfaatkan modalnya, apakah dengan meminjam uang atau mendapatkan pembiayaan.

Dalam menghitung DER, kita dapat mengetahui seberapa besar proporsi antara ekuitas dan utang yang digunakan dalam memodali aset perusahaan. Rasio ini termasuk dalam kategori rasio leverage, yang berguna untuk menilai bagaimana struktur investasi sebuah perusahaan.

Tentunya, DER sangat penting untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan. Rasio ini juga menjadi standar untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang dimilikinya.

DER termasuk dalam salah satu istilah umum dalam analisa fundamental saham.

Debt to Equity Ratio menjadi sangat penting ketika kita ingin menilai kesehatan keuangan suatu perusahaan. Jika rasio ini naik, maka hal itu menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak mengandalkan utang daripada modal sendiri. Ini menjadi tanda bahaya bagi kelangsungan perusahaan.

Biasanya, pemberi utang, kreditor, dan investor akan lebih memilih perusahaan yang memiliki rasio DER rendah. Hal ini dikarenakan risiko penurunan usaha akan lebih kecil. Oleh karena itu, perusahaan dengan Debt to Equity Ratio yang tinggi mungkin kesulitan untuk mendapatkan tambahan modal dari investor dalam bentuk utang.

Cara Menghitung Debt to Equity Ratio (DER)

Cara menghitung Debt to Equity Ratio adalah dengan membagi jumlah kewajiban utang (Liabilities) dengan ekuitas (Equity) perusahaan.

Rumus Debt to Equity Ratio adalah DER = Total Utang / Ekuitas.

Utang merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan dalam bentuk uang tunai dalam jangka waktu tertentu. Ada tiga jenis utang berdasarkan tenor pelunasannya, yaitu utang lancar, utang jangka panjang, dan utang lain-lain.

Sedangkan Ekuitas adalah hak milik pemilik dari semua aset atau kekayaan bersih perusahaan. Kekayaan bersih ini didapat dengan mengurangi total aset dengan total utang. Ekuitas bisa mencakup setoran pemilik perusahaan dan laba ditahan.

Sebagai contoh, pada kuartal II, emiten PGAS memiliki kewajiban sebesar 700,68 juta Dolar dan ekuitas sebesar 359,51 juta Dolar. Dengan rumus D/E Ratio = Total Utang / Total Ekuitas, maka perhitungannya adalah sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio = 700,68 juta / 359,51 juta = 1,94 kali

Oleh karena itu, rasio utang terhadap ekuitas (D/E Ratio) dari emiten PGAS adalah sebesar 1,94 kali.

Penerapan Nilai Debt to Equity Ratio (DER)

Umumnya, Debt to Equity Ratio yang bagus dari sebuah perusahaan atau emiten adalah sebesar 1 kali. Itu artinya total kewajibannya setara dengan total ekuitas.

Hanya saja perbandingan tersebut berlainan dari sektor yang satu dengan sektor yang lain sebab dipengaruhi perimbangan aktiva lancar dan aktiva tak lancar. Makin besar aktiva atau aset tak lancar (misalnya di sektor padat modal), maka makin besar ekuitas yang diperlukan dalam memodali pendanaan jangka panjang.

Utang lancar adalah jenis utang dengan waktu pengembalian jangka pendek yang sering dinyatakan sebagai utang yang lumrah. Lazimnya utang lancar merupakan utang yang dilakukan perusahaan yang berkenaan biaya operasi perusahaan dalam waktu pendek.

Sedangkan utang jangka panjang adalah jenis utang yang diambil perusahaan dengan tenor pengembalian yang panjang lebih dari lima tahun. Utang jangka panjang adalah kategori kewajiban yang bisa membahayakan perusahaan yang sebaiknya tak diambil. Utang jangka panjang seringnya memiliki jumlah yang besar dengan bunga yang bisa memberatkan.

Ketika kondisi utang lancar lebih tinggi dibanding utang jangka panjang, biasanya itu masih dapat ditoleransi. Akan tetapi ketika utang jangka panjang lebih tinggi dibanding utang lancar akibatnya perusahaan bisa mengalami masalah likuiditas dan keuntungan perusahaan pun bisa terpakai untuk membayar cicilan dan bunga utang.

tingkat utang perusahaan

Untuk perusahaan pada umumnya, nilai Debt to Equity Ratio yang bisa dibenarkan adalah mulai 1,5 kali sampai 2 kali. Untuk perusahaan berskala besar yang telah melakukan go public maka nilai DER dapat sampai 2 kali atau malah lebih tinggi dan tetap dikatakan normal. Akan tetapi untuk perusahan dengan skala kecil hingga menengah maka nilai itu termasuk tak normal.

Nilai Debt to Equity ratio yang tinggi berarti perusahaan itu memiliki risiko yang tinggi, karena perusahaan tersebut meningkatkan pertumbuhannya dengan utang.

Kesimpulan umum yang bisa ditarik dari nilai DER besar membuktikan jika perusahaan boleh jadi tak bisa menghasilkan uang yang memadai sehingga bisa digunakan membayar utang. Namun, Rasio Debt to Equity Ratio kecil pun berhasil sebagai bukti jika perusahaan tak bisa menggunakan pertumbuhan laba secara optimal. Kombinasikan perhitungan dengan PER untuk mendapat gambaran keuangan perusahaan yang lebih baik.

Kekurangan Analisis dengan D/E Ratio

Debt to Equity Ratio atau rasio utang terhadap ekuitas adalah metrik analisis saham yang sering digunakan oleh banyak investor. Akan tetapi, itu tidak selalu akurat. Beberapa bahkan menyarankan bahwa nilai DER yang lebih besar dari 1 diperlukan bagi emiten yang sehat.

Namun, dari hasil analisis pada emiten LQ45, ternyata perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas lebih besar dari 1 justru memiliki rata-rata Return on Equity (ROE) yang lebih besar dibanding perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas lebih kecil dari 1. Oleh karena itu, perlu dilakukan koreksi dalam penggunaan rasio ini.

Salah satu cara untuk memperbaikinya adalah dengan mempertimbangkan hanya utang yang dikenakan bunga dalam perhitungan. Bagi para investor, apabila DER menjadi salah satu indikator untuk menentukan saham yang akan dibeli, bisa saja mereka memilih saham dengan profitability rendah karena penggunaan rumus DER yang tidak tepat.

Sebenarnya, kebanyakan investor menggunakan rumus DER dengan membagi total utang dengan total ekuitas karena lebih mudah, hanya dengan mengetahui total utang dan total ekuitas. Namun, cara tersebut justru membuat penggunaan indikator Debt to Equity Ratio menjadi tidak akurat karena tidak memperhitungkan utang dengan dan tanpa bunga.

Melvern Pradana

Melvern Pradana

Melvern Pradana adalah seorang investor yang aktif menanam modal di pasar saham, cryptocurrency, P2P lending, dan reksa dana. Idolanya adalah Warren Buffett dan Peter Thiel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *