Lompat ke konten
Daftar Isi

Pullback dalam Trading

Pullback dalam trading

Dalam dunia trading, naik turunnya harga sebuah aset adalah hal yang biasa. Tugas seorang trader adalah untuk menentukan momentum yang tepat untuk melakukan transaksi beli dan jual di tengah naik turunnya harga tersebut. 

Dalam hal ini, mengidentifikasi istilah-istilah seperti pullback, retracement, dan reversal adalah hal-hal yang penting bagi trader. Sebab, apabila trader tidak mengerti mengenai ketiga istilah tersebut, bisa jadi dia gagal untuk memanfaatkan momentum atau bahkan terjebak dalam trend harga yang tidak diinginkan. 

Kali ini, penulis hanya akan membahas mengenai pullback, mengingat retracement dan reversal sudah dibahas di artikel sebelumnya. 

Pengertian Pullback

Pullback adalah kondisi dimana harga aset yang sedang mengalami trend kenaikan mengalami penurunan yang cukup panjang atau kondisi dimana harga aset yang sedang mengalami trend penurunan mendadak naik sementara waktu. 

Sedikit berbeda dengan koreksi, pullback umumnya terjadi dalam tingkat yang moderat meskipun sama-sama hanya terjadi pada jangka pendek saja. Oleh karena itu, umumnya momen pullback dimanfaatkan oleh trader maupun short seller untuk membeli aset dan masuk ke pasar. 

Pullback pada aset yang harganya sedang naik bisa jadi terjadi karena adanya trader atau investor tertentu yang memutuskan untuk take profit. Misalnya, harga sebuah saham yang baru saja merilis laporan bagus di laporan keuangannya naik akibat banyak trader yang mengincar saham tersebut. Pada titik tertentu, para trader tersebut lantas memutuskan untuk take profit dalam jumlah besar. Akibatnya, harga saham tersebut menurun cukup dalam sebelum akhirnya kembali naik lagi. 

Banyak momen pullback terjadi dengan penurunan yang cukup tajam, sehingga menembus garis support yang telah ditetapkan trader. Apabila trader tersebut kurang berhati-hati, bisa saja hal ini diidentifikasi sebagai penurunan yang lebih permanen (reversal). Akibatnya, dia bisa saja menjual asetnya (cut loss) dan kehilangan momen bagus untuk membeli. Oleh karena itu, Anda harus bisa mengidentifikasi pullback dengan hati-hati.

Cara Mengidentifikasi Pullback

Brian Dolan dalam laman Investopedia menyebutkan bahwa adanya pullback umumnya tidak berkaitan dengan aspek fundamental aset tersebut. Misalnya, harga sebuah saham mengalami penurunan lalu naik lagi (pullback), umumnya kondisi ini tidak disebabkan karena kinerja perusahaan penerbit saham tersebut sedang memburuk. 

Sebaliknya, pullback umumnya disebabkan karena banyaknya trader dan investor yang melakukan take profit. Oleh sebab itu, jika harga saham yang Anda miliki mendadak turun setelah beberapa waktu mengalami kenaikan, pastikan terlebih dahulu apakah ada penurunan kinerja atau isu miring pada perusahaan penerbit saham tersebut atau tidak. 

Perbedaan Pullback dan Reversal

Pullback dan reversal adalah dua hal yang berbeda, meskipun keduanya mengindikasikan adanya perubahan trend yang berlaku. Perbedaan antara pullback vs reversal yang pertama adalah pullback terjadi dalam waktu yang lebih pendek dan rasio yang lebih moderat dibandingkan dengan reversal. 

Perbedaan yang kedua antara pullback vs reversal adalah tidak tertutup kemungkinan reversal atau pembalikan harga terjadi karena adanya perubahan aspek fundamental pada aset tersebut. Misalnya, laporan keuangan yang menunjukkan kerugian pada keuntungan sebuah perusahaan atau adanya isu buruk yang menimpa perusahaan tersebut. 

Untuk memastikan apakah perubahan yang terjadi pada harga aset Anda adalah pullback atau reversal, maka Anda harus menggunakan indikator teknis lainnya dan memeriksa kondisi fundamental yang mendasari perubahan harga aset tersebut. 

Cara Trading Menggunakan Pullback

Asumsi dari membuka posisi saat terjadi pullback adalah harga akan kembali mengikuti trend yang semula terjadi. Misal, kalau trend yang terjadi adalah trend kenaikan harga, maka pullback terjadi ketika harga turun dan trader berekspektasi kalau harga akan kembali naik. Oleh karena itu, untuk menentukan posisi trading saat fenomena ini terjadi, Anda harus hati-hati. 

Dalam membuka posisi saat terjadi pullback, yang perlu Anda pahami adalah, pullback bisa terjadi setelah beberapa gelombang penurunan harga. Oleh karena itu, untuk membuka posisi ketika hal ini terjadi, sebaiknya Anda:

  1. Membuat garis support dan resistance yang menghubungkan titik-titik harga tertinggi dan terendah sebuah aset. Pastikan Anda membuat kedua garis ini untuk dua periode, yaitu jangka panjang dan menengah. Menurut DailyFX persilangan antara garis support dan resistance (khususnya dalam jangka panjang) dapat menunjukkan titik berakhirnya sebuah pullback. 
  2. Garis resistance atau support (tergantung dengan gaya trading Anda) jangka menengah juga bisa Anda gunakan untuk menentukan entry point. Ketika trend yang berlangsung adalah trend kenaikan harga, maka Anda bisa membuka posisi ketika harga menembus garis resistance setelah pullback terjadi. 
  3. Mengkonfirmasi pullback dengan pola candlestick. Supaya lebih mantab untuk trading pada sesi ini, Anda bisa menunggu munculnya pola candlestick dengan ekor panjang dan badan kecil, seperti pola bullish hammer, di dekat area persilangan antara garis support dan resistance. 
  4. Untuk menentukan exit point, sebaiknya Anda juga mempertimbangkan risk:reward ratio yang biasanya Anda gunakan. Biasanya, titik stop loss diletakkan tepat di bawah atau di atas perkiraan garis support. Namun, bagi short seller hal ini bisa menjadi kelemahan, sebab bisa jadi harga aset yang mereka miliki akan turun lebih dalam, sehingga mendatangkan keuntungan yang lebih besar untuk mereka. Oleh karena itu, alih-alih meletakkannya di bawah garis support begitu saja, sebaiknya Anda memperhatikan level risk:reward ratio. 

Contoh Pullback

Supaya lebih mudah memahaminya, mari kita lihat contoh gambar berikut ini:

Trading saat pullback (Sumber: DailyFX)
Trading saat pullback (Sumber: DailyFX)

Pada gambar tersebut, terlihat bahwasanya trader membuat garis support dan resistance jangka panjang untuk memperkirakan titik terakhir terjadinya fenomena ini. Ketika pullback terjadi, dia baru membuka posisi ketika titik tertinggi candlestick pertama setelah pullback menembus level harga tertinggi sebelumnya. 

Adapun untuk take profit dan cut loss, dia menggunakan risk:reward ratio 1:3+ dimana dia akan secara otomatis menjual asetnya ketika harga turun 0,4 dan akan mengambil take profit ketika harga naik hingga 1,4. Ini artinya, dia akan mengambil keuntungan jika pergerakan harga naik 3 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan level untuk stop loss. 

Agar trading Anda lebih mudah, Anda juga bisa menggunakan fitur trailing stop loss yang telah disediakan oleh pihak aplikasi. Fitur ini memungkinkan level stop loss Anda akan naik seiring dengan kenaikan harga dengan tanpa mengganggu level take profit yang Anda pilih. Dengan demikian, Anda tidak perlu berulang kali memasang stop loss secara manual ketika ada kenaikan harga.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *