Trading saham maupun forex tidak hanya mengenai kapan waktu yang tepat untuk membeli instrumen tersebut, tetapi juga kapan waktu yang tepat untuk menjualnya (exit point), sehingga trader bisa mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Waktu jual yang tepat ini bisa terjadi karena dua motif, yaitu take profit dan stop loss.
Take profit adalah level harga dimana trader menjual aset yang dimilikinya demi mendapatkan keuntungan. Adapun stop loss adalah level harga dimana trader menjual aset tersebut demi menghindar dari kerugian yang lebih dalam.
Kedua level harga untuk exit point ini harus ditentukan secara hati-hati, supaya trader tidak mendapatkan kerugian tajam atau gagal memaksimalkan keuntungan. Lantas, bagaimana cara menentukan stop loss dan take profit yang ideal? Berikut ini beberapa tipsnya:
1. Menggunakan Fixed Reward Risk Ratio
Cara pertama untuk menentukan level take profit dan stop loss yang ideal adalah dengan menggunakan fixed reward risk ratio atau rasio keuntungan dan kegagalan yang bersifat tetap. Reward risk ratio adalah rasio perbandingan kemenangan dan kekalahan trader dalam satu periode.
Misalnya, seorang day trader membuka posisi trading sebanyak 10 kali dalam satu hari. Dari 10 kali trading tersebut, 6 diantaranya mendapatkan kemenangan dan 4 sisanya mendapatkan kekalahan. Ini artinya, reward risk rasio yang dimiliki trader tersebut adalah 3:2 atau 1,5.
Fixed reward risk ratio ini dapat Anda gunakan untuk menentukan nilai take profit dan stop loss dengan cara mengalikannya dengan nilai nominal harga yang dapat Anda korbankan pada setiap trading. Misalnya, Anda membeli saham A dengan harga Rp1.000 rupiah per lembar dan toleransi risiko 10%. Ini artinya, Anda harus bersiap memasang stop loss ketika harga turun ke Rp900 per lembar dan siap take profit ketika harga naik ke level 1.150 per lembar. Angka 1.150 ini diperoleh dari hasil tambah antara 1.000 dengan 1,5 x 100.
Untuk stop loss, level fixed reward risk ratio ini dapat Anda pasang menggunakan fitur trailing stop loss, khususnya jika toleransi risiko Anda berbentuk persentase. Hal ini supaya level harga jual untuk menghindari kerugian tersebut ikut naik ketika harga mengalami kenaikan.
2. Menggunakan Fibonacci Retracement
Fibonacci retracement adalah cara untuk membuat garis resistance dan support berdasarkan golden ratio yang dibuat oleh Fibonacci. Keistimewaan dari garis resistance dan support yang dibuat menggunakan metode ini adalah sifatnya yang fleksibel mengikuti perubahan harga secara otomatis. Selain itu, dalam 1 chart bisa terdapat beberapa garis tambahan sekaligus.
Hal ini mengingat bahwasanya golden ratio dari ahli matematika ini tidak hanya berkembang menjadi dua rasio saja. Dalam menggunakan indikator ini sebagai cara untuk menentukan stop loss dan take profit yang ideal, sebaiknya Anda menggunakan rasio 0.382 dan 0.618 untuk take profit dan garis dari rasio di bawahnya sebagai level stop loss.
Supaya bisa lebih paham bagaimana cara menggunakannya, Anda bisa melihat gambar berikut ini:
Dalam gambar tersebut terdapat beberapa garis berdasarkan golden ratio. Untuk take profit, trader bisa memasang exit point ketika harga menyentuh garis 0.382 dan 0.618 (38% dan 62,8% jika di gambar), sementara stop loss yang ideal bisa di pasang pada garis di bawahnya.
3. Menggunakan Pola Harga
Meskipun baik harga saham maupun forex bergerak sesuai dengan kondisi pasar pada waktu tertentu, namun disadari atau tidak pergerakan harga ini akan membentuk pola-pola tertentu. Pola-pola ini dapat dimanfaatkan oleh trader untuk mengambil keputusan trading yang tepat guna, termasuk dalam hal penentuan level stop loss dan take profit.
Ambil saja pola triangle sebagai contoh. Pola triangle adalah pola harga yang terbentuk dari garis resistance dan support yang saling mendekat satu sama lain (konvergen). Pola ini ditandai dengan jarak antara kedua garis tersebut yang saling mengecil.
Untuk memahami bagaimana cara menentukan titik stop loss dan take profit yang ideal menggunakan pola ini, mari kita lihat gambar berikut:
Seperti yang Anda lihat bahwasanya dalam segitiga menurun di atas ada 4 titik, yaitu titik A, B, C dan D. Perlu Anda ingat juga sebelumnya bahwa dalam kasus ini, trader yang mengambil keuntungan adalah trader tipe short seller. Namun terlepas dari tipenya, cara mengambil keuntungan dan menghindari kerugian menggunakan pola ini tetap sama.
Dalam hal ini, trader dapat memasang stop loss pada titik C atau titik jarak terdekat antara garis support dan resistance. Adapun take profit diambil pada level harga D dan jarak antara titik C dan D harus sama dengan jarak antara titik A dan B.
Selain pola triangle, trader juga dapat menggunakan pola harga lain untuk menentukan level stop loss dan take profit yang ideal, seperti menggunakan pola bendera (flag) atau menggunakan pola cup and handle. Oleh karena setiap pola memiliki ciri dan bentuk yang berbeda, maka sebaiknya Anda perlu mempelajari setiap pola secara khusus.
4. Menggunakan Indikator Teknis
Saat ini ada ratusan bahkan ribuan indikator teknis berbasis olah data statistik yang digunakan dalam trading. Setiap indikator teknis memiliki ciri dan dampak tersendiri. Banyak diantara indikator teknis tersebut yang dapat digunakan sebagai acuan mematok level stop loss dan take profit yang ideal.
Contohnya adalah bollinger band. Indikator teknis yang dibuat oleh John Bollinger ini berupa 3 garis yang bergerak mengikuti pergerakan harga aset. Garis pertama dan ketiga merupakan garis bollinger atas dan bawah, sementara garis kedua yang terletak di tengah merupakan garis simple moving average (SMA).
Sederhananya, Anda dapat memasang level stop loss pada level harga yang dilewati garis SMA dan menetapkan target profit ketika harga menyentuh garis bollinger atas (jika Anda membuka long position) dan menyentuh garis bollinger bawah (jika short seller).
Namun karena pergerakan ketiga garis ini mengikuti pergerakan harga secara keseluruhan, maka Anda tetap harus mempertimbangkan risk and reward ratio, supaya sinyal jual dan beli tidak muncul sewaktu-waktu.
Selain harus merencanakan kapan level stop loss dan take profit harus dipasang, trader juga perlu mempertimbangkan kecepatan eksekusi rencana trading tersebut. Pasalnya, harga saham, forex dan aset keuangan lainnya dapat berubah hanya dalam hitungan menit dan detik. Untuk mengatasi masalah ini, Anda dapat memasang rencana exit point menggunakan limit order, dan market order jika eksekusi tersebut harus dilakukan secepatnya.