Tingkat efektivitas dan efisiensi kinerja perusahaan biasanya diukur dengan rasio aktivitas.
Dalam menjalankan sebuah bisnis, seorang pengusaha tidak saja dituntut untuk memaksimalkan pendapatan tetapi juga menekan biaya operasi. Ketika sebuah perusahaan berhasil melakukan keduanya maka perusahaan tersebut boleh dibilang sebagai perusahaan yang efektif dan efisien.
Ketahui apa itu rasio aktivitas dan bagaimana rasio ini bisa mendefinisikan efisiensi kinerja sebuah perusahaan dengan membaca artikel ini hingga akhir.
Pengertian Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah indikator keuangan untuk mengukur seberapa efisien dan efektif sebuah perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan.
Rasio aktivitas juga mengukur kemampuan perusahaan dalam mengatur persediaan produknya. Pengaturan persediaan produk berperan penting dalam menjaga keuangan sebuah perusahaan agar tetap sehat.
Bagi investor, rasio aktivitas penting sebab investor tidak ingin berinvestasi ke perusahaan yang kinerjanya tidak efektif, seperti terlalu lama menumpuk barang dagangan di gudang atau menghabiskan aset untuk keperluan yang sama sekali tidak menghasilkan pendapatan tambahan.
Jenis Rasio Aktivitas
Berikut jenis-jenis rasio aktivitas yang umum digunakan:
1. Assets turnover ratio
Assets turnover ratio (ATR) adalah matriks yang mengukur jumlah pendapatan yang bisa diperoleh oleh sebuah perusahaan atas setiap dollar aset yang mereka miliki. Secara langsung matriks ini juga mengukur efisiensi sebuah perusahaan dalam menggunakan setiap aset yang mereka miliki.
Rumus rasio aktivitas ini adalah ATR = Total penjualan / Total Aset.
Semakin besar nilai ATR, maka semakin efisien pula kinerja sebuah perusahaan. Karena itu artinya perusahaan tersebut hanya perlu menggunakan sejumlah kecil aset untuk menghasilkan pendapatan.
2. Return on equity (ROE)
Return on equity dapat diartikan sebagai tingkat potensi imbal hasil yang bisa didapatkan oleh seorang investor ketika dia memilih untuk berinvestasi pada sebuah perusahaan. Disisi lain, rasio aktivitas ini juga bisa dimaknai sebagai berapa tingkat pendapatan perusahaan yang berasal dari saham yang dimiliki oleh setiap investor yang berinvestasi di perusahaan tersebut.
Formula menghitung ROE adalah:
ROE = (Laba bersih setelah pajak) / (jumlah saham perusahaan yang beredar di pasar modal)
Umumnya perusahaan yang memiliki nilai ROE besar dianggap sebagai perusahaan yang baik. Karena itu artinya mereka mampu mengelola dana investasi yang diberikan investor dengan baik pula.
3. Cash turnover ratio (CTR)
Kas adalah salah satu aset paling penting yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Alasannya adalah kas atau uang tunai dapat segera digunakan jika dibutuhkan. Oleh sebab itu, penting kiranya menghitung kemampuan perusahaan dalam mengelola aset jenis ini sehingga bisa menghasilkan pendapatan.
Cash turnover ratio adalah rasio aktivitas yang mengukur efisiensi perusahaan dalam menggunakan uang kas yang mereka miliki sehingga uang kas tersebut dapat menghasilkan pendapatan.
Rumus rasio aktivitas ini adalah:
CTR = (Pendapatan) / (Rata-Rata uang kas yang dimiliki oleh perusahaan dalam satu periode akuntansi)
Umumnya, semakin tinggi CTR sebuah perusahaan dianggap bagus sebab itu artinya semakin sering pendapatan perusahaan mengalir dalam bentuk uang kas.
4. Account receivable turnover ratio (ARTR)
Account receivable atau piutang adalah aset paling likuid kedua yang bisa dimiliki oleh sebuah perusahaan setelah uang kas. Alasannya adalah jika perusahaan sedang membutuhkan dana tambahan, perusahaan bisa langsung menagih piutang kepada pelanggan atau pihak lain untuk mendapatkan uang tambahan tersebut.
Account receivable turnover ratio adalah rasio aktivitas yang mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk menagih piutang yang mereka miliki sehingga piutang tersebut bisa segera berubah menjadi uang kas.
Rumus rasio ini adalah:
ARTR = (Penjualan yang dibayar dengan kredit) / (Rata-rata piutang yang dimiliki perusahaan)
Alasan mengapa pembilang persamaan di atas adalah “penjualan yang dibayar dengan kredit” adalah karena tidak semua penjualan perusahaan dibayar dengan kartu kredit atau mengangsur. Banyak juga penjualan barang dagang yang dilakukan secara tunai. Namun apabila variabel ini tidak ada maka bisa menggunakan total pendapatan.
5. Inventory turnover ratio (ITR)
Barang dagang atau inventory adalah salah satu kunci kesehatan keuangan perusahaan. Artinya, semakin cepat barang dagang yang dijual sebuah perusahaan terjual maka semakin cepat dan sehat pula keuangan perusahaan tersebut.
Secara sederhana inventory turnover ratio adalah matriks aktivitas yang mengukur seberapa cepat barang dagang sebuah perusahaan terjual.
Berikut ini adalah rumus ITR:
ITR = (Harga pokok penjualan) / (Rata-rata persediaan barang dagang dalam satu periode akuntansi)
Semakin besar nilai ITR maka semakin cepat barang dagang sebuah perusahaan terjual. Hal ini karena untuk menghasilkan data harian yang komprehensif, nilai ITR harus menjadi pembagi angka 365 seperti berikut:
Perputaran barang dagang harian = 365/ITR
Contoh Rasio Aktivitas
Diketahui:
Perusahaan ABCD memiliki catatan keuangan sebagai berikut:
- Total aset = 1.300.000.000
- Total penjualan (pendapatan) = 325.000.000
- Laba bersih setelah pajak = 150.000.000
- Jumlah saham yang beredar di pasar modal= 1000.000.000 lembar
- Total kas yang tersedia pada awal periode= 175.000.000
- Total kas yang tersedia pada akhir periode = 135.000.000
- Total piutang yang tersedia pada awal periode= 15.000.000
- Total piutang yang tersedia pada akhir periode = 10.000.000
- Harga pokok penjualan (HPP) = 250.000.000
- Jumlah persediaan yang ada di gudang pada awal periode= 4.500.000
- Jumlah persediaan yang ada di gudang pada akhir periode = 3.500.000
Maka, nilai masing-masing jenis rasio aktivitas perusahaan ini adalah:
Nilai Assets turnover ratio:
ATR = Total penjualan/ Total Aset
ATR = 325.000.000/1.300.000.000
ATR = 0,25
Nilai Return on equity
ROE = Laba bersih setelah pajak / jumlah saham perusahaan yang beredar di pasar modal
ROE = 150.000.000/1000.000.000
ROE = 15%
Nilai Cash turnover ratio:
CTR = Pendapatan/Rata-Rata uang kas yang dimiliki oleh perusahaan dalam satu periode akuntansi.
CTR = 325.000.000/ ((175.000.000+135.000.000)/2)
CTR = 325.000.000/155.000.000
CTR = 2,1%
Nilai Account receivable turnover ratio:
ARTR = Penjualan/ Rata-rata piutang yang dimiliki perusahaan.
ARTR = 325.000.000/((15.000.000+10.000.000)/2)
ARTR = 325.000.000/12.500.000
ARTR = 26 kali
Nilai Inventory turnover ratio:
ITR = Harga pokok penjualan/ (Rata-rata persediaan barang dagang dalam satu periode akuntansi)
ITR = 250.000.000/((4.500.000+3.500.000)/2)
ITR =250.000.000/8.000.000
ITR = 31,25
ITR harian = 365/31,25=11,68
Dalam kasus ini perusahaan ABCD cenderung mengubah barang dagang mereka sebanyak 31,25 kali dalam setahun.