Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa Itu Security Token?

Security token

Salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh dunia cryptocurrency adalah keamanan. Aspek keamanan disini bukan hanya merupakan aspek teknis mengenai keamanan transaksi crypto saja, melainkan juga aspek keamanan yang sifatnya lebih fundamental.

Karena didesain untuk bisa diterbitkan oleh perusahaan pengembang dengan tanpa regulasi dari otoritas moneter negara manapun, cryptocurrency banyak disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu untuk membiayai kegiatan ilegal mereka. Hal ini juga membuat harga cryptocurrency bisa berubah tajam dalam waktu singkat.

Untungnya, saat ini para inventor di bidang ini telah mengembangkan aset crypto khusus yang relatif lebih aman baik segi fundamental dengan membuat aset crypto yang memiliki underlying asset. Dalam konteks coin aset crypto ini berbentuk stablecoin, sedangkan dalam konteks token, aset crypto ini berbentuk security token. 

Pengertian Security Token

Security token adalah aset crypto yang harganya mengikuti pergerakan harga aset tertentu (underlying asset). Aset tertentu ini bisa berbentuk sekuritas di pasar modal dan pasar keuangan, seperti saham atau obligasi atau berbentuk aset lain, seperti properti, komoditas dan lain sebagainya.

Berbeda dengan token biasa yang diterbitkan melalui mekanisme ICO, security token diterbitkan dalam mekanisme security token offering (STO). Hal ini karena jenis token satu ini memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan token pada umumnya. Karakteristik ini pula yang membuat STO banyak diterima oleh negara-negara yang melarang ICO. Selain Amerika Serikat, negara lain yang memperbolehkan STO antara lain, Singapura, Jepang, Hongkong, Swis, Kanada dan Inggris. 

Selain digunakan untuk mengumpulkan dana demi mengembangkan teknologi blockchain, penerbitan instrumen ini juga bisa bermanfaat bagi perusahaan atau pemerintah yang ingin menambah dana segar ke dalam keuangan mereka untuk membiayai operasional.

Jenis Security Token

Menurut aset yang dijadikan dasar, instrumen ini dapat dibagi menjadi:

  1. Equity token. Token yang menjadikan saham sebagai instrumen acuan. Sama seperti investor saham pada umumnya, pemilik token jenis ini juga berhak mendapatkan dividen atau hak voting atau bahkan keduanya. 
  2. Debt token.  Token yang menjadikan obligasi sebagai instrumen acuan. Sama seperti investor obligasi pada umumnya, pemilik token jenis ini juga berhak mendapatkan kupon, pembayaran lunas pada tanggal jatuh tempo dan klaim atas aset perusahaan jika perusahaan tersebut pailit. 
  3. Asset-backed token. Adalah token yang menjadikan aset di dunia nyata selain obligasi dan saham untuk menjadi instrumen acuan. Aset ini bisa berupa proyek properti, barang tambang atau aset di pasar komoditas lainnya. 

Perbedaan Security Token dan Utility Token

Meskipun sama-sama aset crypto, namun security token berbeda dengan utility token. Berikut ini beberapa perbedaannya:

  1. Adanya underlying asset. Seperti yang disebutkan di atas, aset crypto ini memiliki aset di pasar modal, keuangan atau pasar komoditas yang dijadikan dasar, sehingga pergerakan harganya mengikuti pergerakan harga aset tersebut dan sedikit banyak jadi lebih stabil dibandingkan dengan token biasa. Di sisi lain, utility token diterbitkan dengan tanpa aset yang mendasari. Akibatnya, pergerakan harga jenis token ini murni karena perubahan permintaan dan penawaran, serta bisa berubah tajam hanya dalam waktu singkat. 
  2. Faktor regulasi. Salah satu hal yang membuat STO lebih mudah diterima oleh otoritas negara dibandingkan ICO adalah karena adanya kecocokan antara security token dengan sekuritas biasa, sehingga pemerintah tinggal mengubah atau merevisi peraturan tentang sekuritas terkait supaya bisa diperdagangkan dalam bentuk aset crypto. Selain itu, regulasi instrumen ini juga relatif lebih kuat dibandingkan dengan utility token. Pasalnya, sekuritas yang dijadikan dasar harga aset ini adalah instrumen investasi yang dijaga ketat oleh pemerintah sebuah negara dan bisa jadi terdapat perbedaan aturan investasi antara satu negara dengan negara lainnya. Akibatnya mau tidak mau operasional security token juga harus mengikuti peraturan transaksi sekuritas di negara tersebut.
  1. Faktor keamanan. Regulasi yang lebih ketat, dan adanya underlying asset membuat token jenis ini secara teoritis relatif lebih aman dibandingkan dengan utility token. Namun demikian, kedua hal tersebut di atas juga membuat analisis terhadap perubahan harga security token juga lebih banyak. Pasalnya, investor juga harus mempertimbangkan faktor-faktor terkait kebijakan dan kondisi ekonomi negara terkait. 
  2. Potensi keuntungan. Pada penjabaran di atas jelas bahwasanya investor security token berhak atas hal-hal yang umumnya hanya diperoleh oleh investor di pasar modal saja, seperti dividen atau kupon. Hal ini tentu berbeda dengan utility token yang keuntungannya umumnya berpusat pada capital gain saja di samping keuntungan dari penggunaan token tersebut untuk berbagai fungsinya. 

Kelebihan Security Token

Apabila pada poin sebelumnya Anda telah mengetahui keuntungan investasi pada security token dibandingkan utility token, maka berikut ini beberapa manfaat investasi pada aset digital ini dibandingkan dengan membeli atau menerbitkan instrumen keuangan lain secara langsung:

  1. Transparansi. Salah satu poin penting yang ditawarkan oleh aset crypto adalah transparansi. Dalam hal ini, pengguna dapat memantau transaksi melalui smart contract yang muncul setelah transaksi, terlepas dari anonimitas pengguna tersebut dan partner transaksinya. 
  2. Proses settlement yang lebih cepat. Proses settlement atau kliring dalam transaksi aset di dunia nyata seringkali memakan waktu yang cukup lama. Dalam transaksi saham misalnya, investor perlu menunggu proses kliring 2 sampai 7 hari kerja. Proses ini tentu akan lebih lama jika yang dijual adalah aset komoditas, seperti emas. Teknologi blockchain dan cryptocurrency menawarkan proses settlement yang terautomasi, sehingga transaksi yang dilakukan investor dapat selesai lebih cepat. 
  3. Perdagangan 24/7. Bursa efek negara manapun hanya buka selama 8 jam pada hari kerja, termasuk Bursa Efek Indonesia yang hanya buka untuk investor sejak pukul 9.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB pada hari Senin-Jumat. Sabtu dan Minggu serta tanggal merah libur. Jam operasional ini tidak berlaku bagi perdagangan aset crypto, termasuk security token. 
  4. Hemat. Proses STO atau penawaran perdana security token disebut-sebut lebih hemat biaya dibandingkan dengan IPO atau penawaran saham perdana. Pasalnya, penerbitan token ini tidak mengharuskan perusahaan untuk menyewa tim ahli, seperti perusahaan sekuritas, auditor atau tim hukum untuk menerbitkan sekuritas mereka. 

Contoh Security Token

Dengan nilai kapitalisasi pasar lebih dari 15,48 triliun USD, berikut ini beberapa contoh instrumen ini yang paling populer:

  1. EGX
  2. BOSS
  3. TZROP
  4. MSTO
  5. INX
  6. FST
  7. SiriHubA
  8. CRL
  9. BCAP
  10. Spice

Meskipun banyak memiliki manfaat untuk investor, trader dan perusahaan serta telah dilegalkan oleh berbagai negara di dunia, penerbitan security token di Indonesia sendiri masih belum legal dan harus dikaji lebih lanjut.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *