Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa itu Tick?

Tick

Saat Anda membuka order dan bid book pada aplikasi investasi yang Anda gunakan, Anda akan menyadari bahwasanya saham dengan harga Rp 2.100 tidak akan dibeli dengan harga Rp 2.199 atau Rp2099. Sebab, hal ini berkaitan dengan peraturan bursa yang bernama fraksi saham atau yang disebut juga dengan tick. 

Pengertian Tick

Tick adalah ukuran maksimum dan minimum pergerakan harga instrumen investasi. Pada contoh di atas misalnya, saham dengan harga Rp 2.100 memiliki minimum tick sebesar 10, sehingga pembeli dan penjual harus memasukkan harga jual beli pada angka kelipatan 10, seperti 2010, 2020, 2110 dan seterusnya. 

Tick pada pasar saham berbeda dengan tick pada pasar forex maupun komoditas. Tick pada pasar saham di Indonesia juga berbeda dengan tick pada pasar saham di luar negeri, khususnya Amerika Serikat. Tick pada pasar forex seringkali disebut dengan  percentage of point (PIP)

Berbeda dengan tick pasar saham yang umumnya merupakan bilangan bulat atau satu angka di belakang koma, 1 pips adalah perubahan angka pada urutan ke-4 setelah koma. Misalnya, 1 rupiah sama dengan 0,00078 dolar Amerika Serikat. Maka, perubahan harga dikatakan satu pips jika nilai tukar rupiah ke USD naik dari 0,00078 menjadi 0,00088. 

Tick di Pasar Saham Indonesia

Nilai tick untuk setiap saham ditentukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai ini ditentukan berdasarkan dengan harga masing-masing saham. Tujuannya adalah untuk menghindari terjadinya spekulasi harga. Saat ini ada 5 kelompok tick di pasar modal Indonesia, yaitu:

Harga sahamFraksi hargaContohTick naikTick turunMaksimum perubahan 
50-200115415515310
200-500243243643420
500-2000551552051050
2000-500010300030102990100
>500025667567006750250

Ini artinya, pada saham dengan harga 50-200, antrian pada bid-offer book bisa jadi hanya naik turun 1 atau 2 rupiah saja. Sedangkan untuk harga saham 200-500, naik turun harga pada kolom bid dan offer bisa urut naik 2 turun 2 atau lompat naik 4 turun 4 dan seterusnya. Jika Anda memasukkan harga jual maupun harga beli sesuai dengan ketentuan fraksi di atas, maka Jakarta Automated Trading System (JATS) secara otomatis akan menolak permintaan trading Anda. 

Tick saham bisa berubah dari satu kelompok fraksi ke kelompok fraksi lainnya apabila batas harga maksimum dan minimum pada setiap fraksi harga sudah terlampaui. Misalnya, harga saham A awalnya Rp195 rupiah per lembar, setelah naik 1 per 1 dari 195 ke 196, 197 dan pada akhirnya tembus ke 200, maka selanjutnya tick kenaikan harga saham tersebut bergerak dari 200 ke 202, 204 dan seterusnya.

Tick di Pasar Modal Amerika Serikat

Menurut laman investopedia, sejak tahun 2005, Securities and Exchange Commission (SEC, semacam OJK) menerapkan sistem tick yang disebut dengan sub-penny rule. Dalam sistem ini, saham dengan harga di atas $1 memiliki nilai tick $0,01 sementara saham yang harganya kurang dari $5 memiliki nilai tick $0,0001. Sama seperti pasar modal Indonesia, perbedaan nilai tick antar saham ini ditujukan supaya saham yang kurang likuid bisa memiliki likuiditas yang lebih tinggi. 

Fungsi dan Manfaat Tick

Adanya sistem tick ini memiliki banyak fungsi dan manfaat bagi pasar modal di Indonesia. Berikut ini di antaranya:

1. Menjaga stabilitas harga

Dengan adanya sistem tick, harga sebuah saham akan naik atau turun secara perlahan-lahan. Sebab, umumnya tick pada bid dan offer book dituliskan secara berurutan. Artinya, jika harga sebuah saham adalah Rp208, maka kalau naik angka selanjutnya kemungkinan besar 210. Kalaupun ada naik dari 208 ke 212, umumnya hanya terjadi saat pembukaan harga dimana pasar masih relatif sepi dan cukup volatile. 

Hal ini juga berakibat pada pencegahan tindakan spekulasi dan fraud lainnya. Sebab dengan adanya tick, sudah dipastikan kalau kenaikan atau penurunan harga saham tidak hanya akibat dari tindakan seorang trader saja, melainkan memang banyak orang yang sedang memperjualbelikan instrumen tersebut. 

2. Melindungi investor dan trader ritel

Investor dan trader dengan modal besar, seperti investor institusi lebih mudah menggerakkan harga. Dengan adanya sistem tick ini, diharapkan perubahan harga akibat adanya transaksi besar dari investor institusi bisa lebih terukur, sehingga investor dan trader ritel dapat terlindungi. 

3.  Meningkatkan likuiditas pasar modal

Pada akhirnya, sistem pasar modal yang berhasil melindungi investor ritel akan mendorong lebih banyak orang untuk berinvestasi saham. Semakin banyak investor, maka semakin likuid (ramai) pula sebuah pasar modal. 

4. Sebagai acuan untuk take profit dan stop loss

Bagi investor dan trader, sistem tick ini bisa menjadi salah satu acuan penentuan entry dan exit point serta take profit dan stop loss. Hal ini khususnya untuk swing trader yang mengandalkan keuntungan minimum dalam setiap transaksi dan memaksimalkan keuntungan menggunakan volume transaksi yang besar. 

Karena setiap saham memiliki tick yang berbeda, investor dan trader juga perlu menentukan take profit dan stop loss yang sesuai dengan peraturan tick tersebut. Misalnya, ketika harga saham B adalah sebesar 1000 rupiah per lembar, maka level take profit harus merupakan kelipatan angka 5, entah itu 1020, 1030 dan seterusnya. Jangan sampai Anda menentukan take profit sebesar Rp 1018 atau 1017, karena tidak akan tercapai. 

5. Untuk menentukan biaya transaksi

Tick, khususnya pada pasar forex juga digunakan untuk menentukan besaran biaya transaksi atau yang disebut dengan spread. Spread adalah selisih antara bid dan ask price pada perdagangan forex. Hal ini bisa jadi juga akan diterapkan jika Anda trading saham luar negeri menggunakan aplikasi trading komoditas. 

Aturan pada pasar saham dan instrumen investasi lainnya ditujukan supaya pasar instrumen tersebut bisa berjalan dengan transparan, netral dan adil. Begitu pula dengan adanya sistem tick ini. Selain tick, ada banyak aturan pasar modal lain yang perlu Anda pahami. Terus baca Investbro untuk memahami semuanya ya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *