Istilah uang dingin sering sekali digunakan dalam perencanaan keuangan dan investasi. Bahkan investasi disebut sebut harus menggunakan uang dingin. Tapi, apakah Anda paham apakah yang dimaksud dengan uang dingin itu dan mengapa investasi harus menggunakan uang dingin? Simak artikel ini hingga akhir ya.
Pengertian Uang Dingin
Uang dingin adalah uang yang tidak dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik itu makan, minum, bayar kontrakan, biaya sekolah dan lain-lain.
Contohnya:
Nama Anggaran | Jumlah Anggaran | Saldo |
Gaji Suami | 2,100,000 | 2,100,000 |
Gaji Istri | 1,800,000 | 3,900,000 |
Cicilan KPR | 1,500,000 | 2,400,000 |
Listrik Bulanan | 350000 | 2,050,000 |
Air PDAM | 100,000 | 1,950,000 |
Biaya makan 1 bulan | 1,000,000 | 950,000 |
Bensin 1 bulan | 400,000 | 550,000 |
Tabungan/Dana Darurat | 275,000 | 275,000 |
Investasi | 275,000 | 0 |
Pada contoh di atas, terlihat bahwasanya sebuah keluarga tanpa anak memiliki pendapatan sebulan 3,9 juta rupiah. Setelah dikurangi biaya cicilan rumah, biaya makan dan lain-lain ada sisa dana sebesar 550 ribu.
Sisa dana inilah yang disebut sebagai uang dingin. Dalam contoh keluarga yang memiliki gaji UMR tersebut, sisa uang 550 ribu tadi dialokasikan ulang ke dalam dua pos yaitu tabungan untuk dana darurat dan investasi untuk mempersiapkan kehadiran anak masing-masing sebesar 275.000 rupiah.
Uang Dingin Untuk Pekerja Informal
Contoh di atas adalah contoh pengaturan keuangan untuk karyawan biasa. Lalu, bagaimana jika Anda adalah pekerja informal seperti penjaja bakso keliling, pedagang pasar dan lain-lain yang notabene penghasilannya bukan dari gaji bulanan tapi dari pendapatan harian?
Secara konsep uang dingin masih tetap uang yang tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, dalam kasus seperti ini, Anda harus rajin mencatat penghasilan dan pengeluaran harian Anda.
Contoh:
Nama Akun | Debit | Kredit |
Penjualan bersih bakso | 250,000 | |
Harga pokok penjualan bakso | ||
Persediaan awal | 75,000 | |
Pembelian | 100,000 | |
Persediaan tersedia untuk dijual | 175,000 | |
Persediaan akhir | 0 | |
Harga pokok penjualan | 175,000 | |
Laba bersih harian | 75,000 |
Tabel di atas adalah contoh penghitungan laba harian untuk penjual bakso gerobak. Dari contoh tersebut terlihat bahwasanya dalam satu hari, seorang penjual bakso gerobak memperoleh laba sebanyak 75,000 rupiah pada tanggal 7 Januari.
Laba tersebut kemudian dibagi lagi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti, membeli bahan makanan dan membayar sekolah anak dengan rincian sebagai berikut:
Nama Pengeluaran | Jumlah Pengeluaran | Saldo |
Pendapatan tanggal 7 | 75,000 | |
Beli Beras | 10,500 | 64,500 |
Bayam 3 ikat | 7,500 | 57,000 |
Kelapa 1 butir | 5,000 | 52,000 |
Telur 1 Kg | 22,000 | 30,000 |
Garam 1 bungkus | 1,000 | 29,000 |
Bawang putih | 5,000 | 24,000 |
Bawang merah | 6,000 | 18,000 |
Uang saku anak | 5,000 | 13,000 |
Setelah dikurangi belanja harian, maka jumlah laba bersih yang tersisa adalah 13,000 rupiah. Uang 13,000 inilah yang disebut dengan uang dingin bagi pekerja informal atau pekerja harian. Namun karena dibayar per hari, maka jumlah uang dingin pekerja harian dan informal relatif tidak tetap setiap harinya.
Mengapa Investasi Menggunakan Uang Dingin
Investasi adalah transaksi yang memang menawarkan keuntungan cukup tinggi tapi resikonya juga tidak kalah tinggi. Contohnya, harga saham hari ini bisa saja 100,000 tapi esok hari bisa turun sampai 90,000.
Oleh sebab itu, investasi harus menggunakan uang dingin supaya jika harga instrumen yang dibeli sedang anjlok, turunnya harga instrumen tersebut tidak berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan sehari hari.
Mari kita ambil contoh pertama di atas. Katakanlah bulan tersebut mereka baru berinvestasi sebesar 275,000. Apabila bulan depan nilai tersebut berkurang jadi 250,000 kebutuhan sehari-hari mereka tidak akan terganggu. Sebab, mereka sudah punya alokasi sendiri untuk makan, minum dan bayar cicilan.
Bagaimana Cara Berinvestasi Menggunakan Uang Dingin
Dalam teorema ini, kita secara tidak langsung tahu bahwa investasi harus menjadi prioritas terakhir setelah kebutuhan sehari hari terpenuhi. Lalu, bagaimana jika ada orang yang takut alokasi investasinya terlanjur dipakai untuk beli barang macam-macam atau pendapatannya bersifat harian seperti contoh kedua?
Jika Anda adalah orang yang seperti ini, maka Anda bisa melakukan satu atau lebih dari beberapa cara berikut:
- Memanfaatkan fitur auto debit dari aplikasi investasi sehingga pendapatan Anda secara otomatis akan dikurangi alokasi investasi. Kelemahannya adalah, jika pendapatan Anda bersifat harian Anda harus sering-sering setor dana ke dompet digital atau mobile banking.
- Mengetahui secara rinci perilaku konsumsi Anda. Dalam artian sebelumnya Anda tahu kira-kira dalam sebulan berapa biaya yang Anda perlukan untuk makan dan lain-lain sehingga Anda bisa langsung membayar alokasi investasi begitu gaji cair. Disinilah pentingnya catatan keuangan harian.
- Dana dingin ditaruh di dompet yang berbeda dengan dompet kebutuhan sehari hari selama beberapa hari sebelum kemudian dibelikan aset investasi.
Risiko Meminjam Uang Untuk Investasi dan Trading
Sebenarnya, boleh-boleh saja menggunakan uang hasil pinjaman (uang panas) untuk investasi. Tapi, investasi seperti ini ada tambahan risikonya. Tambahan risiko investasi tersebut adalah:
1. Risiko penurunan nilai aset investasi
Misalnya, Anda meminjam uang 100,000 untuk dibelikan saham sebanyak 100,000 juga dengan harapan dalam 1 bulan kedepan, harga saham tersebut naik jadi 110,000. Jadi, ketika dicairkan, Anda masih bisa membayar utang sekaligus mendapat laba 10,000.
Tapi ternyata harga saham tersebut dalam 1 bulan malah anjlok sampai mencapai harga 90,000. Pada tahap ini jangankan dapat laba, uang hasil penjualan saham tersebut bahkan tidak cukup untuk bayar utang.
Contoh ini masih ringan sebab perubahan harga sahamnya masih 10,000 rupiah. Coba bayangkan kalau Anda pinjam uang 10,000,000 dan ruginya jadi 1,000,000. Tentu lebih repot bukan?
2. Risiko pembayaran bunga
Tidak seperti contoh nomor 1 di atas, pinjaman bank seringkali harus dikembalikan dalam jumlah yang lebih tinggi dari pinjaman pokoknya. Jadi, jika Anda pinjam 100,000, Anda harus mengembalikan uang tersebut sebanyak 105,000 atau 110,000 (modal awal +10%).
Artinya, Anda juga harus pandai-pandai cari aset investasi yang tingkat imbal hasilnya lebih tinggi daripada bunga bank. Misalnya, aset tersebut menjanjikan imbal hasil sebanyak 120,000 (modal awal +20%).
Dengan demikian, Anda masih bisa membayar lunas utang sekaligus memperoleh laba 10,000. Tapi, jika harga saham tersebut turun dari 100,000 ke 90,000, Anda bukan hanya harus membayar pokok pinjaman sebanyak 100,000 tapi juga sekalian membayar bunga pinjaman 10,000. Jadi, kerugian investasi Anda lebih besar 10,000 rupiah dari yang seharusnya.
Kalaupun Anda meminjam uang ke saudara dan tidak dibebani bunga pinjaman, utang Anda berpotensi merusak hubungan persaudaraan Anda dengan mereka. Oleh sebab itu, pastikan Anda hanya menggunakan uang dingin untuk berinvestasi.