Lompat ke konten
Daftar Isi

Value Trap Saham: Penyebab dan Cara Menghindarinya

value trap saham

Salah satu tips investasi saham yang diberikan oleh Warren Buffett adalah memilih saham yang memiliki valuasi harga lebih rendah dibandingkan dengan nilai intrinsiknya. Biasanya, indikator keuangan yang digunakan untuk menilai valuasi harga tersebut adalah price to book value (PBV) dan price to earning ratio (PER)

Hal ini dengan harapan kalau harga saham tersebut akan naik mendekati nilai valuasi wajarnya, sehingga keuntungan yang didapatkan bisa maksimal. Namun ada kalanya juga, harga sebuah saham justru akan turun atau bahkan delisting dari bursa meskipun Anda sudah membelinya dengan harga yang murah. Kondisi seperti ini disebut dengan value trap saham.

Ketahui apa itu value trap saham, ciri-cirinya dan bagaimana cara menghindarinya dengan membaca artikel berikut ini:

Pengertian Value Trap Saham

Value trap saham adalah saham yang memiliki nilai valuasi yang rendah namun memiliki nilai intrinsik yang rendah pula. Seperti yang telah disebutkan di atas, membeli saham jenis ini berpotensi membuat investasi yang Anda lakukan merugi, entah itu karena nilainya terus menurun atau karena saham tersebut delisting dari bursa. 

Oleh karena itu, saham jenis ini sebaiknya dihindari meskipun harganya tiba-tiba meningkat cukup tajam di pasaran. Lalu bagaimana cara menghindari jebakan value trap? Pertama, Anda bisa mengetahui ciri-cirinya di bawah ini:

Ciri-Ciri Value Trap Saham

1. Laba bersih lebih besar dibandingkan laba kotor

Dilansir dari laman YouTube Jonathan Thamrin, Salah satu ciri value trap saham adalah laba bersih yang bernilai lebih besar dibandingkan dengan laba kotor. Padahal seharusnya, nilai laba kotor harus lebih besar dibandingkan dengan laba bersih. Hal ini karena laba kotor masih harus dikurangi dengan beban biaya yang terkait dengan operasi maupun biaya lainnya. 

Nilai laba bersih yang lebih besar dibandingkan dengan laba kotor menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki sumber pendapatan lain di luar operasional yang cukup besar. Meskipun menguntungkan, namun pendapatan lain di luar operasional tersebut belum tentu akan ada di masa depan, sehingga keberlanjutan kinerja perusahaan dapat dipertanyakan. 

2. Laba positif tapi arus kas negatif

Ciri yang kedua adalah laba perusahaan tersebut menunjukkan nilai yang positif, namun arus kas, khususnya arus kas dari operasional malah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun nilai laba perusahaan bagus, namun belum ada uang kas sejumlah laba tersebut yang masuk ke dalam kas perusahaan. Padahal, uang kas tersebut penting untuk memutar roda bisnis perusahaan tersebut

3. Kinerja keuangan mengalami penurunan

Salah satu ciri value trap saham yang dapat dengan “mudah” ditemukan adalah kinerja fundamental yang terus menurun dari tahun ke tahun. Meskipun tidak hanya terbatas pada pendapatan dan laba, namun pendapatan dan laba perusahaan adalah indikator yang paling mudah ditemukan dan digunakan untuk menelisik ciri ini. 

Caranya adalah, kumpulkan data pendapatan dan laba perusahaan dalam 5 atau 10 tahun berturut-turut dan lihat trend-nya. Apabila secara garis besar trend saham tersebut menunjukkan penurunan, maka wajar apabila dalam waktu yang sama valuasi perusahaan tersebut terus menurun juga.

4. Tidak diminati oleh investor besar

Ciri value trap saham lain yang patut Anda pertimbangkan adalah saham tersebut tidak diminati oleh investor besar atau yang juga disebut dengan investor bandar. Asumsinya adalah, dengan tingginya nilai investasi yang akan dimasukkan dan banyaknya sumber daya yang dimilikinya, investor bandar tentu akan memilih saham dengan kinerja fundamental yang baik. 

Oleh karena itu, penting juga bagi Anda untuk memiliki aplikasi bandar detector, supaya apapun pergerakan dari investor bandar, Anda akan tetap tahu. Hanya saja, teknik bandarmology seperti ini tidak seharusnya digunakan secara mandiri.

5. Memiliki top management yang kurang meyakinkan

Untuk menghindari jebakan value trap, Anda tidak hanya harus melihat data keuangan perusahaan, tetapi juga melihat kapabilitas orang-orang dibalik operasional bisnis perusahaan tersebut. Data-data mengenai top management ini bisa Anda lihat di laporan tahunan perusahaan terkait. 

Perusahaan yang kredibel tentunya memiliki jajaran direksi dan komisaris yang kredibel juga baik itu dari segi pendidikan, pengalaman maupun dari sisi kepribadian. Sebab sentimen baik maupun buruk yang menimpa seorang direktur perusahaan mau tidak mau juga akan mempengaruhi valuasi dari perusahaan tersebut. 

Selain 5 ciri di atas, Anda juga harus mempertimbangkan potensi bisnis perusahaan. Cek berita nasional maupun internasional terkait peluang bisnis tersebut kedepannya. Apabila ternyata potensi bisnis perusahaan tersebut diperkirakan kurang bagus oleh para ahli atau perusahaan kurang inovasi, maka hindari untuk membelinya. 

Cara Menghindari Value Trap Saham

1. Tidak terpaku pada harga

Angka memiliki cerita, begitu pula dengan harga saham yang Anda lihat di layar aplikasi investasi atau di Google. Bagi investor jangka panjang, melihat cerita dibalik angka tersebut adalah hal yang sangat penting, mengingat Anda akan memegang saham tersebut untuk waktu lama. 

Lakukan riset untuk mengetahui cerita di balik angka tersebut dengan cara membaca laporan keuangan dan tahunan perusahaan, serta berita terkait dengan perusahaan tersebut. Semakin banyak dan teliti Anda membaca cerita dibalik angka, maka semakin mudah Anda terhindar dari jebakan value trap. 

2. Lebih teliti dalam membaca laporan keuangan perusahaan

Salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh investor adalah tidak membaca laporan keuangan perusahaan dari sisi pendapatan dan laba bersih saja. Variabel antara pendapatan dan laba bersih serta laporan lain selain laporan laba rugi juga penting. 

Seperti yang tertulis di bagian ciri pertama di atas, ada kalanya laba kotor perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan laba bersihnya. Hal ini menunjukkan adanya penambahan laba yang bisa jadi tidak berkelanjutan di masa depan. Selain itu, investor juga harus membaca laporan arus kas dan laporan lainnya untuk mengetahui sustainabilitas kinerja perusahaan. 

3. Melakukan analisis fundamental secara vertikal dan horizontal

Analisis fundamental secara vertikal adalah analisis keuangan perusahaan yang sama dari waktu ke waktu. Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perkembangan kinerja perusahaan tersebut dalam periode waktu tertentu. Biasanya, durasi periode waktu yang digunakan dalam analisis ini adalah selama 5 atau 10 tahun. 

Adapun analisis fundamental secara horizontal adalah analisis keuangan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama dalam satu waktu. Tujuannya adalah untuk membandingkan kinerja perusahaan tersebut dengan kinerja industrinya dan menentukan apakah valuasi perusahaan tersebut wajar atau tidak. 

Untuk memahami analisis fundamental vertikal maupun horizontal, investor perlu memahami berbagai indikator keuangan di luar PBV dan PER ratio. Ketahui pengertian berbagai indikator keuangan dan cara menggunakannya dengan subscribe artikel Investbro!

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *