Untuk menjadi seorang investor yang sukses, Anda harus bisa melakukan analisis risiko terhadap setiap instrumen investasi yang Anda pilih. Selain itu, Anda juga harus bisa melakukan diversifikasi portofolio, supaya ketika terdapat penurunan nilai dalam instrumen investasi yang dipilih, Anda masih bisa mendapatkan keuntungan dari instrumen yang lainnya.
Salah satu strategi yang bisa Anda coba dalam diversifikasi portofolio dan manajemen risiko ini adalah barbell strategy. Simak selengkapnya berikut ini:
Definisi Barbell Strategy dalam Investasi
Barbell strategy adalah strategi investasi yang dilakukan dengan cara membeli instrumen investasi berbeda yang keduanya memiliki perbedaan risiko ekstrim. Misalnya, satu instrumen investasi dengan risiko sangat rendah, seperti saham blue chip satu lagi instrumen investasi dengan risiko sangat tinggi, seperti saham gorengan.
Strategi ini pertama kali dipopulerkan oleh Nassim Nicholas Taleb, seorang trader yang juga ahli matematika yang berhasil sukses di dunia investasi dan trading pada tahun 2008. Ketika itu, Taleb menginvestasikan 95% uangnya ke instrumen risiko rendah, seperti emas dan 5% sisanya ke instrumen risiko tinggi, seperti saham startup.
Dengan demikian, ketika saham startup tersebut merugi, Taleb masih memiliki 95% aset di instrumen investasi yang aman meskipun return-nya rendah. Sebaliknya, jika saham startup tersebut berkembang pesat, maka keuntungan yang diperoleh oleh Taleb juga akan besar.
Cara Kerja Barbell Strategy
Barbell strategy banyak digunakan di obligasi. Sederhananya, investor yang menggunakan strategi ini akan memilih 2 obligasi yang memiliki risiko tinggi dan rendah sekaligus. Obligasi dengan risiko tinggi umumnya dijabarkan sebagai obligasi dengan tenor lebih dari 10 tahun (jangka panjang), berasal dari korporasi dan memiliki imbal hasil (return) yang tinggi juga.
Selain karena risiko terkait perusahaan penerbit obligasi tersebut, obligasi jangka panjang juga memiliki risiko tinggi karena investor bisa terkena imbas dari perubahan suku bunga. Jika suku bunga naik, obligasi jangka panjang tidak bisa serta merta dijual dan diganti dengan obligasi lain yang lebih baru. Jika suku bunga turun dan obligasi tersebut memiliki sistem floating rate, maka imbal hasilnya akan turun juga.
Di sisi lain, obligasi jangka pendek (tenor kurang dari 3 tahun) seringkali dianggap memiliki risiko yang rendah karena bisa segera dijual dan diganti dengan obligasi baru apabila ada kenaikan suku bunga acuan. Tapi, return dari investasi surat berharga ini juga relatif rendah.
Dengan memiliki dua instrumen ini sekaligus, investor dapat segera menjual obligasi jangka pendek miliknya, tapi tetap mendapatkan keuntungan investasi jangka panjang meskipun ada perubahan suku bunga acuan.
Kelebihan Barbell Strategy
1. Mengurangi risiko investasi
Barbell strategy dapat membantu Anda mengurangi risiko investasi. Misalnya, Anda memiliki uang sebesar Rp1.000.000 yang kemudian dibagi 2, Rp500.000 ke saham blue chip dapat 1 lot dan Rp500.000 (harga Rp5.000 per lembar) ke saham yang baru IPO dapat 5 lot (harga Rp1.000). 1 bulan kemudian, harga saham blue chip tersebut naik 5% saja menjadi Rp525.000, sementara harga saham IPO tersebut turun 10% menjadi 900 per lembar atau jadi Rp450.000 untuk 5 lot. Jadi, Anda hanya akan merugi Rp25.000, lebih rendah dibandingkan yang seharusnya (Rp50.000).
2. Memaksimalkan keuntungan investasi
Sebaliknya, barbell strategy juga dapat membantu Anda memaksimalkan keuntungan investasi. Misalnya, dua saham di atas naik 5% (blue chip) dan 10% (saham IPO) dari nilai awalnya. Maka, dari saham blue chip, Anda akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp25.000, dan dari saham IPO, Anda juga akan mendapat kan keuntungan Rp50.000. Akibatnya, total keuntungan yang bisa Anda kumpulkan adalah Rp75.000.
Namun ingat, dalam menggunakan strategi barbel ini, Anda harus bisa menentukan alokasi yang tepat pada masing-masing instrumen investasi. Sederhananya, jika Anda ingin lebih fokus melindungi modal, maka sebagian besar modal investasi Anda harus dialokasikan ke instrumen risiko rendah. Sebaliknya, jika fokus Anda adalah mencari keuntungan, maka sebagian besar modal harus dialokasikan ke instrumen risiko tinggi.
3. Lebih fleksibel
Dalam kasus investasi obligasi, penggunaan strategi barbel ini menawarkan fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan membeli obligasi jangka panjang saja. Seperti yang telah dibahas di atas, dengan membeli dua instrumen ini sekaligus, investor bisa lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan suku bunga acuan.
Tidak hanya itu, fleksibilitas ini juga terkait dengan risiko likuiditas investor. Investor dengan likuiditas terbatas bisa menjual obligasi jangka pendek miliknya pada tanggal jatuh tempo untuk mendapatkan tambahan uang kas.
Kekurangan Barbell Strategi
1. Kurang cocok untuk tujuan keuangan jangka menengah
Seperti yang telah disebutkan di atas, obligasi yang dipilih untuk barbell strategy adalah obligasi jangka panjang (10 tahun ke atas) dan obligasi jangka pendek (3 tahun ke bawah) dan tidak membeli instrumen dengan target menengah. Oleh karena itu, strategi ini kurang cocok untuk Anda, jika Anda ingin berinvestasi untuk memenuhi tujuan keuangan jangka menengah (sekitar 5 tahun).
2. Membutuhkan strategi investasi aktif
Hal ini dalam artian, untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, entah itu keuntungan yang besar dan atau risiko minimum, Anda harus aktif mengelola portofolio investasi Anda. Jangan biarkan investasi ini berjalan begitu saja seperti Anda membeli obligasi jangka panjang atau reksadana pasar uang saja.
Pantau terus suku bunga dan harga saham terkini untuk memastikan pilihan obligasi dan saham Anda sesuai dan tidak perlu dijual.
Cara Menerapkan Barbell Strategy dalam Investasi
Berikut ini langkah-langkah menerapkan strategi barbel ini:
- Tentukan instrumen investasi yang akan dipilih. Meskipun memiliki risiko tinggi, pastikan instrumen investasi tersebut kokoh dalam hal fundamental, untuk meminimalisir risiko.
- Tentukan proporsi modal yang akan dikeluarkan untuk membeli masing-masing instrumen. Jika Anda ingin melindungi diri dari kerugian berlebihan, maka proporsi pada instrumen aman harus lebih banyak. Tapi, jika fokus Anda adalah memaksimalkan keuntungan, maka proporsi pada instrumen risiko tinggi lebih banyak.
- Pantau kinerja instrumen investasi secara berkala. Hal ini bermanfaat supaya Anda bisa segera mengambil langkah yang diperlukan jika ada instrumen yang mengalami kerugian, khususnya obligasi jangka pendek dan saham risiko tinggi.
Investasi berbeda dengan judi. Dalam investasi, manajemen risiko tetap dibutuhkan terlepas dari seberapa tinggi pun risiko instrumen yang Anda pilih. Gunakan strategi barbel ini pada saat yang tepat dan pada instrumen yang tepat untuk mendapatkan manfaat maksimal.