Lompat ke konten
Daftar Isi

Bear Trap dan Bull Trap dalam Trading

Bear trap dan bull trap

Penyebab utama mengapa seorang investor memiliki saham nyangkut adalah memasukkan order beli (entry point) pada titik yang salah dan tidak berani melakukan cut loss. Selain karena kurangnya pertimbangan dan analisis yang matang, hal ini bisa terjadi karena investor atau trader tersebut masuk ke dalam jebakan bear dan bull (bear trap dan bull trap). 

Lantas, apa itu bear dan bull trap, serta bagaimana cara mengidentifikasinya? Simak ulasannya berikut ini:

Pengertian Bear Trap

Bear trap atau jebakan bear adalah penurunan harga tajam dan agak berkepanjangan ditengah trend kenaikan harga. Fenomena ini bisa terjadi kapanpun dan pada jenis aset apapun, mulai dari saham, forex maupun crypto. Alih-alih menjual aset tersebut, bear trap adalah kondisi yang tepat untuk Anda melakukan buying on weakness

Penurunan ini bisa terjadi karena ketika harga telah turun menembus batas support tertentu, banyak trader yang akan melakukan cut loss dan menjual asetnya. Akibatnya, selling pressure terlalu tinggi dan harga tambah turun. Kondisi ini tidak jarang diperparah dengan masuknya para short seller. 

Short seller yang mendapatkan keuntungan dari penurunan harga aset akan meminjam aset tersebut dari broker dan menjualnya ke pasar sebelum harga tambah turun. Akibatnya, selling pressure semakin kuat dan harga aset tersebut memang akan turun. 

Namun ternyata, pada titik tertentu selling pressure kalah kuat dengan buying pressure yang baru, sehingga harga kembali naik. Dalam kasus seperti kasus saham Gamestop, tingginya buying pressure ini akibat tingginya dorongan trader dan investor untuk “mengusir” para short seller dengan cara menaikkan harga. Fenomena pengusiran short seller dengan menaikkan harga ini disebut dengan short squeeze. 

Supaya lebih paham, mari kita ambil contoh berikut ini:

Gambar 1 : Bear trap (Sumber: Shop62004)
Gambar 1 : Bear trap

Dari gambar di atas terlihat bahwasanya secara garis besar harga aset tersebut mengalami kenaikan. Namun pada level tertentu (dalam lingkaran), harga aset tersebut sempat menembus garis support-nya. Bagi trader yang kurang awas dengan jebakan ini, area dalam lingkaran tersebut tentu akan menjadi lokasi cut loss, sehingga dia menjual asetnya. Akibatnya, dia gagal mendapatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan maksimum. 

Pengertian Bull Trap

Kebalikan dari bear trap adalah bull trap atau jebakan bull. Bull trap adalah kondisi dimana seolah ada pembalikan harga dari trend turun ke trend naik (bullish trend), padahal harga aset tersebut akan atau masih dalam trend penurunan (bearish trend). 

Trader yang tidak awas akan menggunakan kesempatan ini untuk membeli aset tersebut. Akibatnya, trader tersebut merugi. Apabila kerugian ini terjadi secara berkepanjangan dalam pasar saham, maka hal ini mengakibatkan kondisi lain yang disebut dengan saham nyangkut. 

Untuk lebih memahaminya, mari kita lihat gambar berikut ini:

Gambar 2: Bull trap
Gambar 2: Bull trap (Sumber: Tradingwithrayner)

Dari gambar di atas terlihat bahwasanya harga aset tersebut memang sedang dalam kondisi trend naik dan bahkan menembus garis resistance dengan true breakout. Namun ternyata, alih-alih harga terus rally naik, harga aset tersebut justru berbalik turun. Hal ini bisa terjadi karena buying pressure yang awalnya tinggi sudah melemah, sehingga selling pressure mengambil alih dominasi pasar aset tersebut. Sama seperti bear trap, bullish trap juga dapat terjadi pada trading aset apapun dan pada timeframe berapapun. 

Cara Menghindari Bear Trap dan Bull Trap

1. Pahami konsep reversal dan breakout

Pada gambar yang pertama, jenis breakout yang terjadi adalah false breakout, sehingga wajar jika trend harga mengalami pembalikan (reversal). Akan tetapi pada gambar yang kedua, breakout yang terjadi adalah true breakout yang mana seharusnya trend yang berlangsung akan berlanjut dan bukan malah berbalik. 

Meskipun secara konsep benar, namun dua contoh di atas menunjukkan bahwasanya breakout juga berpotensi menimbulkan sinyal palsu, sehingga harus diiringi dengan pola reversal lainnya. 

Dalam analisis price action, pola reversal ini bisa bermacam-macam, mulai dari ciri reversal yang tampak dari bentuk candlestick maupun pola reversal yang muncul dari gabungan pola harga, seperti pla wedges atau triangle. Pola-pola ini selain bisa menunjukkan arah harga yang benar juga bisa memunculkan sinyal palsu entah itu karena Anda menganalisisnya ketika candle belum terbentuk sempurna atau belum terkonfirmasi, atau karena sebab lainnya. Maka dari itu, penting bagi trader untuk menggabungkan analisis reversal price action dengan breakout secara bersamaan. 

2. Hindari parabolic breakout

Menurut Rayner Teo, salah seorang trader kenamaan, salah satu tipe breakout yang dapat mengindikasikan adanya potensi pembalikan, adalah breakout yang terjadi secara parabolic. Sederhananya, parabolic breakout yaitu breakout yang terjadi setelah munculnya beberapa candle panjang, entah itu candle naik ataupun turun. Menurut beliau, breakout jenis ini cenderung lebih mudah untuk berbalik.

Sebaliknya, breakout yang bagus adalah breakout yang tersusun dari sejumlah besar candle kecil yang naik turun sesuai dengan kondisi pasar. Meskipun susah terbentuk, breakout tipe ini juga lebih susah untuk berbalik. 

3. Analisis menggunakan indikator teknis

Trader perlu menggunakan berbagai indikator teknis oscillator, seperti RSI, ADX atau Bollinger Band untuk membantu mendefinisikan “kekuatan bull dan bear”. Indikator-indikator ini disusun dengan berbagai rumus matematis untuk dapat mengidentifikasi adanya indikasi overbought atau oversold. Adanya kedua kondisi inilah yang membuat pergerakan harga aset tersebut bisa berbalik.

Dengan menggunakan indikator ini bersamaan dengan breakout dan price action, trader akan tahu apakah pergerakan harga yang sedang terjadi berpotensi berbalik atau tidak sebelum proses pembalikan terjadi. 

4. Memantau berita

Trader jangka pendek bisa jadi tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi fundamental. Namun trader terlepas dari jangka waktunya, tetap harus memantau berita investasi dan ekonomi untuk menghindari terjebak bear trap atau terjebak bull trap. 

Berita-berita ini berguna untuk menjawab pertanyaan “mengapa harga sebuah aset tiba-tiba naik/turun?” dan “Apakah kenaikan/penurunan ini dapat berlangsung lama atau sebentar saja?”. Dengan bisa menjawab dua pertanyaan ini dengan baik, trader bisa terhindar dari jebakan bull atau jebakan bear dan mengambil keputusan trading yang tepat. Jangan lupa untuk menggunakan trailing stop loss, market order dan automated trading sebagai jaga-jaga jika harga bergerak di luar perkiraan.

Trailing stop loss adalah mekanisme cut loss yang didesain untuk dapat menyesuaikan kenaikan harga. Artinya, kalau harga aset tersebut naik, maka nilai TLS-nya juga akan naik, tapi kalau harga aset tersebut turun, nilai TLS sesuai dengan level yang telah ditetapkan sebelumnya. TLS, market order dan automated trading memungkinkan trader untuk mengeksekusi strategi trading secara tepat, cepat dan presisi, sehingga bisa terhindar dari kerugian yang lebih jauh.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *