Lompat ke konten
Daftar Isi

Kenali Istilah Black Swan Event dalam Perekonomian dan Cara Menghindarinya

Black Swan Event

Sebelum tahun 2020, banyak orang yang mengira kalau katastrofi perekonomian di Indonesia lebih akan disebabkan oleh adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Tapi, siapa sangka pada akhir 2019 sampai sekitar tahun 2022, seluruh dunia justru harus diam di rumah karena masalah lain yang tidak terduga, yaitu “Pandemi Covid19”?

Munculnya masalah lain yang tidak terduga dan memberikan dampak besar ke perekonomian inilah yang disebut dengan “Black Swan Event” atau teori angsa hitam. Tidak cuma pada perekonomian secara keseluruhan, masalah tak terduga ini juga bisa berdampak secara sektoral, termasuk di pasar modal. 

Apa Itu Black Swan Event?

Black swan event adalah fenomena yang tidak terduga dan berdampak besar pada perekonomian. Teori black swan ini pertama kali dipopulerkan oleh trader dan penulis Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya yang berjudul Fooled by Randomness pada tahun 2001. 

Namun demikian, istilah black swan sendiri sebelumnya sudah ada sejak zaman Romawi. Dilansir dari Ensiklopedia Britannica, hingga tahun 1697, masyarakat di negara-negara barat beranggapan bahwa angsa berwarna hitam itu tidak ada, sehingga ungkapan black swan seringkali digunakan untuk mengumpamakan sesuatu yang tidak akan pernah terjadi. 

Akan tetapi pada tahun 1967, penjelajah asal Belanda menemukan spesies angsa hitam di Australia. Dengan penemuan ini, makna ungkapan angsa hitam kemudian bergeser menjadi hal-hal yang tidak pernah terjadi, bukan berarti tidak mungkin terjadi.

Istilah ini kemudian dibawa ke ranah keuangan dan ekonomi oleh Nassim Nicholas Taleb. Menurut beliau, manusia memang dapat menerjemahkan hal-hal alamiah di sekitar mereka menjadi informasi yang berguna dengan baik, tapi mereka cenderung berpikiran pendek dan membatasi diri dengan teori. Akibatnya, ketika hal-hal tidak terduga terjadi seperti black swan event ini, mereka tidak siap.

Karakteristik Black Swan Event 

Dalam bukunya, Taleb mengidentifikasi fenomena ini dalam tiga karakteristik, yaitu:

  1. Event yang tidak dapat diprediksi. 
  2. Event tersebut berdampak pada perekonomian secara luas. 
  3. Setelah event tersebut terjadi, banyak orang berpikir bahwa event tersebut bisa diprediksi (hindsight bias)

Contoh Black Swan Event

Dalam sejarah, ada banyak kondisi-kondisi tidak terduga yang mempengaruhi perekonomian. Misalnya:

1. Krisis moneter 1998

Selama beberapa dekade, perekonomian Indonesia dan negara-negara Asia lainnya cukup tinggi, sehingga tidak banyak orang yang bisa memprediksi kalau krisis properti di Thailand dapat berdampak luas mempengaruhi perekonomian negara-negara lainnya, termasuk Indonesia.

2. Krisis finansial tahun 2008

Sama seperti Indonesia, perekonomian Amerika Serikat juga berjalan dengan baik pada awal dekade 2000-an setelah krisis bubble dot com membaik. Namun, hal ini membuat para pelaku di industri keuangan dan properti, termasuk bank, memberikan kredit perumahan kepada nasabah yang “kurang pas”. Akibatnya, ketika suku bunga acuan dinaikkan, banyak nasabah yang mengalami gagal bayar dan menyebabkan krisis berkepanjangan. 

3. Covid19

Salah satu contoh terbaru dari teori black swan adalah Covid19, meskipun Nassim Nicholas Taleb sendiri tidak menganggap pandemi sebagai salah satu contoh teori ini. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwasanya munculnya penyakit yang menular melalui udara dengan cepat ini membuat perekonomian dunia harus melambat selama beberapa tahun. 

Dampak Black Swan Event Terhadap Perekonomian

Secara umum, fenomena ini dapat menghasilkan dampak negatif. Hanya saja, pada dasarnya, dampak fenomena ini untuk masing-masing individu, dan sektor bisnis bisa negatif maupun positif. 

Pada saat Covid19 misalnya, memang perekonomian secara keseluruhan mengalami perlambatan atau bahkan penurunan untuk sektor-sektor tertentu, seperti penerbangan dan perhotelan. Namun di sisi lain, pandemi Covid19 juga mempercepat adopsi  ekonomi digital, mulai dari belanja dari rumah, menonton film di rumah dan lain sebagainya. Akibatnya, sektor bisnis digital, seperti layanan streaming dan belanja online meningkat tajam, termasuk kebutuhan individu dengan talenta digital.

Untuk pasar modal, di satu sisi, krisis perekonomian seperti saat pandemi maupun krisis finansial 2008 mengakibatkan kondisi keuangan perusahaan menjadi tidak bagus. Namun di sisi lain, krisis juga merupakan fenomena yang dapat dimanfaatkan investor yang jeli untuk membeli saham bagus di harga yang murah. 

Cara Menghindari Black Swan Event

Manusia secara terus menerus berusaha untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak terduga seperti black swan event ini. Biasanya, para ahli akan mengkaji penyebab terjadinya event-event serupa di masa lalu dan mencoba membangun sistem yang lebih berhati-hati terhadap hal serupa. 

Hanya saja seperti takdir tuhan pada umumnya, kondisi seperti Covid19 atau krisis keuangan sebelumnya bisa saja terulang kembali karena hal yang tidak terduga. Selain belajar dari sejarah yang ada, tugas manusia, entah itu sebagai investor maupun ahli di bidang perekonomian adalah mencoba meminimalisir risiko yang bisa terjadi akibat munculnya event-event tersebut.

Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk meminimalisir risiko terjadinya masalah ini adalah:

1. Membangun sistem keuangan pribadi yang lebih sehat

Krisis bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Oleh sebab itu, salah satu langkah untuk meminimalisir dampak dari fenomena ini adalah dengan membangun sistem keuangan pribadi yang lebih sehat. Siapkan pos-pos keuangan yang digunakan untuk berjaga-jaga, seperti asuransi, dana darurat, dana pensiun dan lain sebagainya. Dengan demikian, ketika hal yang tidak terduga ini terjadi, Anda masih memiliki kapabilitas keuangan yang cukup untuk menunjang hidup. 

2. Diversifikasi portofolio dan skill

Diversifikasi adalah hal yang penting untuk seorang individu baik sebagai seorang investor maupun sebagai pebisnis dan karyawan. Hal ini karena dengan melakukan diversifikasi, ketika salah satu sumber pendapatan mengalami penurunan signifikan, Anda masih memiliki sumber pendapatan lain yang dapat diandalkan. 

Misalnya, dengan barbell strategy, 5% aset Anda berada di saham risiko tinggi dan 95% sisanya pada instrumen safe haven, seperti obligasi negara dan atau emas. Ketika krisis terjadi dan harga saham anjlok, setidaknya modal Anda masih bertahan di obligasi negara dan emas. 

3. Terbuka terhadap semua kemungkinan

Prediksi dan forecasting memang penting dalam bisnis dan investasi, akan tetapi, Anda juga harus mempertimbangkan faktor outlier  atau kejadian yang tidak terduga. Hal ini memungkinkan Anda sebagai pebisnis maupun investor menjadi lebih agile dalam menghadapi segala kemungkinan bisnis dan lebih mudah beradaptasi jika ada perubahan terjadi.

4. Membangun integritas yang baik dalam berbisnis dan investasi

Seringkali, dampak black swan event terhadap seorang individu dapat diminimalisir karena individu tersebut memiliki kualitas kepribadian yang baik. Misalnya, orang yang kehilangan pekerjaan saat pandemi bisa mendapatkan pekerjaan baru karena ia dikenal sebagai individu yang jujur dan resilien. Oleh karena itu, membangun integritas adalah hal penting untuk membangun ketahanan ekonomi dalam jangka panjang.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *