Lompat ke konten
Daftar Isi

CAGR: Pengertian, Rumus, Cara Menghitung, Manfaat

Compound annual growth rate (CAGR)

Salah satu keuntungan investasi adalah Anda berpeluang untuk mendapatkan profit dalam bentuk bunga majemuk (compounding interest rates). Misalnya, Anda berinvestasi sebesar Rp10.000 dengan bunga 10% selama 1 tahun, maka di akhir tahun, nilai investasi Anda menjadi 11.000. Apabila keuntungan sebesar 1.000 ini tidak Anda ambil (cairkan), maka pada tahun kedua investasi, nilai investasi Anda akan mencapai 12.100 dan seterusnya. 

Apabila skenario investasi di atas diteruskan, tentunya nilai portofolio Anda akan membesar. Penghitungan keuntungan investasi jangka panjang dengan mekanisme compounding rates dan asumsi keuntungan diinvestasikan kembali inilah yang disebut dengan CAGR. 

Pengertian CAGR

Compound annual growth rate (CAGR) adalah perkiraan pertumbuhan nilai imbal hasil investasi dalam periode tertentu dengan asumsi keuntungan investasi tersebut diinvestasikan kembali. 

Misalnya, selama 5 tahun nilai CAGR IHSG sebesar 10,76%, maka perkiraan keuntungan investasi saham dari tahun 2017-2022 adalah 10,76% terlepas dari fluktuasi pergerakan harga saham setiap tahunnya. 

CAGR sangat bermanfaat untuk investasi. Dengan menghitung matriks ini, Anda bisa memperkirakan keuntungan investasi yang Anda peroleh dari dua instrumen investasi tertentu. Misalnya, reksa dana pasar uang A memiliki nilai CAGR 6,5% dalam 5 tahun, sementara reksa dana saham B memiliki nilai CAGR sebesar 9,8% dalam periode waktu yang sama. Ini artinya, berinvestasi pada reksa dana saham B dalam 5 tahun relatif lebih menguntungkan dibandingkan dengan berinvestasi di reksa dana pasar uang A. 

Namun demikian perlu diingat kalau nilai CAGR itu hanya perkiraan saja dan bukan nilai imbal hasil investasi yang sesungguhnya. Nilai imbal hasil investasi yang sesungguhnya adalah nilai portofolio investasi ketika Anda ingin menjual instrumen tersebut. 

Selain itu, nilai return investasi yang sesungguhnya juga sangat fluktuatif tergantung dengan jenis instrumen dan kondisi pasar.. Misalnya, bisa jadi nilai CAGR reksa dana saham di atas lebih tinggi dibandingkan reksa dana pasar uang. Namun, perlu diingat jika fluktuasi harga RDS juga lebih tinggi dibandingkan dengan RDPU, sehingga peluang Anda untuk mendapatkan keuntungan kurang dari 9,8% atau bahkan kurang dari 6% juga lebih besar.

Rumus CAGR 

Rumus untuk menghitung CAGR cukup sederhana, yaitu:

CAGR = ((Nilai Akhir Investasi / Nilai Awal Investasi)^1/n -1)*100

Keterangan:

n : Jumlah tahun. Seorang investor jarang memiliki satu instrumen investasi hingga satu tahun penuh. Oleh sebab itu, variabel ini bisa diganti dengan jumlah bulan atau hari Anda memiliki instrumen investasi tersebut. 

Berikut ini langkah-langkah menghitung CAGR:

  1. Bagi nilai akhir portofolio investasi Anda dengan nilai awal atau nilai modal yang Anda gunakan untuk membeli instrumen investasi tersebut. 
  2. Pangkatkan hasil penghitungan di nomor 1 dengan 1/jumlah tahun. Misalnya, jika Anda sudah berinvestasi selama 5 tahun, maka hasil bagi tersebut dipangkatkan dengan ⅕. 
  3. Hasil penghitungan di langkah nomor 2 dikurangi dengan angka 1. 
  4. Agar hasilnya berbentuk persentase, maka Anda bisa mengakhiri penghitungan dengan dikalikan 100. 

Contoh Penghitungan CAGR

Misalnya, pada tahun 2017 Anda membeli saham A dengan harga Rp850.000 untuk 1 lot. Selama 5 tahun berturut-turut, berikut ini harga saham A:

  1. Dari Januari 2017 ke Januari 2018, harga saham A naik menjadi 875.000 per lot atau naik 2,9% pada tahun pertama.
  2. Dari Januari 2018 ke Januari 2019, harga saham tersebut naik menjadi 912.000 per lot atau naik 4,2% pada tahun kedua. 
  3. Dari Januari 2019-Januari 2020, harga saham A naik menjadi 920.000 per lot atau naik sebesar 0,8% pada tahun ketiga. 
  4. Dari Januari 2020- Januari 2021, harga saham A turun menjadi 900.000 per lot atau turun sekitar 2,1%. 
  5. Dari Januari 2021- Januari 2022, harga saham A naik lagi menjadi 925.000 per lot atau naik sekitar 2,8%. 

Maka, nilai CAGR saham A adalah:

CAGR = ((Nilai Akhir Investasi / Nilai Awal Investasi)^1/n -1)*100

CAGR = ((925.000/850.000)^1/5 -1)*100

= ((1,057)^⅕ -1)*100

= 1,7% per tahun.

Manfaat Mengetahui CAGR

1. Mengetahui potensi keuntungan investasi

Seperti yang telah disinggung di atas, nilai CAGR dapat digunakan untuk memperkirakan potensi keuntungan berinvestasi di sebuah instrumen dan membandingkannya dengan instrumen lain. Dengan demikian, Anda bisa memilih instrumen investasi yang tepat. 

2. Memilih instrumen investasi yang tepat untuk kebutuhan di masa mendatang

CAGR juga bisa digunakan untuk untuk memilih instrumen investasi yang tepat untuk kebutuhan di masa mendatang. Misalnya, Anda ingin memiliki rumah 15 tahun kedepan dan untuk bisa mendapatkan rumah yang Anda inginkan, setidaknya Anda harus mengeluarkan biaya sebesar Rp300.000.000 dan saat ini Anda hanya memiliki uang sebesar Rp30.000.000 saja. 

Maka, untuk memenuhi kebutuhan ini, setidaknya Anda harus memilih instrumen investasi yang memiliki return sebesar:

CAGR = ((300.000.000/30.000.000)^1/15 -1)*100

= 16,6% per tahun

Batasan dan Kelemahan CAGR

1. Tidak mempertimbangkan volatilitas

Kekurangan utama dari CAGR adalah tidak mempertimbangkan volatilitas keuntungan investasi. Dalam contoh penghitungan di atas misalnya, harga saham A sempat turun cukup tajam dari 920.000 ke 900.000. Selain itu, peningkatan harga saham A per lot juga berubah-ubah. 

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menghitung keuntungan investasi menggunakan CAGR akan lebih cocok untuk instrumen dengan perubahan nilai yang tetap atau tidak terlalu tajam, seperti reksa dana pasar uang, deposito dan obligasi negara. 

2. Asumsi tidak ada penambahan modal investasi

Dalam mekanisme CAGR, diasumsikan kalau investor tidak akan menambah modal investasi mereka setelah mereka berinvestasi pertama kali (lump sum). Padahal, banyak investor yang menambah modal investasi mereka per bulan (dollar-cost averaging) atau mendapatkan keuntungan, seperti dividen dan kupon yang diinvestasikan kembali. Penambahan modal investasi ini tentunya akan mempengaruhi nilai CAGR yang didapatkan. 

3. Saham yang memiliki riwayat CAGR bagus belum tentu memiliki masa depan bagus. 

Katakanlah rata-rata pertumbuhan harga saham sebuah perusahaan dalam 5 tahun terakhir adalah sebesar 17%. Meskipun nilai ini bagus, belum tentu dalam 5 tahun kedepan saham atau perusahaan tersebut akan tumbuh dengan rasio yang sama, bisa jadi lebih tinggi dan bisa jadi lebih rendah. 

Oleh sebab itu untuk mengurangi risiko ini, Anda harus menghitung CAGR perusahaan dalam periode yang cukup lama dan mempertimbangkan faktor-faktor fundamental dan bisnis.

Terlepas dari kekurangan tersebut, CAGR adalah indikator investasi yang patut Anda gunakan dan banyak dipakai oleh media. Dengan membaca artikel ini, diharapkan Anda memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memahami variabel ini.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *