Obligasi adalah surat bukti bahwa sebuah emiten memiliki utang kepada investor atau lembaga tertentu. Oleh sebab itu, nama lain dari instrumen ini adalah surat utang. Sebagaimana surat utang yang Anda berikan kepada teman atau saudara, obligasi juga memiliki tanggal batas pelunasan. Tanggal batas pelunasan ini seringkali juga disebut dengan tanggal jatuh tempo.
Pada tanggal tersebut, emiten atau si peminjam wajib melunasi utangnya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan si peminjam tersebut melunasi utang sebelum tanggal tersebut tiba. Nah, obligasi yang dilunasi sebelum waktunya ini disebut dengan callable bond.
Pengertian Callable Bond
Callable bond adalah jenis obligasi yang dapat dilunasi oleh emiten peminjam sebelum tanggal jatuh temponya tiba. Kebalikan dari callable bond adalah non-callable bond atau obligasi yang hanya bisa dilunasi ketika tanggal jatuh temponya tiba.
Misalnya, Pak Rahman membeli sebuah callable bond dari PT XYZ dengan 13 April 2023 sebagai tanggal jatuh tempo. Karena bentuknya callable bond, maka PT XYZ dapat membeli kembali obligasi tersebut dari Pak Rahman sebelum tanggal 13 April 2023 tiba.
Biasanya, callable bond memiliki tingkat kupon yang lebih tinggi dibandingkan non-callable bond. Hal ini ditujukan untuk menarik minat investor supaya mau membeli instrumen tersebut meskipun adanya ketidakpastian kapan emiten akan membeli kembali obligasi yang diterbitkannya.
Tidak jarang sebuah emiten membeli kembali callable bond yang telah diterbitkannya ketika suku bunga acuan sedang turun. Dengan demikian, perusahaan atau lembaga tersebut dapat menambah modal operasi dengan biaya bunga yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya.
Cara Kerja Callable Bond
Sebelum memahami bagaimana obligasi ini bekerja, Anda harus ingat bahwasanya obligasi merupakan salah satu sumber pembiayaan operasional perusahaan. Selain obligasi, perusahaan atau lembaga juga bisa menambah modal dari sumber lainnya termasuk bank.
Selain itu, Anda juga harus ingat bahwasanya saat meminjam ke bank atau menerbitkan obligasi, sebuah perusahaan harus membayar tambahan uang kepada pembeli obligasi dan bank tersebut. Dalam kasus obligasi, tambahan uang tersebut disebut kupon, sedangkan dalam pinjaman bank disebut dengan suku bunga kredit. Baik kupon obligasi maupun suku bunga kredit bank, sama-sama dipengaruhi oleh suku bunga acuan dari otoritas moneter, seperti Bank Indonesia. Tugas emiten adalah mencari sumber pendanaan dengan biaya bunga yang lebih rendah.
Tingkat suku bunga kredit perbankan tidak jarang bersifat floating interest rate (berubah-ubah sesuai dengan suku bunga acuan dan benchmark lainnya). Oleh sebab itu, ketika suku bunga acuan turun, biasanya suku bunga kredit juga akan turun.
Adapun kupon obligasi acapkali bersifat fixed rate (konstan hingga tanggal jatuh tempo). Bagi investor, hal ini menawarkan kepastian berapa nominal uang yang akan mereka peroleh, namun bagi emiten hal ini akan menjadi kerugian kalau suku bunga acuan turun. Karena itu artinya, mereka bisa menerbitkan obligasi dengan biaya bunga yang lebih rendah atau meminjam ke bank.
Solusinya adalah perusahaan menerbitkan callable bond atau obligasi yang bisa dibeli kembali sebelum tanggal jatuh tempo. Dengan demikian, emiten dapat membeli kembali surat utang tersebut ketika suku bunga acuan turun. Setelah itu, mereka bisa menerbitkan obligasi yang baru lagi dengan kupon lebih rendah atau meminjam ke bank.
Namun demikian, menerbitkan obligasi jenis ini bisa juga memiliki risiko tidak laku di pasar. Hal ini bisa terjadi karena investor tidak tahu kapan emiten tersebut dapat membeli kembali obligasi tersebut dan menghentikan pembayaran bunganya. Hal ini tentu akan merugikan investor.
Misalnya, sebuah perusahaan menerbitkan callable bond dengan kupon 6% pertahun, nilai pokok pinjaman Rp10.000.000 dan jatuh tempo 5 tahun. Ini artinya, potensi keuntungan yang bisa diperoleh investor setiap tahunnya adalah sebesar Rp600.000 dan dalam jangka waktu 5 tahun dia bisa mendapatkan untung Rp3.000.000 (Rp600.000 x 5).
Akan tetapi, ternyata perusahaan membeli kembali instrumen tersebut pada tahun ketiga. Ini artinya, investor hanya bisa memperoleh keuntungan Rp1.800.000 (Rp600.000 x 2) dari yang seharusnya Rp3.000.000. Karena dua tahun setelahnya, perusahaan tidak lagi membayar kupon. Untuk mengatasi masalah ini, umumnya emiten menetapkan kupon yang lebih tinggi pada callable bond yang mereka terbitkan dibandingkan obligasi biasa.
Jenis-Jenis Callable Bond
Menurut laman Investopedia, callable bond bisa terbit dalam berbagai bentuk obligasi sesuai dengan isi kontraknya (ingat bahwasanya obligasi adalah surat utang). Surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah daerah (municipal bond) dan korporasi banyak yang memiliki klausul “callable” ini, sedangkan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat seperti Treasury Bond umumnya tidak.
Selain dua jenis di atas, jenis obligasi lainnya yang memiliki klausul “callable” ini adalah sinking fund. Sederhananya, sinking fund adalah metode yang dilakukan oleh perusahaan untuk melunasi obligasinya. Biasanya, hal ini dilakukan dengan membeli kembali surat utang tersebut dari investor secara bertahap sebelum tanggal jatuh temponya tiba. Tujuannya adalah untuk meringankan beban perusahaan ketika tanggal jatuh tempo tersebut.
Callable bond juga bisa dibeli kembali oleh emiten ketika adanya kejadian-kejadian tertentu yang seharusnya sudah tertera dalam prospektus instrumen ini. Ada juga callable bond yang hanya bisa dibeli kembali oleh emiten setelah jangka waktu tertentu. Oleh sebab itu, Anda harus memeriksa prospektus obligasi jenis ini terlebih dahulu sebelum resmi membelinya.
Keuntungan dan Kerugian Callable Bond
Bagi investor, keuntungan membeli callable bond terletak pada kuponnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi biasa. Adapun kerugiannya adalah adanya kemungkinan surat utang tersebut dibeli kembali oleh emiten yang bersangkutan, sehingga mereka tidak bisa mendapatkan keuntungan maksimal.
Kerugian ini diperparah dengan adanya kemungkinan rendahnya kupon obligasi lain saat obligasi ini dibeli kembali oleh perusahaan. Pasalnya, biasanya kupon obligasi baru juga akan turun ketika suku bunga acuan turun.
Adapun keuntungan penerbitan surat utang jenis ini bagi perusahaan adalah adanya fleksibilitas untuk membeli kembali obligasi yang sudah diterbitkan sebelum tanggal jatuh temponya. Dengan demikian, perusahaan bisa menerbitkan surat utang baru dengan beban kupon yang lebih rendah atau meminjam bank.
Namun, kerugiannya adalah emiten harus menawarkan kupon yang lebih tinggi ketika obligasi tersebut ditawarkan. Tujuannya supaya menarik investor. Apabila suku bunga acuan tidak juga menurun atau bahkan naik, hal ini bisa berakibat tingginya beban bunga yang harus dibayarkan perusahaan pada tanggal jatuh tempo instrumen tersebut.Nah, itu tadi pembahasan mengenai callable bond. Pastikan sebelum membeli obligasi baik itu di pasar sekunder maupun primer, Anda telah mengetahui jenis instrumen tersebut supaya Anda mendapatkan keuntungan maksimal.