Lompat ke konten
Daftar Isi

Cara Keluar dari Sandwich Generation & Tips Memutus Rantainya

sandwich generation

Menurut riset dari Kompas Research & Development pada tahun 2022, 67% dari 504 responden penelitian ini mengaku kalau mereka termasuk ke dalam “sandwich generation”. Ini artinya, mereka tidak hanya harus mencari uang untuk menghidupi dirinya sendiri, tetapi juga anak-anaknya dan orang tuanya. 

Meskipun tampak wajar dan sederhana, namun pada dasarnya menjadi generasi sandwich tentu tidak disukai oleh banyak anak muda. Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk keluar dari sandwich generation dan memutus rantainya:

Apa Itu Sandwich Generation?

Seperti yang telah dijelaskan di atas, sandwich generation adalah fenomena munculnya generasi yang harus membiayai hidup generasi sebelumnya (orang tua atau kakek nenek) dan generasi setelahnya (anak-anak). Akibatnya, beban orang-orang yang termasuk generasi ini menjadi cukup berat. 

Fenomena ini disebut dengan sandwich generation karena polanya mirip dengan daging yang memiliki banyak gizi, dihimpit oleh roti tipis di bagian atas dan bawah. Umumnya,sandwich generation di Indonesia terjadi pada individu usia 24-39 tahun (Kompas) yang harus membiayai anak-anak mereka dan juga orang tuanya. 

Fenomena ini pertama kali mulai disadari oleh masyarakat dunia pada akhir abad ke-20 seiring dengan perbaikan angka harapan hidup dan kecenderungan wanita untuk menikah pada usia yang lebih tua. 

Pada generasi orang tua kita misalnya, orang tua kita umumnya menikah dan memiliki anak pada usia awal 20-an, sehingga ketika anak tersebut berusia 20, mereka masih berusia 40-an dan tidak terlalu membutuhkan perawatan yang intensif. Sebaliknya, pada generasi saat ini, baik laki-laki maupun wanita cenderung menikah pada usia akhir 20-an, sehingga ketika anak mereka beranjak remaja, orang tua mereka sudah berusia di atas 60-an ke atas dan membutuhkan perawatan yang lebih intensif. 

Dampak Sandwich Generation

Dampak menjadi generasi sandwich tidak hanya pada pendapatan, tetapi juga pada mental seseorang dan masa depan masyarakat Indonesia. Pertama, orang yang terjebak dalam generasi roti lapis ini dituntut untuk bekerja keras demi menghidupi keluarga. Meskipun sudah bekerja keras sayangnya, mereka tetap tidak memiliki dana yang cukup untuk disimpan atau diinvestasikan. 

Kedua, masyarakat yang terjebak dalam generasi sandwich bisa jadi tidak memiliki waktu luang dan biaya yang dibutuhkan untuk liburan dan melepaskan stres dari pekerjaan. Hal ini bisa terjadi karena mereka perlu bekerja lebih keras dibandingkan dengan orang lain, sehingga tidak memiliki waktu luang dan uang yang dihasilkan harus dikirim kepada keluarga. Akibatnya, tingkat stres yang harus dihadapi oleh generasi sandwich juga lebih besar.

Ketiga, akibat harus bekerja keras, tidak memiliki uang dan waktu yang dibutuhkan ini, generasi muda zaman sekarang memilih untuk menunda pernikahan. Dalam kacamata ekonomi makro Indonesia sebagai negara berkembang, penundaan pernikahan dapat mempengaruhi kondisi demografis dan ekonomi negara ini dalam jangka panjang.

Cara Keluar dari Sandwich Generation

Meskipun susah, namun bukan berarti seseorang tidak bisa keluar dari generasi ini. Berikut ini beberapa cara keluar dari sandwich generation:

1. Bekerjasama dengan saudara

Cara keluar dari sandwich generation yang pertama adalah bekerjasama dengan saudara. Hal ini khususnya jika Anda bukan anak sulung yang harus membiayai sekolah adik-adik. Bagi beban Anda dengan saudara Anda supaya bisa lebih ringan. Misalnya, orang tua setiap bulan perlu Rp2.000.000 dan memiliki anak 4. Maka, Anda bisa membagi rata setiap anak menyumbang Rp500.000 saja. 

2. Tentukan batasan yang tegas

Jika Anda perlu membiayai orang tua, anak dan adik sekaligus, maka Anda perlu menentukan batasan yang tegas mengenai berapa uang yang bisa Anda kirimkan untuk orang tua dan adik. Sebab selain hal ini akan meringankan beban Anda, batasan yang tegas ini juga dapat mendorong adik Anda untuk bersikap lebih mandiri dalam hal keuangan. 

Cara pertama dan kedua ini tentunya harus dilakukan dengan komunikasi dua arah yang baik terlebih dahulu antara Anda dan saudara dan orang tua. Dalam kultur asia, membicarakan masalah seperti ini memang bukan hal yang umum terjadi, namun bukan berarti tidak bisa. 

3. Atur keuangan dengan baik

Supaya kebutuhan Anda dan keluarga, serta orang tua dan adik tetap terpenuhi, tentu Anda harus memiliki skill perencanaan keuangan yang baik. Gunakan berbagai aplikasi perencanaan keuangan yang sudah ada di internet supaya Anda bisa mengatur keuangan keluarga Anda dengan lebih baik lagi. 

4. Menambah pendapatan dan mengurangi pengeluaran

Tidak dapat dipungkiri kalau salah satu cara keluar dari sandwich generation adalah dengan menambah penghasilan Anda dan mengurangi pengeluaran Anda. Terdapat setidaknya 2 cara untuk menghasilkan pendapatan tambahan ini, yaitu:

  1. Dengan memiliki pekerjaan sampingan. Kelebihannya adalah, pendapatan dari pekerjaan sampingan ini bisa jadi cukup besar. Hanya saja kekurangannya, waktu yang Anda miliki untuk diri sendiri dan keluarga akan berkurang. 
  2. Dengan memiliki pendapatan pasif, seperti dividen, kupon atau keuntungan investasi lainnya. Kelebihannya adalah, untuk menghasilkan pendapatan dengan cara ini, Anda tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan waktu. Namun, biasanya pendapatan dari investasi ini perlu waktu yang cukup panjang supaya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

5. Mendaftarkan orang tua ke asuransi

Agar beban Anda bisa lebih ringan, Anda bisa mendaftarkan orang tua menjadi beneficiary produk asuransi dan Anda yang membayar premi-nya. Tujuannya adalah, supaya ketika orang tua sakit, sebagian dari beban rumah sakit bisa ditanggung oleh pihak asuransi, sehingga beban biaya rumah sakit yang harus Anda tanggung bisa lebih ringan. 

Tips Memutus Rantai Sandwich Generation

Sebagai orang tua yang baik, tentunya Anda tidak ingin anak-anak Anda juga harus menjadi sandwich generation di Indonesia bukan? Berikut ini beberapa tips cara memutus rantai sandwich generation untuk Anda:

1. Pahami bahwa anak bukan instrumen investasi

Salah satu penyebab sandwich generation tumbuh subur di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya adalah, karena di negara-negara timur ini, paham bahwa anak harus mematuhi orang tua dan harus merawat orang tua ketika pensiun nanti masih mengakar kuat. Oleh karena itu, untuk memutus rantai generasi roti lapis ini di keluarga Anda, Anda harus mulai memahami kalau anak bukan merupakan instrumen investasi. Adapun pemberian anak ketika Anda tua nanti adalah sebagai bentuk kasih sayang dan baktinya saja serta bukan bentuk balas budi. 

2. Siapkan dana pensiun sedari dini

Supaya Anda bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari saat pensiun nanti, Anda harus mempersiapkan dana pensiun sejak muda. Hitung berapa jumlah dana yang Anda butuhkan untuk pensiun nanti dan gunakan instrumen investasi jangka panjang, seperti saham dan obligasi untuk menyimpannya. Mempersiapkan dana pensiun sejak dini akan mempermudah Anda mencapai target uang yang dibutuhkan saat tua nanti. 

3. Siapkan asuransi kesehatan sejak dini

Selain dana pensiun, Anda juga harus mempersiapkan asuransi kesehatan untuk masa tua Anda nanti. Sama seperti mempersiapkan asuransi untuk orang tua di atas, mempersiapkan asuransi untuk diri sendiri sejak dini juga dapat meringankan beban anak-anak Anda nantinya jika Anda mengalami sakit di usia tua. 

Selain itu, ada baiknya Anda juga melatih anak Anda kemampuan mengatur keuangan sejak dini. Supaya jika nanti terjadi masalah pada ekonomi keluarga Anda, anak tersebut sedikit banyak sudah tahu mengenai apa yang harus dia lakukan. 

Baik keluar maupun memutus generasi sandwich memang bukanlah hal yang mudah, namun bukan berarti Anda tidak bisa melakukannya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *