Anda ingin pergi ke luar negeri atau dari luar negeri akan ke Indonesia? Atau Anda adalah seorang trader forex pemula? Maka, Anda harus mengetahui kurs jual dan kurs beli mata uang asing yang Anda perdagangkan.
Mengapa demikian? Hal ini karena rupiah tidak bisa digunakan di luar negeri dan sebaliknya, valuta asing seperti dolar Amerika Serikat sekalipun tidak bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa di Indonesia. Oleh sebab itu, ketika Anda akan ke luar negeri atau baru pulang dari luar negeri, Anda harus ke bank terlebih dahulu untuk menukar mata uang asing yang Anda miliki dengan rupiah dan sebaliknya.
Nah, saat menukar di bank inilah Anda akan mengenal kurs.
Pengertian Kurs Jual dan Kurs Beli
Kurs adalah “harga” atau nilai tukar sebuah mata uang asing apabila ia ditukar menggunakan rupiah. Adapun kurs jual adalah nilai tukar yang ditawarkan oleh penjual (dalam hal ini bisa individu, bank atau money changer) ketika akan menjual valuta asing yang mereka miliki dengan rupiah yang dimiliki oleh nasabah. Dengan kata lain, Anda akan mendapatkan kurs jual apabila Anda ingin menukarkan rupiah ke valuta asing di bank.
Sebaliknya, kurs beli adalah nilai tukar yang ditawarkan oleh bank kepada nasabah ketika nasabah ingin menukar valuta asing miliknya dengan rupiah. Dengan kata lain, Anda akan mendapatkan kurs beli jika Anda menukarkan valuta asing yang Anda miliki dengan rupiah di bank.
Mengetahui cara menghitung kurs ini penting bagi trader forex maupun individu yang akan bepergian ke luar negeri. Bagi trader forex, nilai ini berkaitan dengan nominal potensi keuntungan yang bisa mereka peroleh dalam trading, sementara bagi individu yang akan bepergian ke luar negeri, hal ini penting untuk mengetahui kira-kira berapa biaya yang mereka butuhkan untuk bertahan di negeri tersebut.
Cara Menghitung Kurs Jual dan Kurs Beli
Rumus menghitung kurs jual dan kurs beli cukup sederhana, yaitu dengan mengalikan (untuk kurs jual) atau membagikan (untuk kurs beli) nilai kurs yang berlaku saat itu dengan jumlah uang yang Anda miliki. Nilai kurs yang berlaku ini dapat Anda lihat di Google, di aplikasi mobile banking, atau di kantor bank. Saat ini banyak aplikasi pengiriman uang dari dan ke luar negeri yang sudah menyediakan informasi kurs ini secara gratis, sehingga Anda tidak perlu bingung lagi.
Sebagai ilustrasi, berikut ini contoh cara menghitung kurs jual dan beli:
Kurs Jual
Randi Susetyo adalah salah satu mahasiswa exchange dari Indonesia ke Australia. Oleh orang tuanya, Randi dibekali uang sebesar Rp50.000.000 sebagai uang saku selama hidup di negeri kanguru tersebut. Randi lantas menukarkan uang tersebut ke bank. Jika kurs Australian Dollar (AUD) ke rupiah adalah sebesar Rp10.000 untuk 1 AUD, maka uang yang diperoleh Randi adalah sebesar:
Uang yang diperoleh Randi = 50.000.000 : 10.0000 = 5.000 AUD
Kurs Beli
Setelah 6 bulan tinggal di Australia, Randi pulang ke Indonesia dengan membawa uang 3.500 AUD sisa dari uang beasiswa yang diterimanya dan juga hasil kerja part time di negeri kanguru tersebut. Begitu sampai di Indonesia, Randi langsung menukar uangnya di bank supaya bisa langsung digunakan. Apabila kurs beli AUD adalah Rp9.500 untuk 1 AUD, maka uang yang diperoleh Randi adalah:
Uang yang diperoleh Randi = 9.500 x 3.500 = Rp33.250.000
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs Jual dan Kurs Beli
Saat ini, Indonesia menerapkan sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate). Dalam sistem ini, nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing bisa berfluktuasi dari waktu ke waktu sesuai dengan mekanisme pasar. Bank Indonesia, selaku otoritas moneter di negeri ini baru akan terlibat dalam proses stabilisasi nilai mata uang apabila diperlukan.
Oleh karena itu, untuk memperkirakan perubahan nilai valuta asing, Anda juga harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya kurs jual beli valuta asing, yaitu:
1. Suku bunga acuan
Sederhananya, suku bunga acuan yang ditetapkan oleh BI dapat dianggap sebagai keuntungan yang akan diperoleh trader apabila memiliki mata uang rupiah di sakunya. Karena Indonesia adalah negara berkembang, maka untuk menarik trader ini, biasanya suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh bank-bank sentral di negara maju, termasuk The Federal Reserve.
Kalau ada banyak trader luar negeri yang memiliki rupiah, maka permintaan rupiah akan naik, capital flight dapat dicegah, sehingga nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing tertentu akan naik juga (apresiasi mata uang).
2. Neraca Perdagangan
Ketika sebuah negara melakukan impor, maka dia akan membutuhkan mata uang asing, sehingga menukar mata uang lokal dengan mata uang asing tersebut. Sebaliknya, kalau negara tersebut melakukan ekspor, maka dia akan menerima mata uang asing dan menukarnya dengan mata uang lokal.
Neraca perdagangan adalah selisih antara ekspor dan impor. Apabila neraca perdagangan surplus (ekspor > impor), maka akan banyak mata uang asing yang harus ditukar dengan rupiah, sehingga permintaan rupiah juga meningkat dan nilainya mengalami apresiasi. Begitu pula sebaliknya.
3. Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara serentak dalam kurun periode waktu tertentu. Inflasi bisa menyebabkan penurunan nilai tukar karena dengan inflasi, ada kecenderungan permintaan valuta asing akan meningkat. Hal ini bisa disebabkan karena:
- Masyarakat cenderung membeli barang impor yang dianggap lebih murah.
- Penurunan penawaran valuta asing. Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, harga suatu barang akan naik jika supply barang tersebut berkurang sementara permintaannya tetap.
- Harga barang yang diekspor akan lebih mahal. Misalnya, kenaikan harga bahan baku dan gaji tenaga kerja di bidang tambang batubara tentu akan membuat harga batubara Indonesia di mata dunia semakin mahal. Hal ini dikhawatirkan akan banyak negara importir batubara yang beralih membeli batubara ke negara lain. Akibatnya, nilai ekspor menurun dan neraca perdagangan membesar.
4. Kebijakan pemerintah dan bank
Dalam skala makro, kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi nilai tukar. Misalnya, Bank Indonesia menjual sebagian devisa negara supaya nilai tukar rupiah terhadap stabil atau pemerintah memberikan subsidi kepada perusahaan-perusahaan produk ekspor supaya harga ekspor tetap stabil dan tidak ada penurunan permintaan.
Adapun dalam skala mikro, bank menentukan nilai tukar yang mereka tawarkan kepada nasabah baik sebagai kurs jual atau kurs beli. Sebab walau bagaimanapun, bank selaku lembaga keuangan juga berhak mendapatkan keuntungan dari penukaran mata uang ini.