Lompat ke konten
Daftar Isi

Cara Menghitung Modal Akhir Menggunakan Rumus

Cara Menghitung Modal Akhir

Laba sebuah perusahaan tidak hanya akan dibagikan kepada investor dalam bentuk dividen. Sebagian dari laba tersebut masuk kembali ke dalam kas untuk digunakan pada periode berikutnya. Sebagian laba yang kembali ke dalam kas perusahaan tersebut disebut dengan retained earning

Adanya tambahan karena retained earning atau pengurangan modal perusahaan akibat merugi akan mempengaruhi jumlah modal yang bisa digunakan oleh perusahaan tersebut pada periode sebelumnya. Jumlah modal yang terakhir inilah yang disebut dengan modal akhir. 

Pengertian Modal Akhir

Modal akhir adalah nominal ekuitas yang dimiliki perusahaan untuk beroperasi pada periode pembukuan selanjutnya. Untuk mencari indikator keuangan ini, Anda setidaknya harus mempertimbangkan 4 komponen yaitu modal awal, prive, laba dan rugi. Mari kita bahas selengkapnya:

Modal awal bisa merupakan sejumlah uang yang digunakan untuk mendirikan dan mengembangkan sebuah perusahaan atau nominal modal atau ekuitas yang tersisa dari periode pembukuan akuntansi yang lalu. Misal, pada bulan Mei saldo ekuitas perusahaan Anda adalah sebesar Rp1.500.000, maka pada pembukuan bulan Juni, saldo tersebut menjadi modal awal. 

Selain modal awal, sebaiknya Anda juga mempertimbangkan tambahan ekuitas yang disetorkan oleh pemilik atau investor selama periode pembukuan berlangsung. Hal ini bisa saja terjadi khususnya jika perusahaan ingin mengembangkan operasi bisnisnya atau sedang mengalami kerugian dan kerugian tersebut “ditambal” dengan tambahan ekuitas dari investor. 

Prive

Prive adalah sejumlah modal bisnis yang diambil oleh pemilik bisnis tersebut untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Jika ingin bisnis Anda sukses, maka Anda harus memisahkan uang pribadi dan uang bisnis serta jika Anda membutuhkan uang bisnis tersebut untuk kebutuhan pribadi, Anda harus mencatatnya ke dalam akun prive ini. 

Sebab, seberapa kecil pun uang perusahaan yang Anda ambil, pengambilan uang tersebut tetap akan mengurangi jumlah modal yang bisa dipakai perusahaan. Apalagi jika perusahaan Anda memiliki investor, segala transaksi keuangan dalam perusahaan tersebut harus tercatat dengan baik, termasuk mengenai prive ini. 

Untung/rugi

Untung atau ruginya sebuah perusahaan diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan perusahaan tersebut dengan beban atau biaya yang harus dibayarkan. Apabila pendapatan > beban, maka perusahaan tersebut akan mendapatkan laba bersih, sebaliknya, jika pendapatan < beban maka perusahaan dikatakan merugi. 

Jika perusahaan mendapatkan laba atau keuntungan, maka perusahaan tersebut bisa membagikannya kepada investor, menyimpannya kembali menjadi modal atau melakukan keduanya, seperti retained earning di atas. Adanya retained earning akan menambah nilai modal awal perusahaan. 

Sebaliknya, jika perusahaan merugi, nilai modal akhir perusahaan bisa jadi lebih kecil dibandingkan sebelumnya karena nominal kerugian tersebut akan mengurangi modal awal perusahaan.Data mengenai laba/rugi perusahaan ini bisa Anda cek di dalam income statement atau laporan laba rugi. 

Rumus Modal Akhir

Dengan asumsi tanpa ada tambahan ekuitas yang disetorkan oleh pemilik atau investor, maka rumus untuk mencari modal akhir adalah sebagai berikut:

Modal Akhir = Modal Awal + (Laba – Prive)

Atau 

Modal Akhir = Modal Awal – (Rugi + Prive)

Apabila ada tambahan ekuitas selama periode pembukuan tersebut, maka rumusnya menjadi:

Modal Akhir = Modal Awal + tambahan ekuitas (Laba – Prive)

Cara Menghitung Modal Akhir

Berikut ini beberapa langkah untuk mencari modal akhir:

  1. Ketahui nominal modal awal. Jika bisnis Anda sudah berjalan selama beberapa waktu, Anda bisa mencari komponen ini dari saldo pada periode sebelumnya. Namun jika bisnis Anda masih baru berdiri, maka Anda harus mendata berapa nominal uang yang telah Anda gunakan untuk membangun perusahaan tersebut sejauh ini. 
  2. Ketahui nominal laba atau rugi. Seperti yang telah disebutkan di atas, laba atau ruginya perusahaan diperoleh dari hasil pengurangan pendapatan dengan beban, termasuk beban pajak, depresiasi dan lain-lain. 
  3. Ketahui nominal prive. Sekali lagi, ketika Anda mengambil uang dari rekening perusahaan, Anda harus mencatatnya, supaya Anda bisa mengetahui nominalnya. 
  4. Tentukan berapa nominal yang akan masuk kembali ke kas perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan, tentunya Anda berhak mendapatkan keuntungan dari bisnis perusahaan tersebut. Namun sebelum Anda mengambil bagian keuntungan tersebut, sebaiknya Anda menentukan berapa persentase dari laba perusahaan yang masuk kas, dan berapa yang bisa Anda ambil atau dibagikan kepada investor dalam bentuk dividen (dividend payout ratio)

Contoh Perhitungan Modal Akhir

Pada bulan Desember 2022, PT. Sancaka Sinegar mencatat data keuangan sebagai berikut:

Pendapatan : Rp300.000.000

Beban : Rp215.000.000

Modal per Januari 2022 : Rp513.000.000

Persentase laba untuk dibagikan ke Investor : 35%. 

Persentase laba untuk kembali ke kas perusahaan : 65%. 

Maka, nilai modal akhir perusahaan tersebut adalah:

Modal Akhir = Modal Awal + (Laba – Prive)

= Rp513.000.000 + (( Rp300.000.000-Rp215.000.000) – 35% (( Rp300.000.000-Rp215.000.000))

= Rp513.000.000 + (85.000.000-29.750.000)

= Rp513.000.000 +Rp55.250.000

=Rp568.250.000

Manfaat Menghitung Modal Akhir

1. Mengetahui nilai nominal sumber daya perusahaan yang siap digunakan

Manfaat pertama dari menghitung nilai modal akhir adalah mengetahui nominal sumber daya perusahaan yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan di periode selanjutnya. Dengan demikian apabila perusahaan merasa bahwa nominal modal tersebut kurang, mereka bisa mengajukan pinjaman ke bank. 

Tapi perlu diingat bahwasanya jika perusahaan mengajukan pinjaman, maka dalam pembukuan akuntansi, pinjaman ini tidak tercatat sebagai modal atau ekuitas, tetapi sebagai liabilitas di kredit. Sementara untuk bagian debit, penambahan pinjaman ini bisa masuk ke dalam kas, perlengkapan atau aset lainnya. 

2. Mengetahui kinerja bisnis

Secara garis besar apabila jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan terus meningkat setiap tahunnya, maka ada kemungkinan laba perusahaan tersebut juga meningkat. Akan tetapi kalau nilai modal akhirnya turun, ada dua kemungkinan yaitu labanya yang menurun atau jumlah retained earning yang menurun. 

Apabila yang terjadi adalah opsi yang pertama, maka ada kemungkinan bisnis perusahaan tersebut sedang tidak baik. Akan tetapi kalau yang terjadi adalah opsi yang kedua, maka bisa jadi perusahaan tersebut sedang rajin membagikan dividen. Oleh sebab itu, alih-alih menggunakan indikator ini saja, Anda juga harus memeriksa data keuangan perusahaan tersebut dengan lebih lengkap.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *