Dalam menghitung perubahan harga barang-barang di pasar, Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menggunakan indikator yang bernama indeks harga konsumen (IHK) atau kalau dalam Bahasa Inggris disebut dengan consumer price index (CPI). Penghitungan CPI ini nantinya menjadi bahan utama untuk menentukan inflasi aktual di masyarakat dan target inflasi tahun berikutnya.
Apa itu CPI? Dan bagaimana indikator ini penting dalam menentukan perubahan harga, baik itu inflasi maupun deflasi? Simak ulasannya berikut ini.
Pengertian Consumer Price Index (CPI)
Consumer Price Index (CPI) adalah indeks yang mengukur perubahan jumlah uang yang harus dibayarkan oleh masyarakat ketika mereka membeli sesuatu. Indeks ini jamak digunakan sebagai bahan penghitungan inflasi dan deflasi di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
Dalam menghitung CPI, institusi terkait pertama akan mengelompokkan barang dan jasa ke dalam berbagai kategori. Institusi tersebut lantas akan melakukan survey ke pelaku ekonomi rumah tangga di daerah-daerah yang terpilih untuk mengumpulkan data mengenai perubahan harga barang dan jasa yang ada di dalam kategori tersebut.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan dalam laman resminya bahwa saat ini ada 835 komoditas yang diteliti. Komoditas tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan Classification of Individual Consumption According to Purpose (COICOP) 2018.
Dalam pengelompokan barang tersebut, terdapat 11 kelompok dan 43 sub kelompok barang dan jasa, termasuk diantaranya adalah kelompok pakaian dan alas kaki, kelompok makanan, minuman, dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dan masih banyak lainnya.
BPS lantas melakukan survey kepada 141.600 rumah tangga di 90 kota di seluruh Indonesia, termasuk 56 kabupaten dan kota. Survey dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari mengunjungi pasar tradisional, pasar modern, hingga memasukkan data melalui outlet maupun website resmi dari BPS.
Frekuensi pengumpulan data harga komoditas tersebut bervariasi tergantung dengan jenisnya. Ada komoditas yang datanya bisa diambil seminggu sekali, tapi juga ada yang satu bulan sekali. Data-data yang telah dikumpulkan oleh petugas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi khusus, untuk kemudian dihitung. Hasil penghitungan IHK akan disampaikan secara bulanan di laman resmi Badan Pusat Statistik.
Rumus CPI
Mengenai metode penghitungan, CPI dihitung menggunakan rumus rata-rata tertimbang dengan adanya satu tahun dasar. Dalam konteks Indonesia, tahun yang dijadikan dasar adalah tahun 2018=100. Berikut ini rumusnya:
IHK Tahunan satu kelompok barang = (Harga rata-rata satu kelompok barang dan jasa tahun ini/ Harga rata-rata satu kelompok barang dan jasa tahun lalu atau tahun dasar) * 100
Angka IHK tahunan ini kemudian dimasukkan ke dalam rumus berikut untuk mendapatkan angka inflasi:
Inflasi = ((IHK tahun ini – IHK tahun lalu) / IHK tahun lalu) * 100
Contoh:
Misalnya, rata-rata perubahan harga komoditas pada tahun 2020 adalah sebesar 106,5 dan pada tahun 2021 adalah sebesar 105. Maka, nilai inflasinya adalah sebesar:
Inflasi = ((105- 106) /106) * 100
= -1.54%.
Ini artinya, pada tahun 2021, sebuah negara mengalami deflasi (inflasi turun menembus angka 0).
Perlu diingat bahwasanya penghitungan nilai CPI atau IHK di setiap negara berbeda. Hal ini terkait dengan metode yang digunakan. Negara-negara anggota Uni Eropa misalnya acap kali menggunakan harmonized index of consumer prices (HICP) atau nilai CPI yang telah diharmonisasi.
Kategori CPI
Berikut ini beberapa kategori data yang digunakan oleh BPS untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) terbaru:
- Makanan, minuman, dan tembakau.
- Pakaian dan alas kaki.
- Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya.
- Perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga.
- Transportasi.
- Kesehatan.
- Pendidikan.
- Informasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
- Rekreasi, olahraga, dan budaya.
- Penyediaan makanan, dan minuman restoran.
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya.
Sesuai dengan yang telah disebut di atas, dari 11 kategori tersebut akan dibagi menjadi 43 sub kategori. Data mengenai Indeks Harga Konsumen (IHK) per kategori, sub kategori dan per kota penelitian dapat Anda peroleh di laman resmi Badan Pusat Statistik.
Mengapa CPI Penting?
1. Menentukan inflasi
CPI atau Indeks Harga Konsumen adalah indikator utama yang digunakan oleh bank sentral untuk menentukan inflasi aktual dan memperkirakan target inflasi. Inflasi aktual adalah inflasi yang benar-benar terjadi di pasaran, sementara inflasi target adalah perkiraan nilai inflasi tahun depan.
Nilai inflasi ini kemudian akan merambah kepada kebijakan lainnya, mulai dari penetapan suku bunga perbankan, kebijakan fiskal, hingga daya tarik Indonesia sebagai tempat investasi bagi investor asing. Oleh karena itu, pengumpulan dan penghitungan data CPI tidak bisa sembarangan dan harus dilakukan seakurat mungkin.
2. Menentukan Upah Minimum Regional (UMR)
Inflasi dan IHK juga merupakan variabel yang penting untuk menentukan Upah Minimum Regional (UMR). Sederhananya, kenaikan UMR harus minimal setara dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, termasuk harga barang-barang yang menjadi komponen IHK.
Kenaikan UMR yang tidak sesuai dengan inflasi dan IHK pada akhirnya akan menekan daya beli masyarakat, karena masyarakat tidak mampu membeli barang dan jasa yang mereka butuhkan. Sebaliknya bagi para pencari kerja, data IHK dan inflasi dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan negosiasi gaji.
3. Menentukan kebijakan kenaikan harga barang dalam bisnis
Di dalam laman resmi BPS, Anda akan menemukan data IHK per kategori per kota. Data ini bisa Anda manfaatkan untuk menentukan harga jual produk, supaya sesuai dengan harga jual produk yang sama di pasaran.
Misalnya, pada bulan Oktober tahun 2022 harga komoditas kategori makanan, minuman dan tembakau di Kota Kediri naik hingga 2,5%. Jika harga makanan yang Anda jual saat ini adalah Rp10.000 per bungkus, maka Anda bisa meningkatkan harganya menjadi Rp10.250 untuk menyesuaikan dengan perubahan harga bahan-bahannya.
4. Sebagai indikator daya beli konsumen
CPI juga merupakan salah satu indikator utama untuk mengukur daya beli konsumen. Ini artinya, peneliti maupun pemerintah dapat menggunakan variabel ini untuk mengevaluasi dampak perubahan harga pada suatu komoditas penting terhadap komoditas lainnya.
Misalnya, dampak perubahan harga BBM terhadap harga makanan dan minuman di sebuah daerah atau Indonesia secara keseluruhan. Hasil penelitian ini kemudian dapat digunakan untuk menetapkan apakah dengan kenaikan harga BBM, harga makanan dan minuman naik tajam atau tidak, sehingga BBM masih perlu disubsidi atau tidak. Tujuannya adalah supaya kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah bisa lebih akurat dan tepat sasaran.Consumer Price Index (CPI) adalah komponen penting dalam penghitungan inflasi. Meskipun metode dan datanya masih perlu dan sering diperbaiki untuk meningkatkan akurasi, namun data ini tetap penting untuk pengambilan keputusan baik dalam ekonomi makro, maupun ekonomi level mikro.