Lompat ke konten
Daftar Isi

Debt-Service Coverage Ratio (DSCR): Pengertian, Rumus, Cara Menghitung, Contoh

Debt-Service Coverage Ratio

Utang adalah salah satu faktor keuangan yang harus diperhatikan seorang investor dalam memilih sebuah emiten. Sederhananya, tentu saja Anda tidak mau atau akan lebih berhati-hati saat meminjamkan uang kepada orang yang punya banyak utang. 

Untuk mempertimbangkan utang ini, terdapat beberapa rasio keuangan yang bisa Anda gunakan. Rasio-rasio keuangan tersebut tergabung ke dalam rasio leverage. Salah satunya adalah debt-service coverage ratio.

Simak apa itu debt-service coverage ratio dan apa bedanya dengan anggota rasio leverage yang lain dengan membaca artikel berikut ini. 

Pengertian Debt-Service Coverage Ratio (DSCR)

Debt-service coverage ratio (DSCR) adalah rasio perbandingan antara pendapatan dengan utang baik itu utang jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio ini tidak hanya bisa diaplikasikan untuk perusahaan saja, melainkan juga untuk keuangan negara maupun keuangan pribadi.

Dalam konteks keuangan perusahaan, DSCR bisa diperoleh dengan membandingkan pendapatan perusahaan (EBITDA) dengan jumlah utang perusahaan tersebut sementara dalam kasus negara, DSCR dihitung dengan membandingkan pendapatan ekspor dengan cicilan utang negara. 

Dari pengertian di atas tentu Anda sudah bisa membedakan DSCR dengan DER atau DAR. Meskipun sama-sama membandingkan utang, namun yang menjadi alat pembanding pada ketiga indikator ini berbeda. DSCR membandingkan utang dengan pendapatan, DER membandingkan utang dengan modal sementara DAR membandingkan utang dengan aset. 

Namun demikian, ketiganya sama-sama penting untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang. Dalam konteks debt-service coverage ratio, semakin besar nilai DSCR, maka semakin bagus pula kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utang yang mereka miliki. 

Rumus Debt-Service Coverage Ratio

Rumus debt-service coverage ratio (DSCR) adalah DSCR = EBIT / Total Debt Service.

EBIT atau earnings before interest and taxes adalah pendapatan operasi yang sudah dikurangi beban operasi tapi belum dikurangi beban pajak dan bunga. Total debt service adalah jumlah cicilan utang (pokok utang dan bunganya) yang harus dibayarkan pada periode tersebut. Jadi kalau Anda punya utang 6 juta rupiah tapi bulan ini Anda harus bayar 500 ribu saja, maka nilai TDS adalah 500 ribu.

Anda juga bisa memasukkan variabel pendapatan non operasi seperti, pendapatan pajak atau bunga ke dalam perhitungan ini supaya hasil analisis Anda jadi lebih komprehensif. Akan tetapi, hal ini membuat penghitungan DSCR Anda dengan orang lain atau perusahaan lain bisa jadi berbeda. Jadi, jika Anda menghitung nilai DSCR lebih dari 1 perusahaan, pastikan Anda menggunakan komponen penghitungan yang sama. 

Cara Menghitung Debt-Service Coverage Ratio

Berikut ini langkah-langkah untuk menghitung debt-service ratio:

  1. Tulis rumusnya. Dalam hal ini, rumusnya adalah DSCR = EBIT/Total Debt Service.
  2. Buka laporan laba rugi perusahaan (income statement) lalu cari data mengenai pendapatan bersih perusahaan (EBIT).  Apabila tidak ada data EBIT secara langsung, Anda bisa mencarinya dengan mengurangi pendapatan usaha dengan beban usaha terlebih dahulu. 
  3. Tulis data EBIT tersebut lalu cari data utang perusahaan tersebut. Data debt-service atau utang yang harus dibayar dalam tahun terkait bisa diperoleh pada data current liabilities atau utang jangka pendek. Data current liabilities atau debt-service bisa Anda peroleh di laporan posisi keuangan perusahaan.
  4. Masukkan kedua data tersebut ke dalam rumus lalu hitung. 

Contoh Penghitungan Debt To Service Ratio

No AkunNama AkunDebitKredit
111Kas
112Piutang
114Barang habis pakai
121Mesin dan Alat
122Akumulasi Depresiasi Mesin dan Alat
123Bangunan
124Akumulasi Depresiasi Bangunan
125Tanah
126Furniture
127Akumulasi Depresiasi Furniture
201Utang Usaha
202Utang Bunga
311Modal pemilik
411Pendapatan usaha10.000.000
511Pembelian
512Beban Bensin dan lain-lain300.000
513Beban Listrik500.000
514Beban Depresiasi Bangunan100.000
515Beban Barang Habis Pakai400.000
516Beban Depresiasi Mesin dan Alat500.000
517Beban Sewa Kios1.000.000
Total2.800.00010000000
Laba Bersih Sebelum Pajak7.200.000
Tabel 1: Conth laporan laba rugi
No AkunNama AkunDebitKredit
111Kas2.000.000
112Piutang1.000.000
114Barang habis pakai31.000
121Mesin dan Alat3.000.000
122Akumulasi Depresiasi Mesin dan Alat100.000
123Bangunan120.000.000
124Akumulasi Depresiasi Bangunan100.000
125Tanah170.000.000
126Furniture500.000
127Akumulasi Depresiasi Furniture30.000
201Utang Jangka Panjang150.000.000
202Utang Jangka Pendek10.000.000
311Modal pemilik130.080.000
411Pendapatan usaha
511Pembelian400.000
513Beban Bensin
515Beban Listrik
517Beban Gaji Bulanan Pegawai
519Beban Depresiasi Bangunan
520Beban Perlengkapan
521Beban Depresiasi Furniture
522Beban Depresiasi Mesin dan Alat
Total296.931.000290310000
Contoh laporan neraca

Tabel 1 adalah contoh laporan laba rugi sebuah perusahaan. Disitu tidak terdapat data mengenai EBIT secara langsung sehingga Anda harus mengurangi pendapatan kotor perusahaan dengan berbagai beban operasi di dalamnya. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa laba bersih sebelum pajak perusahaan tersebut adalah sebesar 7.200.000. 

Tabel 2 adalah contoh laporan neraca sebuah perusahaan. Dalam laporan tersebut tertera jika utang jangka pendek perusahaan yang harus dibayarkan pada tahun itu juga adalah sebesar 10.000.000 rupiah. 

Dari informasi yang telah dikumpulkan, maka nilai DSCR perusahaan tersebut adalah:

DSCR = 7.200.000/10.000.000 =0,72

Ini artinya bahwa pendapatan perusahaan tersebut dalam satu tahun masih belum cukup untuk membayar utang jangka pendeknya. 

Interpretasi Debt-Service Coverage Ratio (DSCR) 

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwasanya semakin besar debt coverage ratio maka semakin baik. Karena itu artinya pendapatan perusahaan sudah mencukupi untuk membayar utang jangka pendek perusahaan tersebut. 

Akan tetapi, sama halnya dengan indikator keuangan lainnya, nilai DSCR juga bisa bervariasi tergantung industri perusahaan, tahap pengembangan perusahaan tersebut dan lain sebagainya. 

Oleh sebab itu, sebaiknya Anda membandingkan nilai DSCR sebuah perusahaan dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama serta membandingkan nilai DSCR perusahaan tersebut dari tahun ke tahun supaya Anda mendapatkan gambaran utuh mengenai berapa nilai DSCR yang ideal untuk perusahaan terkait. 

Selain itu, bandingkan juga nilai DSCR dengan nilai DER atau DAR supaya Anda mengetahui kemampuan sebuah perusahaan untuk membayar utangnya secara keseluruhan. Dengan demikian Anda tidak asal berinvestasi ke perusahaan dengan profil utang yang buruk. Sekian pembahasan mengenai debt-service coverage ratio. Silakan beri komentar di bawah jika ada ada yang belum dimengerti atau ingin tahu lebih lanjut.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *