Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa Itu Demand-Pull Inflation?

Demand-Pull Inflation

Setiap tahunnya, ribuan anak muda datang ke Kota Yogyakarta untuk menempuh pendidikan. Banyak diantara mereka yang setelah lulus kuliah memutuskan untuk tetap tinggal di kota ini karena alasan kesempatan bekerja. 

Hal ini mengakibatkan harga sewa kost-kostan di kota kecil tersebut terus merangkak naik setiap tahunnya. Kenaikan harga sewa kamar kost ini merupakan salah satu contoh demand-pull inflation

Pengertian Demand-Pull Inflation

Demand-Pull Inflation adalah kenaikan harga komoditas yang disebabkan oleh tingginya permintaan barang dan jasa tersebut. Hal ini bisa terjadi karena jumlah penawaran barang tersebut terbatas, sementara permintaannya terus meningkat. 

Menurut Keynes, inflasi jenis ini acap kali timbul karena peningkatan Gross Domestic Product alias produktivitas nasional. Pertumbuhan GDP yang baik, biasanya ditandai dengan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan. Akibatnya, banyak orang mendapatkan gaji atau pendapatan, sehingga daya beli masyarakat juga meningkat. 

Misalnya dulu, pada generasi Ayah dan Ibu Anda, mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi bisa jadi merupakan hal yang tidak mungkin. Namun seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin baik, kini banyak generasi muda yang menempuh pendidikan sarjana. Di satu sisi, hal ini menunjukkan kualitas pendidikan Indonesia yang semakin baik, namun di sisi lain hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan biaya pendidikan dan layanan pelengkapnya juga. 

Apakah Demand-Pull Inflation Baik Atau Buruk Bagi Perekonomian?

Meskipun diawali dengan pertumbuhan ekonomi yang baik, namun fenomena ekonomi ini tetap harus dijaga. Sebab, kenaikan harga yang terlalu tinggi dapat menekan daya beli masyarakat, yang mana hal ini lambat laun akan berdampak buruk bagi perekonomian sebuah negara. 

Mari kita kembali pada contoh biaya pendidikan di atas. Kenaikan biaya pendidikan tinggi bisa jadi disebabkan oleh permintaan masyarakat terhadap pendidikan yang semakin tinggi pula. Akan tetapi, apabila biaya pendidikan yang tinggi tidak didampingi dengan kenaikan daya beli masyarakat (misalnya gaji atau pendapatan per kapita orang tua), bukan tidak mungkin akan banyak masyarakat Indonesia yang memutuskan untuk tidak kuliah. 

Penyebab Demand-Pull Inflation

Demand-pull inflation bisa timbul akibat:

1. Pertumbuhan ekonomi yang baik

Ketika kondisi ekonomi sedang baik, masyarakat akan lebih percaya diri untuk membelanjakan uangnya, termasuk apabila mereka harus menggunakan kredit. Akibatnya, permintaan terhadap sebuah komoditas dari masyarakat akan meningkat dan harga komoditas tersebut akan naik. 

2. Peningkatan ekspor

Peningkatan ekspor merupakan salah satu penanda kalau perekonomian suatu negara sedang bagus. Jika ekspor meningkat, pendapatan perusahaan yang menjalankan bisnis ekspor akan semakin tinggi, sehingga daya beli masyarakat yang terlibat secara langsung di industri ekspor tersebut juga akan meningkat. 

3. Peningkatan pengeluaran pemerintah

Pengeluaran pemerintah adalah salah satu instrumen kebijakan fiskal yang digunakan oleh pemerintah untuk menggerakkan ekonomi. Pengeluaran pemerintah ini, termasuk untuk gaji PNS, gaji ASN, beasiswa untuk masyarakat, program perbaikan atau pembangunan infrastruktur, dan lain sebagainya. 

Oleh karena itu, kalau pengeluaran pemerintah naik, maka kemungkinan besar daya beli masyarakat akan naik juga, sehingga masyarakat akan membeli lebih banyak barang. Misalnya, pemerintah meningkatkan anggaran untuk Beasiswa Bidik Misi. Hal ini akan mengakibatkan semakin banyak generasi muda yang berani mengambil pendidikan tinggi. 

4. Ekspektasi inflasi

Ekspektasi inflasi juga bisa menyebabkan harga barang dan jasa naik. Misalnya, ketika inflasi diperkirakan akan naik, banyak orang yang akan membeli saham, karena instrumen keuangan tersebut dianggap memiliki imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan inflasi. Hal ini secara teoritis akan menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan naik. 

5. Peningkatan jumlah uang beredar

Salah satu instrumen kebijakan moneter yang seringkali digunakan untuk memperbaiki kondisi ekonomi adalah dengan menurunkan suku bunga acuan dan perbankan. Harapannya adalah, masyarakat akan semakin banyak mengambil kredit dari bank, sehingga jumlah uang yang beredar akan naik. 

Lalu, bagaimana kenaikan jumlah uang beredar dapat menyebabkan inflasi? Misalnya, penurunan suku bunga KPR akan menyebabkan masyarakat berani mengambil KPR. Akibatnya, harga rumah akan naik karena kredit KPR jadi lebih mudah. 

Contoh Demand-Pull Inflation

Selain contoh kenaikan biaya pendidikan dan harga sewa kost di atas, contoh  lain inflasi yang disebabkan oleh tingginya permintaan juga dapat ditemukan pada pasar tenaga kerja untuk posisi yang terkait teknologi, seperti full stack developer, data science, dan lain sebagainya. 

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, semakin tinggi pula kebutuhan perusahaan terhadap tenaga kerja yang memiliki kemampuan di bidang tersebut di atas. Padahal, supply tenaga kerja di bidang ini sangat terbatas karena pelajaran dan praktek untuk bidang ilmu tersebut tidak diajarkan di sekolah maupun kuliah. Akibatnya, gaji tenaga kerja di bidang ini boleh dibilang cukup tinggi. Bahkan, untuk lulusan baru bisa mencapai Rp5.000.000 per bulan. 

Demand-Pull Inflation vs Cost-Push Inflation

Selain diakibatkan peningkatan jumlah barang yang diminta, inflasi juga bisa disebabkan oleh kenaikan biaya produksi. Inflasi yang disebabkan oleh faktor ini disebut dengan cost-push inflation

Misalnya, harga gorengan naik dari Rp500 per biji menjadi Rp1.000 per biji karena kenaikan harga BBM dan harga minyak goreng. Contoh lainnya, biaya langganan Spotify atau Netflix meningkat karena adanya peningkatan biaya gaji karyawan atau Upah Minimum Regional (UMR). 

Tidak jarang inflasi disebabkan oleh demand-pull dan cost-push sekaligus. Misalnya contoh gaji karyawan di bidang IT di atas. Karena jumlah supply-nya langka, gaji karyawan IT meningkat (demand-pull). Tingginya gaji karyawan IT ini tentunya akan membuat biaya produksi perusahaan membengkak, sehingga perusahaan harus menerapkan harga barang dan jasa yang lebih tinggi kepada pelanggan. 

Apapun penyebabnya, inflasi merupakan indikator ekonomi yang harus dikendalikan oleh pemerintah. Tugas pemerintah adalah mengidentifikasi penyebab dari kenaikan harga tersebut, sehingga mampu menerbitkan kebijakan ekonomi yang tepat guna.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *