Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa itu Discounted Cash Flow (DCF)? Pengertian, Rumus & Contohnya

Discounted cash flow

Karena adanya inflasi, nilai riil uang yang Anda miliki saat ini tidak akan sama dengan nilai riil uang tersebut di masa depan. Misalnya, jika saat ini dengan uang Rp2.000 Anda sudah bisa mendapatkan 3 biji gorengan, maka dalam 5 tahun lagi uang Rp2.000 bisa jadi hanya bisa digunakan untuk membeli 2 gorengan saja. 

Oleh sebab itu, saat menggunakan uang untuk berinvestasi, penting bagi Anda untuk mempertimbangkan nilai uang tersebut di masa depan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah investasi yang Anda lakukan itu menguntungkan atau tidak. Salah satu metode untuk mengetahui hal ini adalah dengan menghitung discounted cash flow (DCF). 

Pengertian Discounted Cash Flow

Discounted cash flow (DCF) adalah metode yang digunakan untuk menghitung valuasi sebuah aset investasi berdasarkan perkiraan nilai arus kasnya di masa depan. Hasil dari penghitungan valuasi ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam kebijakan keuangan perusahaan dan menentukan potensi keuntungan sebuah instrumen investasi. 

Rumus ini digunakan untuk menghitung investasi karena adanya konsep time value of money. Asumsi dalam konsep ini adalah nilai riil uang yang Anda miliki saat ini akan lebih besar dibandingkan dengan nilai riil uang tersebut di masa depan karena adanya inflasi. 

Konsepnya adalah seperti ini. Katakanlah inflasi tahunan Indonesia adalah sebesar 5% dan saat ini Anda memiliki uang Rp2.000 yang bisa digunakan untuk membeli 2 biji gorengan. Tahun depan, uang Rp2.000 tersebut tidak bisa digunakan untuk membeli 2 gorengan. Harga untuk membeli 2 gorengan tersebut naik menjadi Rp2.100 yang diperoleh dari Rp2.000 ditambah 5%*2.000. 

Sebuah investasi akan menguntungkan kalau nilai keuntungan minimalnya lebih besar dibandingkan inflasi tersebut. Nilai keuntungan investasi ini umumnya diwujudkan dalam bentuk suku bunga (interest rate). Misalnya alih-alih Anda gunakan untuk membeli gorengan, uang Rp2.000 di atas Anda masukkan ke dalam deposito yang menawarkan bunga sebesar 6% per tahun. Maka, tahun depan uang Anda tidak akan bernilai sebesar Rp2.000 lagi, melainkan menjadi Rp2.120 yang diperoleh dari  Rp2.000 ditambah 6%*2.000. Ini artinya, Anda mendapatkan untung sebesar 20 rupiah. 

Dalam investasi jangka panjang dan bernilai besar, penghitungan mengenai keuntungan investasi tersebut akan lebih rumit. Hal ini karena inflasi dan suku bunga memiliki sifat compounding atau berganda. Sederhananya, sifat compounding ini seperti jika pada tahun pertama Anda mendapatkan uang Rp2.120 dari deposito dengan bunga 6%, maka pada tahun kedua uang Anda menjadi Rp2.247 (dari Rp2.120 ditambah 6% kali Rp2.120), begitupun seterusnya. 

Rumus Discounted Cash Flow

Lalu, bagaimana cara untuk menghitung potensi keuntungan investasi jangka panjang tersebut? Untuk menghitungnya, Anda bisa menggunakan rumus di bawah ini:

DCF = [(CF1) / (1+r)1] + [CF2 / (1+r)2] + … + [CFn / (1+ K)n]

Keterangan:

DCF : Discounted cash flow. 

CF : Cash flow. Cash flow adalah nominal uang yang akan Anda peroleh sebagai

  keuntungan dari investasi ini. 

r : Nilai diskonto pada periode 1, 2. Pada variabel nilai diskonto ini, Anda bisa   menggunakan nilai inflasi, suku bunga minimum yang Anda inginkan atau weighted average cost of capital (WACC). Weighted average cost of capital (WACC) adalah rata-rata biaya modal yang timbul karena perusahaan menggunakan modal dari pemilik atau investor dan pinjaman dari bank saat membiayai sebuah proyek.

K : Nilai diskonto pada periode kesekian. 

Contoh Perhitungan Discounted Cash Flow

Contoh 1

Misalnya, perusahaan Anda berinvestasi pada sebuah proyek sebesar Rp10,000,000. Dalam 5 tahun, diperkirakan nilai WACC proyek tersebut adalah sebesar 5%. Berikut ini potensi keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut berdasarkan perkiraan nilai arus kasnya setiap tahun:

TahunCash FlowDiscount rateDiscounted Cash Flow
1Rp2.000.0005%Rp1.904.761,90
2Rp2.500.0005%Rp2.380.952,38
3Rp3.000.0005%Rp2.857.142,86
4Rp4.000.0005%Rp3.809.523,81
5Rp5.000.0005%Rp4.761.904,76
TotalRp15.714.285,71

Dengan tanpa menghitung faktor diskonto, maka seolah-olah Anda akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp6.000.000 (total cash flow) dengan modal investasi sebesar Rp10.000.000. Namun karena dengan memperhitungkan faktor diskonto, maka keuntungan Anda akan menjadi sebesar Rp5.714.285,71. Hal ini tentu akan berbeda jika saat ini Anda berinvestasi sebesar Rp16.000.000. Dengan nominal investasi tersebut, Anda akan merugi sekitar Rp285.000. 

Contoh 2

Misalnya, Anda membeli sebuah obligasi dengan rincian sebagai berikut: modal investasi Rp1,000,000, flat coupon rate sebesar 6,5% per tahun, tenor selama 5 tahun. Dengan asumsi bahwa suku bunga Bank Indonesia akan tetap sebesar 5,75% dalam 5 tahun terakhir, maka keuntungan investasi Anda adalah sebesar:

TahunDiscount rateModalCash FlowDiscounted Cash Flow
15,75%Rp1.000.000Rp65.000Rp61.465,72
25,75%Rp1.065.000Rp69.225Rp65.460,99
35,75%Rp1.134.225Rp73.725Rp69.715,96
45,75%Rp1.207.950Rp78.517Rp74.247,49
55,75%Rp1.286.466Rp83.620Rp79.073,58
TotalRp370.087Rp349.963.75

Perlu diingat bahwasanya suku bunga bersifat compounding atau berganda, sehingga variable cash flow dalam tabel 2 di atas didapatkan dari total penambahan modal karena adanya pembayaran kupon dalam periode sebelumnya. Metode penghitungan di atas berjalan dengan asumsi bahwa kupon obligasi yang Anda dapatkan setiap tahunnya akan Anda investasikan kembali. Asumsi tersebut tidak akan berlaku jika Anda mencairkan kupon tersebut setiap kali ada pembayaran. 

Dengan tanpa memperhitungkan faktor diskonto, akan tampak nominal keuntungan yang akan Anda peroleh adalah sebesar Rp370.087, dengan memperhitungkan suku bunga BI sebagai diskonto, maka keuntungan yang sebenarnya Anda peroleh adalah sebesar Rp349.964. Hal ini karena uang sebesar Rp370.087 5 tahun kedepan hanya bisa digunakan untuk membeli barang senilai Rp349.964 saat ini. 

Fungsi Discounted Cash Flow

Fungsi utama dari menghitung discounted cash flow adalah untuk memperhitungkan potensi keuntungan investasi dengan mempertimbangkan perubahan nilai uang di masa mendatang (time value of money). Adapun yang dimaksud dengan kata investasi di sini bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari berinvestasi pada pembangunan proyek, merger dan akuisisi perusahaan lain atau sekedar membeli surat berharga. 

Dengan adanya penghitungan DCF ini, diharapkan Anda mampu memperkirakan apakah investasi pada proyek atau instrumen tersebut menguntungkan atau tidak.  

Cara Menghitung Discounted Cash Flow

1. Tentukan nilai cash flow

Langkah pertama untuk menghitung discounted cash flow adalah dengan menentukan nilai variabel cash flow. Isi nilai variabel cash flow ini berbeda tergantung dengan jenis investasi yang Anda lakukan:

  • Jika Anda ingin merger atau mengakuisisi sebuah perusahaan, maka Anda bisa menggunakan data free cash flow yang ada di dalam laporan keuangan perusahaan tersebut.
  • Jika Anda ingin berinvestasi dengan membangun sebuah proyek, maka variabel ini bisa diisi dengan perkiraan potensi keuntungan yang bisa Anda dapatkan dalam beberapa tahun kedepan. 
  • Jika Anda ingin berinvestasi dengan membeli surat berharga, maka variabel ini bisa diisi dengan perkiraan nominal dividen atau kupon yang bisa Anda peroleh. 

2. Tentukan tingkat diskonto

Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan tingkat diskonto. Sekali lagi, tingkat diskonto ini bervariasi tergantung dengan jenis investasi yang Anda ambil. Pada contoh pertama di atas misalnya, tingkat diskonto yang dimasukkan adalah WACC karena perusahaan ingin mengembangkan proyek dan modalnya berasal dari saham perusahaan tersebut dan pinjaman bank. 

Lain halnya dengan contoh kedua yang menggunakan suku bunga acuan sebagai tingkat diskonto. Pada dasarnya, tingkat diskonto ini adalah biaya yang harus Anda keluarkan atau pertimbangkan untuk mendapatkan keuntungan bersih dari sebuah investasi. 

3. Tentukan periode investasi

Periode investasi juga berpengaruh terhadap nilai keuntungan investasi yang bisa Anda peroleh. Biasanya, semakin lama periode investasi yang Anda ambil, semakin tinggi pula keuntungan investasi tersebut. Umumnya, periode investasi ini disebutkan dalam satuan tahun atau bulan. 

Selain periode investasi, kadang frekuensi pembayaran keuntungan juga berpengaruh terhadap nilai keuntungan investasi tersebut. Hal ini karena sifat suku bunga yang berganda (compounding), sehingga seringkali semakin sering frekuensi pembayaran suku bunga, semakin tinggi pula keuntungan investasi pada instrumen tersebut. 

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *