Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa itu Dow Theory?

Apa itu Dow Theory

Dalam sejarah pasar modal, Anda telah mempelajari bahwasanya pasar modal alias bursa efek sudah ada di dunia sejak ratusan tahun silam. Oleh sebab itu, tidak heran apabila teori-teori mengenai pasar modal juga sudah ada sejak lama. Salah satunya adalah Dow Theory. 

Pengertian Dow Theory

Dow theory adalah serangkaian teori mengenai pasar modal yang dicetuskan oleh Charles H. Dow dalam 255 tulisannya di Wall Street Journal pada kisaran tahun 1851-1902 ketika beliau masih hidup. Charles H. Dow adalah pendiri koran tersebut, sekaligus pendiri dari Dow Jones & Company, Inc. dan indeks Dow Jones (DJIA).

Meskipun tulisannya sudah berusia lebih dari 100 tahun, namun teori ini masih terus dipelajari hingga kini. Pasalnya, tulisan-tulisan Charles H. Dow terus dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan setelahnya, terutama William P. Hamilton, Robert Rhea, E. George Schaefer dan Richard Russell. 

Teori ini lantas menjadi salah satu dasar teori yang harus dipelajari oleh trader jika dia ingin menggunakan analisis teknikal dalam pasar saham. Teori ini semakin penting, karena saat ini analisis teknikal tidak hanya digunakan dalam pasar modal saja, melainkan juga forex dan cryptocurrency. 

6 Prinsip Dow Theory

Berikut ini 6 prinsip strategy Dow Theory sebagaimana yang disampaikan oleh para ilmuwan pengembang teorinya di atas:

1. Pasar modal bersifat efisien

Prinsip Dow yang pertama adalah pasar modal bersifat efisien (The stock market discounts all news). Efisien disini berarti pasar modal mengakomodasi semua informasi segera setelah informasi tersebut diberitakan (perfect information). 

Hal ini secara tidak langsung menggambarkan kepercayaan Charles H. Dow, bahwasanya pergerakan harga saham menggambarkan kondisi ekonomi sebuah negara secara langsung. Karena apabila begitu ada informasi buruk mengenai ekonomi sebuah negara, harga saham di negara tersebut akan langsung turun, begitupun sebaliknya. 

Terdapat beberapa kritik mengenai prinsip ini:

  1. Pasar modal tidak mengakomodasi berita secara sempurna dan cepat. Tidak jarang harga saham sebuah perusahaan baru mengalami penyesuaian 1 atau 2 hari setelah berita buruk mengenai perusahaan tersebut dirilis. 
  2. Asumsi ini meniadakan faktor kepribadian manusia (behavioral economics). Tidak semua manusia tanggap terhadap berita ekonomi dan memiliki strategi yang sama. Hal ini salah satunya membuat kondisi pasar modal di Indonesia berbeda dengan Amerika Serikat dalam hal menanggapi perubahan suku bunga. 

Terlepas dari beberapa kritik di atas, namun adanya asumsi efisiensi pasar ini membuat para ahli mencoba membuat rumusan mengenai manajemen risiko dan suku bunga dalam investasi, seperti penghitungan Net Present Value (NPV), Weighted Average Cost of Capital (WACC) dan banyak lainnya.

2. Trend pasar dapat dibagi menjadi 3 jenis

Jenis yang pertama adalah trend jangka panjang (major trend) yang berdurasi selama 1-3 tahun, trend jangka menengah (medium swing/ secondary movement) yang berlangsung selama 3 minggu sampai 3 bulan dan minor trend yang berlangsung tidak lebih lama dari 3 minggu. 

Pergerakan harga pada medium swing bisa jadi searah atau berlawanan arah dengan trend harga pada jangka panjang (major trend). Begitu pula halnya dengan pergerakan harga pada minor trend yang bisa searah atau berlawanan dengan medium swing dan major trend. 

3. Trend pergerakan harga di pasar dapat dibagi menjadi 3 tahap

Dow percaya bahwa trend pergerakan harga di pasar saham dapat dibagi menjadi 3 tahap, sebagai berikut:

Bullish market:

  • Tahap akumulasi. Fase akumulasi adalah fase dimana investor mulai membeli suatu saham dan mulai mendapatkan akumulasi kenaikan harga saham tersebut. Kenaikan harga ini tidak seberapa karena posisi investor yang membeli saham ini masih minoritas (jumlahnya belum banyak). 
  • Tahap partisipasi publik. Ketika harga saham tersebut mulai merangkak naik, kini semakin banyak investor di luar investor awal yang membeli saham tersebut. 
  • Tahap pelampauan. Pada tahap ini, harga saham tersebut merangkak semakin tinggi dan tinggi. Investor yang cerdas dan mengetahui kondisi ini akan mulai menjual sahamnya ke publik dan take profit. 

Bearish market:

  • Tahap distribusi. Pada tahap ini, investor yang take profit mulai menjual sahamnya ke masyarakat. Akibatnya, supply terhadap instrumen keuangan tersebut meningkat. Apabila hal ini tidak diikuti dengan jumlah permintaan yang cukup, maka harga akan terdorong turun. 
  • Tahap partisipasi publik. Melihat adanya harga yang mulai turun akibat investor yang take profit, investor lain pun mulai ikut-ikutan entah itu demi take profit atau untuk cut loss. Akibatnya, selling pressure meningkat dan harga saham terkait semakin turun. 
  • Tahap panik. Pada tahap ini, semakin banyak investor yang cut loss dibandingkan yang take profit karena takut kalau harga saham terkait turun semakin dalam.

4. Indeks saham saling berkaitan

Untuk memahami prinsip dow theory yang satu ini, Anda harus tahu jenis barang berdasarkan hubungannya dengan barang lain. Jenis barang berdasarkan hubungannya dengan barang lain terbagi menjadi dua, yaitu barang substitusi (pengganti) dan barang komplementer (pelengkap).

Permintaan barang substitusi akan naik kalau harga barang utama naik. Contoh, beras dan jagung bahan makanan manusia. Apabila harga beras naik, maka permintaan terhadap jagung akan naik. Harga barang komplementer yang naik akan menyebabkan permintaan barang utama turun. Contoh, BBM dan kendaraan bermotor. Apabila harga bensin naik, maka permintaan terhadap kendaraan bermotor akan turun. 

Lalu? Apa kaitannya dengan indeks saham? Sederhananya, perubahan harga satu indeks saham akan mempengaruhi indeks saham lainnya apabila dua indeks tersebut terdiri dari perusahaan yang memproduksi barang yang saling berkaitan. 

Misalnya BBM yang diproduksi perusahaan di IDXEnergy dan kendaraan bermotor yang diproduksi IDX Transportasi. Apabila harga BBM naik, maka bisa jadi nilai IDXEnergy naik akibat peningkatan pendapatan dan nilai IDX Transportasi turun karena penurunan penjualan. 

5. Volume perdagangan mengkonfirmasi trend

Trend harga saham digerakkan oleh permintaan dan penawaran. Volume perdagangan adalah variabel yang menunjukkan seberapa banyak permintaan dan penawaran yang terjadi. Semakin banyak jumlah permintaan dan penawaran (volume semakin kuat), maka semakin kuat pula trend yang terbentuk.

Salah satu penerapan dari prinsip ini adalah teori breakout. Breakout yang terjadi pada sebuah aset dikatakan true dan menjadi pola yang menunjukkan keberlanjutan trend apabila dia didukung oleh volume perdagangan yang memadai. Sebaliknya, breakout dikatakan false dan berpotensi menjadi sinyal pembalikan kalau tidak ada volume perdagangan yang cukup.

6. Trend akan terus berlanjut sampai ada sinyal pembalikan yang jelas

Dalam pembahasan di poin dua di atas, Anda dapat mengetahui kalau trend terbagi menjadi tiga jenis, yaitu trend jangka panjang, trend jangka menengah dan trend jangka pendek. Pergerakan trend jangka menengah tidak akan mempengaruhi pergerakan trend jangka panjang apabila tidak ada sinyal pembalikan yang jelas. Begitu pula pergerakan trend jangka pendek tidak akan mempengaruhi trend jangka menengah kalau tidak ada sinyal pembalikan yang jelas juga.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *