Kata trend banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Umumnya kata ini menggambarkan sesuatu yang dalam beberapa waktu belakangan banyak terjadi, sedang digemari dan banyak dibicarakan oleh masyarakat. Misalnya, trend musik adalah jenis atau genre musik yang sering dibicarakan dalam waktu belakangan ini atau trend fashion, jenis atau bentuk pakaian yang sedang ramai digunakan oleh selebritis.
Sama seperti kata trend dalam kehidupan sehari-hari, kata trend dalam dunia trading juga menggambarkan sesuatu yang sedang ramai dibicarakan dan dipraktikkan oleh para trader. Bagi seorang trader, trend adalah salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan.
Pengertian Trend
Trend dalam trading dapat diartikan sebagai keseluruhan arah pergerakan harga suatu aset dalam periode waktu tertentu. Apabila seorang trader berkata kepada Anda kalau trend harga saham Y sedang turun, maka nilai keseluruhan harga saham perusahaan tersebut memang turun saat Anda membicarakannya.
Dalam analisis teknis, trend diidentifikasi menggunakan garis trend. Garis trend seringkali dibuat dengan menyambungkan titik-titik harga tertinggi dan titik-titik harga terendah suatu aset pada periode waktu tertentu. Tujuannya supaya trader tahu bagaimana pergerakan harga aset tersebut secara umum.
Trend menjadi faktor yang penting bagi trader, khususnya trend trader, karena adanya anggapan bahwa harga suatu aset akan mengikuti pola yang berulang mengikuti fenomena yang ada di dunia nyata. Misalnya, trend nilai IHSG cenderung naik saat bulan November-Januari karena adanya window dressing dan bonus akhir tahun karyawan dan lain sebagainya.
Jenis-Jenis Trend
Setidaknya terdapat tiga jenis trend yang patut untuk Anda ketahui. Dalam memahami 3 jenis trend berikut, Anda harus paham dulu beberapa istilah berikut ini:
- Higher high (HH): Higher high atau HH adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bahwa harga sebuah aset telah menyentuh titik yang lebih tinggi dibandingkan harga tertinggi sebelumnya. Misalnya, harga tertinggi saham A pada hari senin adalah 2.000/lembar dan harga tertinggi pada hari selasa adalah 2.500/lembar. Maka, 2.500 adalah higher high (HH) dari saham A.
- Lower low (LL): Kebalikan dari HH, LL adalah istilah untuk harga sebuah aset yang menyentuh titik lebih rendah dibandingkan titik terendah sebelumnya. Contoh, harga terendah saham B pada hari senin adalah 1.500/lembar lalu pada hari selasa harganya turun lagi jadi 1.000/lembar. Maka 1.000/lembar adalah lower low dari saham B.
- Lower high (LH). LH terjadi apabila harga suatu saham menunjukkan kenaikan tetapi tingkat kenaikan tersebut tidak lebih tinggi dibandingkan tingkat kenaikan harga pada periode sebelumnya. Misalnya, pada hari senin harga tertinggi saham A adalah 2.000 tapi, harga tertinggi saham tersebut pada hari selasa hanya 1.800 atau 1.900 saja.
- Higher low (HL). HL terjadi apabila pada suatu hari harga suatu aset menyentuh titik harga terendah. Tetapi, titik harga terendah tersebut masih relatif lebih tinggi dibandingkan titik harga terendah pada periode sebelumnya. Katakanlah harga saham B pada hari selasa turun sampai 1.000/lembar. Harga saham B ini termasuk higher low (HL) apabila pada hari senin harganya sempat turun sampai 900/lembar.
Nah, setelah Anda mengerti istilah-istilah di atas, mari kita masuk pada jenis-jenis trend:
1. Uptrend (bullish)
Trend harga sebuah aset terbilang uptrend atau bullish apabila dalam periode waktu tertentu, harga saham tersebut terus menerus membuat higher high (HH) atau higher low (HL). Ini artinya, harga saham tersebut terus menyentuh titik harga tinggi terbaru. Misalnya, harga tertinggi saham A dari senin-jumat adalah 1000, 2000, 3000,4000 dan 5000.
2. Downtrend (bearish)
Harga sebuah saham dan aset lainnya dikatakan bearish atau downtrend apabila dia terus menyentuh titik lower low (LL) atau lower high (LL) terus menerus dalam periode waktu tertentu. Contohnya, harga saham B dikatakan bearish kalau harganya dari senin sampai jumat adalah sebagai berikut: 2000, 1890, 1700, 1500, 1300.
3. Sideways
Ada kalanya pergerakan harga sebuah saham tidak menunjukkan kenaikan atau penurunan. Trend harga yang seperti ini disebut dengan sideways. Sideways terbentuk apabila pergerakan harga sebuah saham tidak menentu. Kalaupun membentuk HH, HL, LH atau LL, pergerakannya tidak konsisten.
Umumnya ketika sebuah saham mengalami sideways, saham tersebut juga sedang mengalami konsolidasi atau periode dimana harga saham tersebut sedang berusaha membentuk trend terbaru.
Perlu Anda ingat bahwasanya trend harga ini tidak berlaku untuk selamanya, Ada saatnya ketika saham A uptrend, tapi ada saatnya juga dia downtrend. Ada waktunya juga sebuah saham mengalami bounce back. Penting bagi seorang trader untuk bisa memperkirakan perubahan bentuk trend ini.
Strategi Trading Menggunakan Trend
1. Menggunakan garis trend menjadi garis support dan resistance
Untuk bisa trading menggunakan trend, tentunya Anda harus menggambar garis trend terlebih dahulu. Untungnya saat ini banyak aplikasi trading yang sudah dilengkapi dengan fitur trend pada grafik mereka.
Garis trend ini bisa sekaligus menjadi garis support dan resistance. Caranya adalah dengan menghubungkan titik-titik harga terendah untuk menjadi garis support dan menghubungkan titik-titik harga tertinggi untuk menjadi resistance.
Ketika garis support dan resistance sudah jadi, kini saatnya Anda tinggal menunggu adanya true breakout dalam harga. True breakout seringkali menjadi sinyal yang kuat apakah harga aset akan naik (jika menembus resistance) atau akan turun (jika menembus support).
Price action ini bisa dilengkapi dengan adanya bentuk chart yang mengindikasikan adanya kenaikan atau penurunan harga seperti three black crows atau three white soldier.
2. Menggunakan moving average
Moving average (MA) adalah garis yang menghubungkan rata-rata harga saham dalam periode waktu tertentu. Umumnya trader tidak hanya menggunakan satu garis moving average saja melainkan dua sekaligus dengan salah satunya menggambarkan rata-rata harga saham dalam periode yang lebih pendek.
Moving average bisa digunakan dalam trend trading. Anda bisa membuka posisi buy apabila garis moving average yang periode pendek bergerak ke atas dan memotong garis MA yang periode panjang. Anda juga bisa melakukan short selling apabila garis moving average periode pendek bergerak ke bawah dan memotong garis MA panjang.
Karena moving average adalah lagging indicator, maka umumnya indikator ini disertai dengan indikator teknis yang lain supaya trader tidak ketinggalan sinyal trading.
3. Indikator momentum
Indikator momentum adalah indikator teknis yang digunakan untuk memperkirakan adanya momentum perubahan trend. Salah satu indikator jenis ini adalah indikator relative strength index (RSI). Misalnya, trader dapat membuka posisi buy ketika skor RSI mencapai titik 30 dan beranjak naik dan membuka posisi sell ketika skor tersebut hampir menyentuh angka 70 atau 80.