Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa itu Ekonomi Mikro?

Ekonomi mikro

Istilah ekonomi mikro adalah salah satu istilah yang tidak dapat dilepaskan jika membahas mengenai kondisi ekonomi seseorang, perusahaan maupun sebuah negara. Sama seperti halnya ekonomi makro, ekonomi mikro atau microeconomics adalah sebuah bagian penting dari pembelajaran ekonomi itu sendiri. 

Lantas, apa yang disebut dengan ekonomi mikro dan mengapa istilah ini penting untuk dimengerti? Mari kita bahas dalam artikel berikut ini:

Pengertian Ekonomi Mikro

Ekonomi mikro adalah cabang ekonomi yang mempelajari cara individu dan perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai alokasi sumber daya yang terbatas untuk memaksimalkan kepuasan. Ekonomi mikro juga mempelajari bagaimana kedua pelaku ekonomi ini berinteraksi satu sama lain. 

Dalam cabang ilmu ini, pelaku ekonomi akan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu penjual (seller), pembeli (buyer atau consumer) dan pemilik bisnis (business owner). Ketiga pihak tersebut akan berinteraksi untuk memperjualbelikan barang dan jasa dengan harga tertentu.

Adapun yang dimaksud dengan harga disini bisa muncul dalam berbagai bentuk mulai dari harga beli atau harga jual, biaya sewa, gaji dan bunga. Bagi salah satu pihak, harga ini akan menjadi hal yang perlu dikorbankan untuk mendapatkan barang dan jasa tersebut, sementara bagi pihak yang lain, harga menjadi indikator manfaat yang bisa mereka peroleh karena mereka menjual barang dan jasa. 

Microeconomics sama pentingnya dengan macroeconomics, sebab cabang ilmu inilah yang menyusun berbagai faktor-faktor yang diperhitungkan dalam macroeconomics. Oleh sebab itu, umumnya pembahasan mengenai microeconomics lebih rinci dibandingkan dengan ekonomi makro. 

Tujuan Ekonomi Mikro

Memahami konsep ekonomi mikro sangat penting bagi individu, perusahaan, maupun pemerintah. Bagi individu, pemahaman mengenai konsep cabang ilmu ini akan membantu mereka menentukan keputusan ekonomi yang dapat memuaskan keinginan mereka secara individu. 

Misalnya, dengan mengenal konsep hubungan antara sepeda motor (barang utama) dengan sepeda (barang substitusi) dan BBM (barang komplementer). Ketika memahami konsep hubungan antar barang ini, seorang individu bisa beralih dari sepeda motor ke sepeda biasa ketika harga BBM naik, sementara pendapatan bulanan individu tersebut tidak berubah. 

Bagi perusahaan, konsep ekonomi mikro dapat menjadi dasar pemahaman mengenai bagaimana efisiensi produksi di perusahaan tersebut dapat dicapai. Contohnya, perusahaan yang bergerak di pasar dengan tipe oligopoli cenderung akan membuat kartel.

Sebab, permintaan yang konstan dan jumlah pesaing yang bisa dihitung akan membuat perusahaan dalam pasar tersebut bisa memutar persaingan yang tidak sehat entah itu dengan memainkan harga atau supply. Adanya kartel adalah untuk mencegah persaingan tidak sehat ini sekaligus memaksimalkan keuntungan. 

Bagi pemerintah, pengetahuan mengenai ekonomi mikro adalah dasar untuk menciptakan kebijakan yang tepat guna. Contohnya adalah penerapan subsidi untuk barang konsumsi yang dibutuhkan oleh masyarakat luas, tapi karena satu dan lain hal barang konsumsi tersebut hanya bisa diproduksi oleh 1 perusahaan (monopoli). 

Ruang Lingkup Ekonomi Mikro

Dalam ekonomi mikro, Anda akan mempelajari berbagai konsep dasar berikut:

  • Perilaku pelaku ekonomi ketika dia mendapatkan insentif tertentu. Dalam topik ini, Anda akan mempelajari bagaimana perusahaan dan individu menghadapi perubahan insentif atau harga yang mereka dapatkan. Termasuk diantaranya mempelajari hukum permintaan dan penawaran, reaksi karyawan ketika upah naik, dan lain sebagainya. 
  • Teori utilitas. Dalam topik ini Anda akan mempelajari bagaimana pelaku ekonomi memaksimalkan kepuasan yang mereka miliki meskipun sumber daya yang dimiliki terbatas. Termasuk diantaranya adalah bagaimana seseorang mengalokasikan uang hasil kerja kerasnya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan demi memaksimalkan kepuasan. 
  • Teori produksi. Teori produksi adalah bagian dari ekonomi mikro yang mempelajari bagaimana perusahaan berusaha untuk mengkombinasikan input produksi yang mereka miliki untuk memaksimalkan output yang mereka peroleh. Termasuk dalam topik ini adalah bagaimana perkembangan teknologi dapat memaksimalkan produksi perusahaan. 
  • Teori harga. Interaksi antara pelaku ekonomi baik dalam konteks produksi (teori produksi) maupun konsumsi (teori utilitas) secara teoritis akan menghasilkan harga keseimbangan (equilibrium). 

Dalam membahas berbagai topik di atas, terdapat beberapa asumsi yang digunakan, yaitu:

  1. Asumsi bahwa manusia berperilaku rasional. Artinya, jika A > B > C, maka A > C. 
  2. Asumsi bahwa adanya keterbatasan sumber daya. 
  3. Asumsi the Law of diminishing return. Pada hukum ini, apabila satu faktor bersifat tetap, maka relasi faktor lain terhadap faktor tersebut akan sempat meningkat sebelum akhirnya menurun seiring waktu. 

Contoh Fenomena Ekonomi Mikro

1. Jenis pasar

Salah satu hal yang akan Anda pelajari dalam ekonomi mikro adalah jenis pasar, seperti monopoli, oligopoli, monopolistik, hingga duopoli. Jenis pasar ini secara langsung akan mempengaruhi bagaimana reaksi konsumen dan produsen terhadap perubahan harga. 

Contoh sederhananya adalah pasar BBM di Indonesia relatif bersifat monopoli. Sebab, 90% BBM di negeri ini disupply oleh Pertamina. Dalam pasar monopoli, konsumen cenderung tidak memiliki nilai tawar, sebab jumlah supplier yang terbatas dan barangnya dibutuhkan. Maka dari itu, tidak heran jika masyarakat Indonesia masih membeli BBM dari Pertamina meskipun harga BBM naik 25%. 

2. Teori utilitas

Teori utilitas adalah teori dalam ekonomi makro yang membahas mengenai bagaimana cara seorang pelaku ekonomi memaksimumkan kepuasannya dari mengkonsumsi sebuah barang dan jasa. Biasanya, nilai utilitas atas konsumsi sebuah barang dan jasa akan menurun seiring dengan banyaknya barang dan jasa yang dikonsumsi.

Contoh klasik dari teori ini adalah ketika Anda berolahraga dan merasa haus. Ketika Anda minum air dalam gelas pertama, Anda langsung merasa segar dan nyaman. Disadari atau tidak, rasa segar dan nyaman tersebut akan semakin berkurang ketika Anda meminum air di gelas kedua dan ketiga, sampai akhirnya Anda tidak kuat minum lagi di gelas ke-5 atau ke-6. 

3. Teori produksi

Dalam sub bab di atas disebutkan bahwa teknologi dapat membuat proses produksi lebih efektif dan efisien. Contohnya adalah dengan penggunaan teknologi cloud dan internet seperti saat ini. 

Dengan bantuan teknologi, seperti berbagai produk dari Google yang bisa dibagikan secara langsung (Spreadsheet, Google Docs dan lain-lain), kini seseorang tidak harus bekerja di kantor, melainkan bisa bekerja di rumah atau dimanapun. Hal ini secara tidak langsung juga berarti perusahaan-perusahaan tertentu tidak perlu membangun atau menyewa kantor untuk beroperasi, jadinya lebih hemat biaya. Mudah bukan?

Contoh Kebijakan yang Terkait Dengan Ekonomi Mikro

Dalam tingkat tertentu, pemerintah dituntut untuk aktif membuat kebijakan yang terkait dengan ekonomi mikro. Kebijakan-kebijakan ini umumnya berupa peraturan atau regulasi yang sebaiknya dipenuhi oleh pelaku ekonomi terkait. Berikut ini contoh kebijakan yang terkait dengan ekonomi mikro:

1. Penetapan Upah Minimum Regional (UMR)

Anda tentunya sudah tidak asing dengan istilah Upah Minimum Regional (UMR), Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minimum Kota (UMK). Kebijakan upah minimum ini ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan supaya pengusaha tidak semena-mena memberikan gaji kepada karyawannya. 

Perlu Anda ingat, bahwasanya gaji adalah harga yang berhak didapatkan oleh karyawan atas jasa yang mereka “jual” kepada perusahaan. Oleh sebab itu, nominal gaji harus sesuai dengan kerja keras, produktivitas seorang karyawan dan telah disesuaikan dengan biaya hidup di daerah tempat tinggalnya. Oleh sebab itu, nilai UMR setiap daerah pasti berbeda. 

2. Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET)

Selain gaji, pemerintah dalam Kementerian Perdagangan umumnya juga menetapkan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) atau harga eceran minimum untuk produk-produk tertentu. Tujuannya adalah untuk mengontrol harga produk tersebut di pasaran, sehingga ekonomi tetap berjalan sebagaimana mestinya. 

Harga Eceran Tertinggi (HET) atau yang dalam Bahasa Inggris sering disebut dengan ceiling price adalah penetapan harga maksimum untuk pedagang eceran yang menjual produk-produk tertentu. Biasanya, produk-produk ini jumlah supply-nya terbatas tapi penting untuk dimiliki oleh masyarakat. Berbeda dengan monopoli, supplier produk ini bisa jadi ada banyak, namun jumlah penawarannya tidak sebanding dengan permintaannya. 

Contoh produk yang kena HET adalah beras. Seperti yang kita ketahui bahwasanya, meskipun Indonesia memiliki banyak sekali petani dan lahan pertanian, namun jumlah produksi beras tidak cukup untuk menghidupi 270 juta penduduk sepanjang tahun, sebab karakteristik beras yang hanya bisa di panen pada waktu-waktu tertentu.

Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57/M-DAG/PER/8/2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras, nilai HET untuk beras medium berkisar antara Rp9.450-Rp.10.250, sementara nilai HET untuk beras premium sebesar Rp12.800-13.600. Perbedaan harga ini disesuaikan dengan daerah. Selain beras, kebijakan HET ini juga acap kali ditetapkan untuk bahan pangan lainnya, seperti minyak goreng, gula pasir dan daging sapi. Tujuannya adalah untuk melindungi daya beli konsumen. 

Kebalikan dari HET, pemerintah acap kali juga menerapkan kebijakan harga beli minimum untuk melindungi produsen. Biasanya, kebijakan ini diterapkan ketika produk mengalami over supply sehingga harganya anjlok. 

Contohnya adalah harga beli jagung pipil di pabrik. Jagung pipil adalah bahan yang diperlukan untuk memproduksi berbagai produk pertanian, entah itu untuk makan ternak yang dijadikan daging atau yang lainnya. Jagung pipil diproduksi oleh petani dan dijual ke pabrik-pabrik yang membutuhkan. 

Ketika terjadi over supply, pemerintah dalam Kementerian Pertanian dituntut untuk memberikan harga beli minimum, sehingga petani tidak rugi dan tetap menjual jagungnya ke pabrik. Sebaliknya, penetapan harga beli minimum ini harus tetap mempertimbangkan kondisi keuangan pabrik terkait. 

Perbedaan Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro 

Cakupan pembahasan ekonomi mikro berbeda dengan ekonomi makro. Apabila ekonomi mikro membahas bagaimana pelaku ekonomi menentukan keputusan untuk memaksimalkan kepuasan, ekonomi makro fokus pada bagaimana pergerakan ekonomi secara keseluruhan, termasuk bagaimana pemerintah berusaha mensejahterakan rakyatnya.

Perbedaan fokus ini berakhir pada pembahasan pada isu yang berbeda pula. Isu ekonomi makro adalah isu-isu yang sifatnya regional atau nasional, seperti kemiskinan, ketahanan pangan, pendidikan, indeks pembangunan manusia, inflasi, pembangunan ekonomi, utang luar negeri dan lain sebagainya. 

Namun demikian, pemerintah juga perlu memahami konsep ekonomi mikro untuk mensejahterakan rakyatnya. Oleh karena itu pemahaman mengenai kedua bidang ekonomi ini harus digunakan secara berdampingan dan melengkapi satu sama lain.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *