Lompat ke konten
Daftar Isi

5 Instrumen Investasi Terbaik Saat Resesi

Instrumen Investasi Terbaik Saat Resesi

Dalam situasi ekonomi yang sedang mengalami resesi, investor sering kali kebingungan dalam berinvestasi. Instrumen investasi yang sebelumnya menarik karena menguntungkan, kini mungkin menjadi kurang menarik dan memiliki tinggi. Namun, masa resesi bukan berarti harus menghindari investasi sama sekali. Sebaliknya, periode ini dapat dimanfaatkan untuk menata ulang portofolio dan mencari instrumen investasi yang berfungsi melindungi aset.

Berikut instrumen investasi terbaik saat resesi yang bisa Anda pertimbangkan:

1. Deposito

Deposito adalah produk simpanan perbankan yang memiliki batas minimum dan tidak bisa ditarik sewaktu-waktu (kecuali dengan membayar penalti).

Deposito menjadi salah satu instrumen terbaik saat resesi karena:

  • Deposito perbankan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sehingga kalau sampai bank penyedia layanan deposito bangkrut, Anda masih bisa mengajukan klaim simpanan ke LPS. 
  • Suku bunga deposito memang kecil (normalnya kisaran 3%-5%) apalagi di tengah resesi (umumnya pemerintah mendorong konsumsi sehingga suku bunga simpanan dan kredit dibuat rendah). Namun, paling tidak uang Anda akan aman.

Cuma kekurangannya adalah deposito tidak bisa ditarik sewaktu-waktu sehingga kalau Anda perlu uang saat resesi seperti ini, Anda harus membayar penalti. Selain itu, bank-bank besar seperti bank BUMN dan BCA menerapkan minimal deposito yang cukup tinggi mulai dari Rp. 5.000.000 sampai Rp. 10.000.000.

2. Reksa Dana Pasar Uang (RDPU)

Ingin investasi yang aman saat resesi tapi tidak punya uang jutaan untuk deposito? Reksa dana pasar uang adalah solusinya. Saat ini Anda bisa membeli produk investasi ini mulai dari Rp. 10.000 melalui berbagai aplikasi handphone.

Reksa dana pasar uang adalah produk investasi khusus yang dikelola oleh manajer investasi dan dialokasikan sebagian besar untuk instrumen pasar uang seperti, deposito dan sedikit obligasi negara. 

Oleh karena itu, kelebihan dari RDPU adalah:

  • Bisa dibeli dengan budget minim. 
  • Dana dikelola oleh manajer investasi sehingga investor tidak perlu terjun langsung mengelola uang. 
  • Sebagian besar dana yang terkumpul akan dialokasikan ke deposito. Kembali ke poin deposito di atas, kalau bank bangkrut uang masih bisa kembali. 
  • Imbal hasil investasi lebih tinggi dibandingkan deposito sebab manajer investasi akan mengalokasikan sebagian uang investasi ke instrumen yang lebih berisiko tapi masih aman seperti, obligasi negara. 
  • Untuk mencairkan RDPU, Anda hanya butuh 2 hari kerja dan tidak perlu membayar penalti.

Hanya saja kekurangan dari reksa dana pasar uang (RDPU) adalah tingkat imbal hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan reksa dana jenis lain. 

3. Obligasi Negara

Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh lembaga tertentu untuk mendapatkan pendanaan tambahan atas proyek yang sedang dijalankan. Ini artinya, obligasi negara adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah pusat dalam hal ini adalah Kementerian Keuangan. 

Alasan mengapa obligasi negara cocok untuk investasi di kala resesi adalah:

  • Pemerintah Indonesia menjamin pengembalian modal dan coupon investasi investor. 
  • Default risk instrumen ini cukup baik. Sebab, obligasi negara pasti akan dibayar kecuali jika negara tersebut bangkrut. 
  • Tingkat imbal hasil lebih tinggi dibandingkan reksa dana pasar uang. 
  • Membeli obligasi negara saat resesi bisa juga berarti Anda membantu negara untuk terbebas dari resesi tersebut. Sebab, saat resesi, pemerintah akan menggenjot konsumsi dengan berbagai program salah satunya adalah dengan menyediakan lapangan kerja padat karya sehingga daya beli masyarakat meningkat.

Kekurangannya adalah untuk membeli instrumen ini Anda harus menyiapkan uang minimal Rp. 1.000.000 dan relatif kurang likuid (susah dicairkan) dibandingkan reksa dana. Oleh karena itu jika Anda ingin membeli ORI atau obligasi pemerintah jenis yang lainnya, pastikan Anda benar-benar melakukannya dengan uang dingin dan bukan dana darurat. 

4. Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT)

Jenis reksa dana lain yang bisa Anda beli saat resesi adalah reksa dana pendapatan tetap (RDPT). Instrumen ini adalah solusi bagi Anda yang ingin berinvestasi obligasi, tetapi memiliki budget terbatas. Sebab, saat ini RDPT juga bisa dibeli hanya dengan Rp. 10.000 sampai Rp. 100.000 rupiah dan bisa dicairkan kapanpun. 

Kelebihan lain dari RDPT adalah:

  • Imbal hasil lebih tinggi dibandingkan RDPU. 
  • Obligasi adalah surat utang sehingga pasti dibayar oleh lembaga yang menerbitkan surat utang tersebut. 
  • Investasi dikelola oleh manajer investasi. 
  • Lebih likuid dibandingkan jika membeli obligasi pemerintah atau swasta secara langsung.

Hanya saja, tidak jarang uang yang terkumpul dalam RDPT dialokasikan ke obligasi korporasi (perusahaan). Hal ini menjadi kelemahan sebab, dengan melemahnya daya beli masyarakat saat resesi, pendapatan yang diterima oleh perusahaan juga akan berkurang pula sehingga berakibat pada pengurangan potensi imbal hasil yang bisa diperoleh investor. 

Selain itu, sebagian kecil uang RDPT juga akan dialokasikan ke saham. Dengan alasan yang sama seperti paragraf di atas, RDPT menjadi instrumen yang lebih berisiko dibandingkan dengan RDPU. 

5. Emas

Dalam investasi terdapat istilah safe haven. Safe haven adalah instrumen investasi yang dianggap aman atau tidak volatile terlepas dari kondisi pasar termasuk jika pasar sedang mengalami resesi. Salah satu instrumen investasi yang dianggap sebagai safe haven adalah emas.

Emas bisa menjadi safe haven karena beberapa alasan berikut:

  • Emas dibutuhkan oleh masyarakat baik sebagai perhiasan maupun untuk bahan baku industri sehingga tingkat permintaannya relatif tetap. 
  • Emas bisa diperjualbelikan dimanapun baik itu di butik Antam, di toko emas dekat pasar atau bahkan di luar negeri emas asli masih bisa dijadikan cadangan alat tukar kalau dibutuhkan. 
  • Supply emas terbatas. 

Apalagi saat ini berbagai institusi menyediakan layanan tabungan emas yang memungkinkan investor untuk mulai menabung emas hanya dengan Rp. 5.000 sampai Rp. 10.000 rupiah saja dan bisa dicairkan kapanpun selama jumla hemas tersebut sudah mencapai 1 gram. 

Adapun kekurangan dari instrumen ini menurut penulis adalah adanya perbedaan antara biaya jual (uang yang harus Anda bayarkan saat membeli emas) dengan biaya buyback (harga yang akan Anda terima saat pihak institusi membeli kembali emasnya dari Anda). Belum lagi ada biaya tersembunyi seperti, biaya administrasi, biaya penyimpanan dan lain sebagainya. Tentunya faktor biaya ini harus Anda pertimbangkan jika ingin mendapatkan keuntungan dari investasi di instrumen ini. 

Nah, itu tadi beberapa instrumen yang cocok dibeli saat resesi. Jadi, manakah instrumen yang akan Anda pilih?

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *