Lompat ke konten
Daftar Isi

Investasi Atau Bayar Utang, Lebih Baik Yang Mana?

Investasi atau utang dulu?

Salah satu hal yang sering menjadi dilema saat menyusun anggaran keuangan adalah apakah investasi atau bayar utang terlebih dahulu? Investasi penting untuk mempersiapkan masa depan sementara utang kalau tidak segera dibayar juga akan menjadi beban keuangan.

Investasi vs utang seolah menjadi barang substitusi satu sama lain ketika Anda sedang menyusun anggaran keuangan. Apalagi kalau sisa uang Anda mepet sehingga Anda harus memilih apakah uang tersebut harus ditabung dan diinvestasikan atau digunakan untuk membayar utang. 

Untuk membantu menjawab kegalauan Anda, berikut ini penulis tuliskan beberapa solusinya:

Dahulukan Investasi atau Bayar Utang?

Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda harus tahu dulu rincian investasi dan utang yang akan Anda bayarkan. Rincian ini seperti tujuannya untuk apa, berapa tingkat imbal hasil dan suku bunganya dan kapan jatuh temponya. 

Setelah itu, tentukan skala prioritas. Usahakan cicilan utang kebutuhan pokok seperti KPR, kredit kepemilikan kendaraan bermotor dan utang yang berbunga tinggi seperti tagihan kartu kredit dibayar terlebih dahulu sebelum investasi. 

Investasi pun harus ada tingkatannya. Usahakan investasi untuk kebutuhan pokok seperti, dana darurat, dana untuk persiapan kelahiran atau sekolah anak dibayar terlebih dahulu sebelum investasi untuk persiapan liburan. Dengan demikian, meskipun sisa uang yang Anda miliki cukup terbatas, Anda masih bisa membayar utang sekaligus berinvestasi. 

Misalnya, Anda punya disposable income sebesar 1 kali gaji bulanan dan memiliki cicilan motor dengan jatuh tempo 3 tahun lagi sementara 2 bulan lagi istri akan melahirkan. Dari rincian ini, tentunya Anda tetap harus mendahulukan investasi untuk rencana kelahiran si kecil baru pelunasan kendaraan bermotor. Untuk mencegah pembengkakan bunga, tentu Anda harus tetap membayar cicilan, namun persentasenya bisa dikurangi atau pas sesuai dengan minimal cicilan saja.

Pentingnya Membangun Dana Darurat

Dalam pembahasan di atas, kita tahu kalau investasi dana darurat harus didahulukan dibandingkan investasi lainnya? Dana darurat adalah dana yang dipersiapkan untuk pengeluaran yang tidak terduga. Ahli menyebut nilainya bervariasi mulai dari 4 kali gaji atau pendapatan per bulan, 6 kali atau bahkan 12 kali gaji bulanan jika Anda sudah berkeluarga. 

Dana ini penting untuk disiapkan pertama kali karena fungsinya sebagai jaring pengaman apabila sesuatu yang tidak terduga terjadi seperti, pandemi covid19 misalnya, atau mendadak dipecat dari perusahaan atau mungkin jatuh sakit yang membutuhkan biaya pengobatan yang agak mahal. 

Tentu untuk membayar kebutuhan-kebutuhan seperti ini Anda tidak bisa hanya mengandalkan asuransi atau bantuan dari keluarga bukan? Nah, disinilah peran dana darurat menjadi penting.

Apakah Bisa Investasi Sekaligus Bayar Utang?

Secara garis besar investasi sekaligus membayar utang adalah dua hal yang bisa terjadi bersamaan. Apalagi saat ini Anda bisa berinvestasi hanya dengan bermodal uang Rp. 10.000 rupiah untuk membeli reksa dana. Dengan demikian, Anda masih tetap bisa menyesuaikan nominal dana investasi yang Anda setorkan sembari tetap membayar utang. 

Misalnya, total pendapatan Anda dan istri sebesar Rp. 4.000.000. Setelah dikurangi perkiraan kebutuhan sehari-hari untuk satu bulan sebesar Rp.2.000.000, Anda masih memiliki sisa uang Rp. 2.000.000. Uang tersebut bisa digunakan untuk membayar cicilan rumah senilai Rp. 1.488.000 dan membayar kredit motor senilai Rp. 268.000 menjadi Rp. 1.756.000. Sisanya bisa Anda gunakan untuk jaga-jaga sebesar Rp. 200.000, dan untuk investasi Rp. 44.000. 

Meskipun mudah dituliskan, nyatanya hal ini lebih susah diaplikasikan. Anda perlu memiliki kedisiplinan keuangan yang tinggi untuk menerapkannya. 

Bagaimana Kalau Sudah Terlanjur Utang Lebih Besar Daripada Pendapatan?

Dalam banyak kasus, utang seseorang lebih besar dibanding pendapatannya entah karena gaya hidup atau karena hal lainnya. Dalam kasus seperti ini, mau tidak mau pengeluaran untuk investasi atau tabungan harus dihentikan dan bahkan seluruh tabungan dan aset investasi harus dicairkan untuk membayar utang. 

Alasannya adalah utang, khususnya yang berbunga besar, bisa membebani keuangan dalam jangka menengah maupun dalam jangka panjang sehingga harus dilunasi terlebih dahulu sebelum membayar investasi.

Ligwina Hananto dari QM Financial dalam Vlog-nya bersama Raditya Dika pada tahun 2020 lalu menyebutkan periode ini sebagai Black Period. Beliau menyebutkan bahwa Black Period adalah periode dimana seluruh pos pengeluaran keuangan kecuali pos untuk kebutuhan sehari-hari harus ditutup.

Termasuk di antara pos-pos pengeluaran tersebut adalah pengeluaran untuk investasi, tabungan, gaya hidup dan bahkan sedekah harus dikurangi. Tujuannya adalah supaya uang dari pos-pos tersebut bisa dialihkan untuk membayar cicilan utang sehingga jumlah cicilan dan bunganya bisa dikurangi. 

Bahkan, Ligwina menyebut, ada beberapa kasus dimana aset-aset investasi juga harus turut dijual untuk mengurangi beban utang. Dengan demikian, cicilan utang bisa berkurang dengan tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 

Mengelola Utang dan Investasi Secara Bijaksana

Kita harus menemukan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Termasuk di antaranya adalah keseimbangan dalam mengelola utang dan investasi. Utang di masa kini seolah memang tidak bisa dihindarkan apalagi untuk kebutuhan primer seperti, utang KPR, utang kendaraan bermotor dan lain sebagainya. Pun demikian, investasi juga tetap dianjurkan untuk mempersiapkan masa depan. 

Lalu, bagaimana cara untuk menemukan keseimbangan di antara keduanya? Yang pertama adalah, Anda harus tahu tujuan, tingkat imbal hasil/ suku bunga dan jatuh tempo utang dan investasi tersebut lalu tentukan skala prioritas. 

Jika dirasa dana utang tidak digunakan untuk hal-hal yang produktif, maka sebaiknya dihindari atau dikurangi. Begitu pula kalau ada dana investasi jangka panjang yang sebenarnya bisa dipakai untuk membayar cicilan jangka pendek sebaiknya dikurangi. Tapi tentunya, mengelola utang dan investasi secara bijaksana tidak akan bisa terjadi kalau Anda tidak memiliki catatan keuangan. Hasil dari pengelolaan keduanya juga tidak akan terlihat kalau Anda tidak disiplin dalam menjalankan anggaran keuangan bulanan yang telah ditulis.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *