Apakah Anda pernah mendengar istilah kartel? Jika Anda adalah penggemar film-film aksi Hollywood, tentunya Anda pernah mendengar istilah ini. Kartel seringkali diasosiasikan sebagai kejahatan korporasi entah karena produk yang mereka jual maupun karena praktik bisnis yang merugikan konsumen. Mengapa demikian? Simak selengkapnya berikut ini.
Pengertian Kartel
Kartel adalah organisasi atau kesepakatan ekonomi yang dibentuk dua atau lebih entitas bisnis tertentu untuk mengontrol jumlah dan harga barang yang mereka produksi supaya hasil bisnis tersebut menguntungkan mereka. Organisasi ekonomi bisa dibentuk oleh perusahaan-perusahaan tertentu maupun oleh negara, seperti OPEC yang dibentuk oleh negara produsen minyak bumi.
Kartel biasanya dibentuk dalam pasar oligopoli yaitu pasar yang memproduksi barang yang dibutuhkan oleh banyak konsumen tapi yang memproduksi hanya pihak-pihak tertentu saja. Minyak bumi misalnya, dibutuhkan oleh miliaran orang di dunia tapi “hanya” diproduksi oleh negara-negara anggota OPEC, Rusia, dan Amerika Serikat.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengidentifikasi beberapa ciri kartel sebagai berikut:
- Adanya kesepakatan antara produsen.
- Tujuan kesepakatan tersebut adalah untuk menentukan dan mengendalikan harga.
- Mengatur jumlah produksi di pasar.
- Mengakibatkan monopoli pasar dan persaingan tidak sehat.
Dilansir dari Investopedia (2023) istilah kartel seringkali juga merujuk pada kartel narkoba yang muncul di negara-negara Amerika Selatan, seperti Meksiko atau Colombia. Meskipun sedikit berbeda, namun praktik kartel narkoba di negara tersebut tidak jauh berbeda dengan definisi di atas.
Jenis-jenis Kartel
Berdasarkan kesepakatannya, jenis kartel dapat terbagi menjadi:
1. Kartel harga
Dalam kartel jenis ini, anggota kartel dilarang untuk menjual produk dengan harga di bawah batas bawah (floor price) atau di atas batas atas (ceiling price). Tujuannya adalah supaya tidak terjadi persaingan harga yang tidak sehat antar anggota kartel dan setiap anggota mendapatkan keuntungan maksimal.
2. Kartel rayon
Kartel rayon adalah jenis kesepakatan kartel yang membagi konsumen atau market share secara imbang kepada anggota-anggotanya. Misalnya, Perusahaan A wajib beroperasi di daerah A saja, sementara perusahaan B wajib beroperasi di daerah B saja. Perusahaan A tidak boleh mencaplok area pasar perusahaan B, begitu pula sebaliknya.
Tidak hanya dalam konteks wilayah dan pangsa pasar, dalam tipe kartel ini, anggota juga wajib memberikan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasarnya saja dan tidak bisa berinovasi untuk membuat produk yang sesuai dengan target pasar anggota lainnya.
3. Kartel contingentering
Dalam hukum permintaan dan penawaran, semakin banyak supply sebuah barang dapat menekan harga barang tersebut. Kartel mencegah hal ini terjadi dengan cara mewajibkan anggotanya untuk memproduksi barang dalam jumlah tertentu. Akibatnya, produksi barang tersebut di pasaran tetap akan terjaga dan harga tidak turun.
Dampak Positif Kartel
Dari sisi produsen, pembentukan organisasi ekonomi ini tidak selalu bermakna negatif. Berikut ini beberapa dampak positif dari praktik bisnis ini:
1. Menghindari persaingan tidak sehat antar anggota
Dengan perjanjian dalam kartel, anggota organisasi ini tidak bisa menentukan harga dan supply produksi secara sembarangan untuk mencaplok pangsa pasar anggota lain. Akibatnya, keuntungan bisnis perusahaan-perusahaan anggota organisasi ini lebih terorganisir dan teratur.
2. Meningkatkan kekuatan suara para anggota
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Kartel bisa jadi juga dibutuhkan oleh para produsen dengan skala produksi yang lebih kecil untuk menghadapi produsen yang memiliki skala produksi yang lebih besar atau pemerintah. OPEC selaku organisasi minyak dunia misalnya, mencakup negara-negara produsen minyak dunia yang cukup besar. Namun, produksi dan cadangan anggota OPEC (selain Arab Saudi), masih kalah besar dibandingkan Amerika Serikat dan Rusia yang bukan anggota lembaga ini. Adanya OPEC dapat meningkatkan suara negara-negara anggotanya di pasar minyak dunia.
3. Memaksimalkan keuntungan
Dengan jumlah produksi dan harga yang telah disepakati sebelumnya, masing-masing anggota kartel dapat mendapatkan keuntungan besar meskipun tidak bisa maksimal (karena tidak bisa mencaplok bisnis anggota lain). Namun kerugian yang akan dihadapi oleh anggota organisasi ini juga lebih minim karena perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama terikat dengan kontrak dan perjanjian.
Dampak Negatif Kartel
Mengapa kartel dilarang di Indonesia dan banyak negara lainnya? Sederhananya, hal ini karena dampak negatif kartel lebih luas dan besar dibandingkan dengan dampak positifnya. Beberapa dampak negatif kartel antara lain:
1. Merugikan konsumen
Beberapa perusahaan yang tergabung dalam kartel dapat menetapkan harga tinggi di luar batas kewajaran. Karena produk yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut susah diproduksi oleh perusahaan lain atau perusahaan baru, maka konsumen jadi tidak memiliki opsi lain.
Kartel tiket pesawat contohnya. Misalnya, maskapai A menetapkan harga subclass ekonomi dari Surabaya ke Bali sebesar Rp1.000.000, maskapai B menerapkan subclass yang sama dengan harga Rp950.000 dan maskapai C menerapkan harga Rp1.050.000 untuk produk yang sama. Padahal, apabila biayanya dihitung, biaya produksi untuk perjalanan Surabaya-Bali untuk subclass ekonomi hanya sebesar Rp650.000 per penumpang. Akibatnya, konsumen atau penumpang tidak memiliki opsi maskapai lain yang lebih terjangkau.
2. Membatasi inovasi dan masuknya perusahaan baru
Coba bayangkan perusahaan besar seperti Gojek dan Grab berkolaborasi membentuk kartel ojol. Tentunya perusahaan baru di bidang ini (market challenger) akan susah masuk ke pasar ojek online Indonesia meskipun ia memiliki teknologi yang lebih baik atau modal yang sama besar. Hal ini karena Gojek dan Grab yang tergabung dalam kartel dapat berpengaruh lebih besar dalam pembentukan kebijakan pemerintah mengenai hal ini.
3. Mengakibatkan persaingan tidak sehat
Terbentuknya kartel juga dapat mendorong persaingan bisnis yang tidak sehat, khususnya antara perusahaan atau produsen anggota kartel dengan non-anggota. Persaingan bisnis yang sehat adalah persaingan bisnis yang dilandaskan pada proses bisnis yang sehat, inovasi penawaran produk yang menarik dan sesuai dengan standar etika yang berlaku.
Seperti yang Anda saksikan di film-film, pembentukan kartel bisa menyebabkan perusahaan atau produsen anggota kartel tersebut bisa melakukan praktik bisnis yang tidak sehat dan etis untuk mencapai target keinginannya.
Contoh Kartel di Indonesia
Selain kartel tiket pesawat kelas ekonomi yang sempat mengguncang Indonesia pada tahun 2020 lalu, sebelumnya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) juga sempat mengendus praktek kartel lainnya di negeri ini. Praktek kartel tersebut antara lain bisnis kendaraan motor matic antara Yamaha dan Honda pada tahun 2017, bisnis produksi ban kendaraan roda empat pada tahun 1999 dan kartel distribusi garam di Sumatera Utara.