Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa Itu Keseimbangan Kemampuan Berbelanja (Purchasing Power Parity)?

Keseimbangan Kemampuan Berbelanja (Purchasing Power Parity)

Tahukah Anda, kalau harga 1,5 liter air minum di Arab Saudi kurang lebih 8.300 rupiah per botol? Yup! Produk yang sama bisa Anda peroleh di Indonesia seharga kurang lebih setengahnya atau 3.000-4.500 rupiah tergantung merek dan lokasi pembelian. 

Perbedaan jumlah uang untuk membeli barang yang sama di negara berbeda inilah yang dimaksud dengan purchasing power parity. Meskipun agak rumit, konsep ini akan bermanfaat untuk Anda yang sedang menyiapkan perjalanan ke luar negeri entah itu untuk liburan maupun untuk sekolah. 

Pengertian Keseimbangan Kemampuan Berbelanja

Keseimbangan kemampuan berbelanja (purchasing power parity) adalah rasio kemampuan sebuah mata uang untuk digunakan membeli barang yang sama di negara berbeda. Seperti contoh di atas, uang Rp10.000 di Indonesia sudah bisa mendapatkan 2 botol air mineral 1,5 liter, tapi di Arab Saudi hanya memperoleh 1 botol. 

Menurut konsep ini, mata uang di dua negara bisa disebut seimbang (equilibrium) atau at par, apabila harga sebuah kelompok barang di dua negara tersebut sama. Misalnya, rupiah dan riyal akan terbilang seimbang (at par) apabila harga 1 liter BBM di Indonesia maupun Arab Saudi sama-sama sekitar Rp10.000. 

Dalam ekonomi makro, konsep ini penting untuk menyesuaikan nilai Gross Domestic Product. Sederhananya, awalnya nilai GDP dihitung dengan mata uang lokal dan tinggal mengalikannya dengan nilai tukar yang berlaku. Akibatnya, penghitungan nilai GDP riil maupun nominal sebuah negara tidak menggambarkan biaya hidup di negara tersebut. 

Dengan adanya GDP yang telah disesuaikan dengan PPP, perbandingan GDP antara satu negara dengan negara lain dapat lebih seragam. Sebab, konsep ini berasumsi bahwa perbedaan harga barang antar negara yang berbeda “harusnya” hanya karena perbedaan nilai tukar mata uang negara tersebut. 

Dengan demikian, baik pemangku kebijakan maupun orang yang membutuhkan dapat mengambil keputusan ekonomi internasional yang tepat. Misalnya, Anda menggunakan GDP per capita PPP Amerika Serikat untuk mengetahui rata-rata pendapatan penduduk negara Paman Sam tersebut dalam satu tahun, sehingga ketika akan sekolah ke sana, Anda menyiapkan nominal uang sebanyak itu. 

Menurut tim Investopedia, indikator ini juga bermanfaat untuk Anda yang berinvestasi pada saham-saham luar negeri maupun berinvestasi menggunakan forex. Trader forex menggunakan indikator ini untuk mengetahui potensi overvalued dan undervalued sebuah mata uang, sementara investor saham menggunakannya untuk mengantisipasi pergerakan harga instrumen tersebut terhadap perubahan mata uang. 

Cara Menghitung Keseimbangan Kemampuan Berbelanja 

Rumus keseimbangan kemampuan belanja adalah:

S = P / P*

Keterangan:

S = nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang luar negeri. 

P = harga sekelompok barang dalam mata uang domestik. 

P* = harga sekelompok barang di negara lain dalam mata uang asing. 

Contoh:

Harga tiket bioskop di Indonesia saat weekend adalah Rp50.000 per tempat duduk. Pada saat yang sama, harga tiket bioskop di Amerika adalah  $15 per seat. Maka, nilai tukar harga tiket bioskop di Amerika dan Indonesia adalah:

S = Rp50.000/ $15

Agar seimbang, mari dikonversi menjadi dolar semua terlebih dahulu. Per tanggal 15 Desember 2022, nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah 1 dolar kurang lebih sama dengan Rp15.600. Maka, Rp50.000 setara dengan $3,2. Maka:

S = $3,2/ $15

= 0,22

Ini artinya, 1 USD uang yang dialokasikan untuk membeli tiket bioskop di Indonesia, hanya setara dengan ⅕ atau 0,2 uang yang harus dikeluarkan oleh masyarakat Amerika Serikat untuk membeli tiket yang sama. Hal ini juga bisa dimaknai kalau harga tiket bioskop di Amerika Serikat 5 kali lebih mahal dibandingkan dengan tiket bioskop di Indonesia.

Selain rumus di atas, beberapa lembaga, seperti OECD dan IMF menggunakan keseimbangan kemampuan berbelanja tertimbang (weighted purchasing power parity) untuk penelitian dan memberikan rekomendasi kebijakan ekonomi. 

Kekurangan Konsep Keseimbangan Kemampuan Berbelanja

Walaupun konsep keseimbangan kemampuan berbelanja ini penting untuk memberikan rekomendasi kebijakan ekonomi negara agar sesuai dengan biaya hidup di negara tersebut, namun konsep ini juga memiliki berbagai kekurangan. Kekurangan ini umumnya merupakan faktor-faktor penyebab mengapa harga suatu barang di dua negara yang berbeda bisa jadi berbeda pula. Kekurangan tersebut diantaranya:

1. Biaya transportasi

Ada kalanya sebuah barang tidak dapat ditemukan di sebuah negara dan negara tersebut harus impor dari negara lain. Akibatnya, akan ada biaya transportasi yang mempengaruhi harga jual barang tersebut di negara terkait. 

Mari kita ambil contoh air mineral di Arab Saudi dan di Indonesia di atas. Sederhananya, bisa jadi harga air mineral di negara tersebut lebih mahal dibandingkan dengan harga air mineral di Indonesia karena negara gurun tersebut terpaksa harus mengimpor air dari negara lain atau harus menggali tanah sangat dalam untuk menemukan sumber air. Masalah ini tentunya relatif tidak relevan untuk Indonesia yang diguyur hujan sepanjang tahun. 

2. Biaya pajak

Biaya lain yang bisa muncul akibat adanya impor atau penggalian sumber air yang dalam adalah biaya pajak. Besar kecilnya biaya pajak dan bea cukai tentunya akan berpengaruh terhadap harga jual sebuah barang di dalam suatu negara. 

3. Intervensi pemerintah

Intervensi pemerintah, seperti adanya subsidi untuk barang-barang tertentu atau adanya sistem fixed exchange rate tentu akan berpengaruh terhadap harga sebuah barang, khususnya barang-barang impor. 

Misalnya, katakanlah harga BBM di Indonesia sama dengan harga BBM di Arab Saudi, padahal Indonesia harus impor minyak mentah dari Arab Saudi. Kemiripan harga ini bisa terjadi karena intervensi pemerintah Indonesia dalam bentuk subsidi. 

4. Jasa yang tidak diperjualbelikan di luar negeri

Bisa jadi, sebuah barang yang sama dapat diproduksi dengan metode dan rincian biaya yang berbeda diantara dua buah negara. Misalnya, tiket bioskop film hollywood. Di negara asalnya, tingginya tiket bioskop bisa jadi termasuk biaya produksi, seperti gaji aktor, sutradara, sewa set dan lain sebagainya, sementara apabila film tersebut tayang di Indonesia, tiket bioskop yang dibayarkan oleh masyarakat negeri ini tidak termasuk biaya-biaya tersebut. 

5. Kompetisi di Pasar

Faktor lain yang bisa jadi mempengaruhi perbedaan harga sebuah barang di dua negara yang berbeda adalah adanya perbedaan kompetisi di pasar negara terkait. Misalnya, tarif ojek online di Indonesia relatif lebih mahal dibandingkan dengan tarif ojek online di Amerika Serikat. Hal ini bisa terjadi karena pasar ojek online di Amerika Serikat bersifat Monopolistik (banyak produsen dan banyak pembeli), sementara pasar ojek online Indonesia bersifat oligopoli (hanya ada beberapa produsen, sementara konsumennya banyak), sehingga produsen bisa lebih fleksibel dalam menentukan harga.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *