Lompat ke konten
Daftar Isi

Keuntungan & Kerugian Membeli Saham IPO

Keuntungan & Kerugian Membeli Saham IPO

Dalam beberapa minggu terakhir terdapat berita bahwa Blibli, salah satu perusahaan E-commerce terkemuka sedang berencana untuk melantai di bursa. Tidak hanya Blibli, kabar bahwa beberapa perusahaan startup teknologi memang sempat berhembus beberapa waktu lalu. 

Bagi perusahaan, initial public offering (IPO) merupakan kesempatan bagus untuk mendapatkan pendanaan dari masyarakat luas. Namun bagaimana untuk investor? Apa keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh investor jika mereka membeli saham IPO? Simak ulasannya berikut ini:

Keuntungan Membeli Saham IPO

1. Potensi membeli saham pada harga terendah

Keuntungan pertama membeli saham IPO adalah potensi membeli sebuah saham yang bagus pada harga terendah. Menurut Joice Tauris Santi, dalam tulisannya di Kompas pada bulan Maret 2022, diantara 11 saham yang melantai di Bursa Efek Indonesia hingga Maret 2022, hanya sebagian kecil yang harganya turun di bawah harga penawarannya. Bahkan surat berharga yang dirilis oleh beberapa perusahaan, seperti PT Net Visi Media Tbk, naik hingga 74,49% ketika tulisan tersebut dirilis.

2. Potensi keuntungan jangka pendek

Saham  yang baru IPO memiliki kelonggaran auto rejection atas (ARA) dan auto rejection bawah (ARB). Akibatnya, harga bisa naik dan turun cukup tajam dengan tanpa gangguan dalam satu hari. Hal ini karena pergerakan harga instrumen yang baru melantai di bursa ini masih belum pasti, sehingga BEI melonggarkan ketentuan ARA dan ARB. 

Bagi trader harian, ini adalah kesempatan untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek. Trader saham harian bisa masuk ke dalam posisi short atau posisi long tergantung dengan potensi pergerakan harga saham yang dipilih. 

Lalu bagaimana dengan keuntungan jangka panjang? Well, keuntungan jangka panjang investasi saham yang baru IPO relatif tidak pasti, tergantung bagaimana kinerja perusahaan kedepannya dan banyak hal lainnya. 

3. Membeli di harga pasti

Saham adalah aset keuangan yang harganya terus berubah-ubah seiring waktu. Oleh sebab itu, seringkali investor harus benar-benar jeli dalam menentukan harga untuk membeli instrumen ini supaya dia bisa menentukan budget yang pas dan menghitung target price yang pas pula. 

Pada saham yang baru IPO, investor diberi harga pasti. Harga pasti ini berasal dari agregasi harga saham yang diajukan oleh investor saat proses bookbuilding. Akibatnya dengan membeli saham IPO, investor dapat menentukan budget yang tepat untuk membeli aset tersebut dan menentukan harga jual yang lebih presisi juga. 

Kerugian Membeli Saham IPO

1. Tidak mendapatkan penjatahan

Tidak jarang seorang investor tidak mendapatkan saham sebuah perusahaan sesuai dengan jumlah yang diinginkan atau tidak mendapatkan jatah sama sekali. Hal ini bisa terjadi khususnya apabila perusahaan penerbit saham tersebut adalah perusahaan yang terkenal, sehingga sahamnya banyak diminati pasar (oversubscribed) atau perusahaan tersebut lebih banyak mengalokasikan sahamnya untuk investor institusi atau investor individu mitra. 

2. Potensi penurunan harga

Oversubscribed pada saham IPO juga berpotensi membuat harga saham sebuah perusahaan turun atau bahkan kena auto rejection bawah (ARB) di hari pertama. Hal ini bisa terjadi khususnya kalau banyak trader harian yang memesan saham perusahaan tersebut. 

Seperti yang telah disebutkan di atas, trader harian akan mengambil keuntungan jangka pendek, sehingga ketika harga saham yang baru IPO naik sesuai keinginan mereka, tanpa basa basi mereka langsung menjualnya. Akibatnya, selling pressure aset tersebut mengalahkan buying pressure-nya, sehingga harganya jatuh.

Investor yang baru pertama kali membeli saham IPO harus lebih berhati-hati dalam masalah ini. Sebab ketika pertama kali rilis di bursa, tidak ada data yang pasti mengenai jumlah trader atau short seller yang masuk ke pasar saham tersebut. Selain itu, tidak menutup kemungkinan kalau harga saham tersebut akan naik lagi hari berikutnya. 

3. Potensi penurunan harga jangka menengah-panjang

Tantangan terbesar dari membeli saham yang baru IPO adalah adanya potensi penurunan harga jangka menengah hingga panjang. Mari kita ambil contoh saham perusahaan maskapai milik BUMN, Garuda Indonesia. 

Ketika IPO, saham berkode GIAA ini dijual dengan harga Rp750 per lembar. Meskipun sempat naik turun, namun kenyataanya 11 tahun lebih sejak pertama kali diterbitkan di Bursa Efek Indonesia, harga saham perusahaan ini tidak pernah menyentuh angka Rp750 sebelum akhirnya terkena suspensi pada harga Rp222 per lembar. Ini artinya, investor yang memiliki 1 lot saham GIAA sejak debut, rugi hingga Rp53.000 per lot. 

Benjamin Graham, Bapak value investing sekaligus guru dari Warren Buffett, menyebutkan bahwa selama IPO, perusahaan cenderung membuat harga cukup tinggi, sehingga susah bagi investor untuk membelinya dengan harga rendah. 

Hal ini wajar, sebab itu artinya akan ada banyak uang yang masuk ke dalam perusahaan tersebut. Graham menyebutkan bahwa sebaiknya investor menunggu selama beberapa saat sampai saham tersebut bisa dibeli dengan harga diskon.

Apakah Saham IPO Layak Dibeli?

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya, saham IPO tetap layak dibeli, namun harus dibeli dengan hati-hati sebab memiliki risiko ketidakpastian yang tinggi. Hal ini khususnya untuk investor jangka panjang. 

Sebelum Anda membeli saham IPO, ada baiknya Anda mempertanyakan beberapa hal berikut:

  • Untuk apa uang yang terkumpul dari proses IPO tersebut?
  • Bagaimana kondisi fundamental keuangan perusahaan?
  • Bagaimana potensi bisnis perusahaan tersebut dalam jangka menengah dan jangka panjang?
  • Apakah harga saham saat IPO sesuai dengan kondisi bisnis dan keuangan perusahaan saat ini?
  • Jika harga saham tersebut turun hingga 50% dalam jangka waktu dekat ini apakah Anda merasa nyaman?
  • Apakah Anda nyaman memiliki saham perusahaan ini dalam 10 atau 20 tahun kedepan?
  • Singkatnya, seberapa tinggikah kepercayaan Anda terhadap perusahaan yang menerbitkan saham tersebut?

Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut, tentunya Anda harus melakukan analisis fundamental terhadap perusahaan terkait. Pasalnya, ketika saham baru IPO, tidak ada analisis teknikal yang bisa Anda gunakan. 

Analisis fundamental ini dapat Anda lakukan dengan berbagai cara, seperti:

  • Menghitung berbagai rasio keuangan sesuai dengan data yang ada dalam laporan keuangan perusahaan. 
  • Mengetahui tujuan pengumpulan dana investasi. 
  • Membaca prospektus untuk mengetahui lini bisnis perusahaan dan bagaimana potensi jangka panjangnya, serta:
  • Mengikuti paparan publik yang dilakukan perusahaan. Saat ini paparan publik dilaksanakan secara online, sehingga investor dari manapun dapat mengikutinya.

Membeli saham IPO memang sangat menarik. Khususnya, apabila perusahaan yang akan melantai di bursa tersebut merupakan perusahaan terkenal. Namun, investor perlu berhati-hati, sebab membeli saham yang baru IPO berisiko tinggi.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *