Lompat ke konten
Daftar Isi

Leading vs Lagging Indicator Pada Trading Saham

Leading Vs Lagging Indicator Pada Trading Saham

Perbedaan utama antara investasi, trading, dan judi adalah adanya mekanisme matematika berupa indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga. Indikator memang tidak akan sepenuhnya benar, namun prediksi ini bisa dibuat seakurat penting untuk menentukan kebijakan. 

Salah satu mekanisme matematika yang digunakan untuk memperkirakan pergerakan harga saham adalah indikator teknis. Indikator teknis ini terbagi menjadi beberapa jenis. Akan tetapi, pada penjelasan kali ini jenis dari indikator teknis yang dibahas hanyalah leading dan lagging indicator. 

Leading dan lagging indicator adalah dua jenis indikator teknis berdasarkan kecepatan kemunculan sinyal indikator tersebut dibandingkan munculnya harga aset terkait. Indikator ini juga biasa digunakan untuk menganalisis fenomena apapun dan pergerakan harga aset apapun selain saham.

Kedua jenis indikator ini penting untuk menentukan keakuratan perkiraan perubahan harga saham. Baik trader maupun investor wajib mengetahui jenis indikator ini untuk bisa menentukan kapan waktunya jual dan beli saham yang tepat. 

Pengertian Leading Indicator

Leading Indicator adalah indikator yang datang sebelum terjadinya perubahan pada harga saham (leading). Indikator ini berperan sebagai instrumen yang membantu trader untuk memperkirakan harga sebuah aset di masa depan. 

Salah satu analogi leading indicator dalam hal non-investasi adalah adanya mendung sebelum hujan. Mendung adalah leading indicator dari hujan. Namun, adanya mendung bukan berarti hari itu akan hujan. 

Leading indicator dalam trading bisa bermacam macam mulai dari indikator RSI, Oscillator dan lain-lain. Seperti halnya adanya mendung bukan berarti hari itu akan hujan, adanya leading indicator juga bukan berarti sinyal yang diberikan akurat. Bisa jadi sinyal tersebut adalah sinyal palsu. 

Pengertian Lagging Indicator

Lagging indicator adalah indikator teknis yang muncul setelah terjadinya perubahan harga aset. Indikator jenis ini umumnya digunakan oleh trader untuk mengidentifikasi akan adanya trend yang kuat sehingga jika pasar sedang sideways, adanya lagging indicator pasca munculnya harga aset tidak akan berpengaruh apa-apa. 

Contoh lagging indicator dalam konteks non investasi adalah adanya petir yang menyambar-nyambar di kala hujan. Petir ini bisa menjadi indikasi kalau hujan akan berlangsung deras dalam waktu lama. Petir tidak akan bermakna apa-apa jika hujan yang menyertainya hanyalah hujan rintik-rintik saja. 

Dalam kasus investasi, beberapa indikator yang bisa digolongkan ke dalam jenis ini seperti, semua jenis moving average, dan Bollinger Band. Moving average misalnya adalah garis yang dihasilkan dari menghitung rata-rata harga aset pada suatu periode waktu tertentu. 

Jadi, jika Anda mengambil moving average 15 misalnya, maka harga saham di hari ke-15 juga harus dihitung. Maka tidak heran jika garis moving average tergambar beriringan dengan harga saham dan kalaupun memberikan sinyal jual atau beli, sinyal tersebut akan muncul setelah harga saham yang dimaksud muncul terlebih dahulu. 

Perbedaan Leading dan Lagging Indicator

Secara sederhana, perbedaan antara leading dan lagging indicator adalah jika leading indicator muncul sebelum harga aset yang dimaksud sedangkan lagging indicator sebaliknya, ada setelah harga aset terkait naik atau turun terlebih dahulu. 

Menurut laman Investopedia, leading indicator berusaha memprediksikan pergerakan harga sementara lagging indicator memberikan informasi mengenai histori harga dan penyebab mengapa harga tersebut berubah hingga mencapai tingkat yang sekarang ini. 

Indikator RSI (leading) misalnya, mengukur tekanan jual atau beli dengan menggunakan oscillator. Atau indikator trend (lagging dengan melihat trend perubahan harga) akan membantu investor apakah harga saham terkait akan tetap naik, akan segera menurun atau malah sideways. 

Cara Memanfaatkan Leading dan Lagging Indicator

Anda perlu ingat bahwasanya tidak ada satu indikator pun yang sempurna. Cara terbaik untuk melakukan analisis teknis dan fundamental saham tetaplah dengan menggabungkan beberapa indikator sekaligus. 

Kelebihan leading indicator adalah kemunculannya yang cepat sebelum harga saham berubah. Kekurangannya adalah sinyal yang diberikan indikator ini belum tentu akurat. Bahkan bisa jadi palsu seperti false breakout. Jika ternyata sinyal yang diberikan palsu, tentu akan sangat merugikan bagi trader.

Sebaliknya lagging indicator akan datang terlambat setelah harga aset terkait naik ke permukaan. Namun umumnya hasil indikator ini akan lebih akurat dibandingkan leading indicator. Maka tidak heran jika umumnya lagging indicator menjadi semacam konfirmasi bagi hasil leading indicator yang sudah muncul duluan. 

Sebagai seorang trader dan investor, Anda harus bisa memadu padankan kedua indikator ini dengan tepat supaya Anda bisa tahu waktu yang tepat untuk membeli dan menjual aset. Untuk melakukannya tentu diperlukan latihan dan perencanaan trading yang baik. 

Jangan lupa juga Anda perlu memasang strategi stop loss yang tepat sebagai jaring pengaman jika ternyata keputusan yang Anda pilih adalah keputusan yang salah. 

Penutup

Leading indicator adalah sinyal jual dan beli pada aset yang muncul sebelum perubahan harga aset tersebut terjadi. Sementara lagging indicator adalah sinyal jual dan beli yang baru muncul setelah harga aset yang sebenarnya keluar. 

Kelebihan indikator yang pertama adalah munculnya cepat sehingga trader bisa mengantisipasi perubahan harga. Akan tetapi sinyal yang diberikan belum tentu akurat. Di sisi lain, indikator kedua muncul belakangan tapi hasilnya lebih akurat karena sudah memperhitungkan harga yang ada. 

Cara terbaik untuk memanfaatkannya adalah dengan memadukan keduanya sehingga menghasilkan analisis yang komprehensif dan akurat. Gunakan hasil analisis menggunakan dua jenis indikator ini untuk mendapatkan keuntungan trading yang maksimum.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *