Lompat ke konten
Daftar Isi

Manfaat Instrumen Derivatif Untuk Hedging

Manfaat Instrumen Derivatif Untuk Hedging

Investasi dan trading di saham, forex maupun cryptocurrency adalah suatu tindakan yang berisiko tinggi. Namun demikian, bukan berarti risiko tersebut tidak dapat diminimalisir. Ada banyak cara untuk meminimalisir risiko trading. 

Cara pertama dan paling dasar adalah dengan menggunakan uang dingin sebagai modal investasi. Cara yang kedua adalah dengan berinvestasi pada lebih dari dua instrumen, sehingga penurunan harga salah satu instrumen masih bisa ditutupi dengan keuntungan dari instrumen lainnya. Cara yang ketiga dan paling advance adalah dengan menggunakan instrumen derivatif untuk hedging. 

Apa itu derivatif, apa itu hedging dan bagaimana keduanya bisa bermanfaat untuk menekan risiko trading? Simak selengkapnya berikut ini. 

Mengenal Instrumen Derivatif

Instrumen derivatif adalah sebuah instrumen investasi yang harganya tergantung dengan pergerakan harga instrumen lain yang mendasarinya. Menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 Instrumen derivatif adalah  jenis surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan kepada publik sebagai kelanjutan dari surat berharga yang telah masuk ke pasar sebelumnya. 

Secara umum, instrumen derivatif terbagi menjadi dua jenis kontrak, yaitu:

1. Kontrak berjangka

Kontrak berjangka adalah kontrak di antara dua belah pihak untuk memperjualbelikan sebuah instrumen investasi atau komoditas di masa depan dengan harga yang telah ditentukan sebelumnya. Kontrak ini terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu kontrak futures dan kontrak forward. 

Misalnya, sebuah perusahaan membutuhkan bahan bakar minyak untuk operasional bisnisnya. Perusahaan lantas menandatangani kontrak future untuk pembelian BBM seharga Rp10.000 per liter pada tanggal 31 Desember 2023. Transaksi ini disebut dengan kontrak berjangka karena tanggal  31 Desember 2023 belum terjadi dan harga BBM sudah ditentukan. 

Apabila pada tanggal  31 Desember 2023 harga BBM naik menjadi Rp15.000 per liter, maka perusahaan tersebut mendapatkan untung karena tidak perlu membayar lebih banyak. Sebaliknya, jika pada tanggal tersebut harga BBM turun hingga Rp5.000 per liter, maka perusahaan tersebut merugi karena seharusnya bisa membeli BBM dengan harga yang lebih murah. 

2. Kontrak opsi

Kontrak opsi atau option trading adalah jenis instrumen derivatif yang diperjualbelikan untuk memberikan hak kepada pemiliknya untuk memperjualbelikan suatu aset di masa depan. Kontrak opsi terbagi menjadi dua jenis, yaitu put option dan call option

Put option adalah jenis kontrak opsi yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk menjual suatu aset dengan harga tertentu di masa depan. Adapun call option  jenis kontrak opsi yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli suatu aset dengan harga tertentu di masa depan. 

Pada kontrak opsi ini terdapat istilah lain yang harus Anda pahami, yaitu istilah strike price dan premium. Strike price adalah nominal harga penjualan atau pembelian instrumen yang telah disepakati sebelumnya, sementara premium adalah biaya yang harus Anda bayarkan untuk membeli instrumen tersebut. 

Misalnya, Anda membeli saham A seharga Rp1.000 per lembar sebanyak 1.000 lembar (total Rp1.000.000). Lalu, Anda juga membeli put option saham tersebut dengan premium sebesar Rp100 per lembar dan strike price sebesar Rp800 per lembar. Pada tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan, ternyata harga saham A anjlok dari 1,000 per lembar menjadi Rp650 per lembar, sehingga Anda mengeksekusi (exercise) put option tersebut. 

Dengan mengeksekusi opsi tersebut Anda akan mendapatkan keuntungan. Alasannya adalah, Anda bisa menjual saham tersebut dengan harga Rp800 per lembar atau total Rp800.000, alih-alih harus menjualnya Rp650 per lembar dengan total Rp650.000. Adapun total keuntungan yang bisa Anda selamatkan adalah sebesar Rp700.000. Nilai ini diperoleh dari hasil pengurangan antara Rp800.000 dengan Rp100.000 sebagai premium yang harus Anda bayarkan. 

Dalam kontrak opsi ini, Anda bisa memilih untuk mengeksekusi kontrak tersebut atau tidak. Apabila Anda memutuskan untuk tidak mengeksekusi kontrak tersebut, maka uang premium yang Anda bayarkan tidak akan kembali. Perlu diingat juga bahwasanya option trading berbeda dengan binary option. 

Manfaat Instrumen Derivatif untuk Hedging

Seperti yang telah disinggung di atas bahwasanya salah satu manfaat instrumen derivatif adalah dapat digunakan untuk hedging. Secara bahasa, arti kata hedging adalah lindung nilai, sementara secara istilah, istilah hedging jamak digunakan sebagai serangkaian perlindungan terhadap kerugian investasi. 

Contoh pada poin nomor 1 dan 2 di atas secara langsung sudah menunjukkan bagaimana instrumen derivatif dapat digunakan untuk meminimalisir risiko melalui hedging. Pada contoh 1, karena memiliki instrumen derivatif berupa futures, perusahaan bisa menghindari kerugian akibat kenaikan harga minyak, sementara pada contoh kedua investor atau trader terhindar dari kerugian akibat penurunan harga instrumen investasi. 

Risiko Hedging Menggunakan Instrumen Derivatif

Logika penggunaan instrumen derivatif untuk hedging ini sama dengan logika membeli rumah di daerah rawan banjir dan longsor dengan harga murah tapi dilengkapi dengan asuransi. Apabila rumah tersebut terkena banjir atau tanah longsor, kerugian yang harus Anda tanggung akan berkurang, sebab sebagian telah ditanggung oleh pihak asuransi. 

Namun demikian, sama seperti halnya asuransi, Anda juga harus membayar premium atau premi saat melakukan hedging menggunakan instrumen derivatif. Premi asuransi yang Anda bayarkan akan hilang jika rumah Anda tidak terkena longsor atau banjir dalam periode tertentu, sementara premi instrumen derivatif (khususnya kontrak opsi), tidak akan bisa Anda dapatkan kembali jika Anda memutuskan untuk tidak mengeksekusi kontrak tersebut. 

Selain potensi kerugian akibat uang premium tidak bisa dikembalikan, hedging menggunakan instrumen derivatif juga berpotensi untuk membatasi keuntungan yang bisa diperoleh investor atau trader. Pada contoh di poin 1 di atas misalnya, ketika harga BBM jatuh dari Rp10.000 ke Rp5.000, seharusnya perusahaan mendapatkan keuntungan karena bisa menghemat biaya. Namun karena adanya kontrak yang telah ditandatangani sebelumnya, perusahaan harus membayar dengan jumlah uang yang lebih tinggi. 

Hal ini sama halnya jika Anda menerapkan strategi zero cost collar. Dalam strategi ini, Anda membeli put dan call option sebuah instrumen investasi sekaligus. Ketika harga turun, Anda bisa melakukan exit plan dengan mengeksekusi put option dan jika harga instrumen tersebut naik, Anda bisa menambah kepemilikan dengan harga yang lebih murah menggunakan call option. Namun demikian, dengan memiliki keduanya sekaligus, artinya premi yang harus Anda bayarkan juga lebih mahal tapi ada batasan keuntungan yang bisa diperoleh. 

Hedging menggunakan instrumen derivatif memang bisa menekan potensi risiko. Namun dengan adanya biaya premi dan ketidakpastian, sebaiknya Anda tetap berhati-hati dalam melakukan strategi ini.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *