Lompat ke konten
Daftar Isi

Apa itu Zero Cost Collar?

zero cost collar

Pasar saham dan instrumen keuangan merupakan salah satu pasar dengan tingkat volatilitas harga tertinggi. Maka dari itu, tidak heran jika investor maupun trader melakukan berbagai strategi untuk meminimalisir kerugian akibat perubahan ini. Salah satu strategi untuk melakukan hal ini adalah dengan strategi yang disebut zero cost collar

Pengertian Zero Cost Collar

Strategi zero cost collar adalah strategi untuk meminimalisir risiko volatilitas harga dengan membeli call option dan put option sebuah instrumen secara bersamaan. Tujuannya adalah untuk membatasi kerugian yang akan diperoleh seorang trader apabila dia membeli sebuah aset ketika trend harganya sedang menurun. 

Namun, sebelum membahas mengenai zero cost collar lebih jauh, sebaiknya Anda memahami apa itu option trading terlebih dahulu, sebab strategi ini diterapkan pada option trading. Option trading adalah transaksi pada instrumen derivatif yang memungkinkan trader untuk memiliki hak untuk menjual atau membeli sebuah instrumen pada harga tertentu. 

Option trading terbagi menjadi dua, yaitu put option dan call option. Put option adalah transaksi yang memungkinkan pemiliknya untuk menjual sebuah instrumen pada harga tertentu (strike price), sementara call option adalah transaksi yang memungkinkan pemiliknya untuk membeli saham pada harga tertentu. 

Misalnya, sebuah saham harganya Rp1.300 per lembar. Karena tertarik dengan saham tersebut, Anda membelinya dengan cara call option dengan strike price senilai Rp1.350 per lembar pada waktu yang telah ditentukan. Pada jangka waktu tersebut, katakanlah harga saham tersebut kemudian naik dari Rp1.300 menjadi Rp1.450. Meskipun harganya naik menjadi Rp1.450 per lembar, Anda masih bisa membelinya dengan harga Rp1.350 karena sebelumnya memiliki call option saham ini. 

Contoh Penggunaan Zero Cost Collar

Untuk lebih memahaminya, mari kita ambil contoh berikut. Misalnya, harga sebuah saham adalah Rp1.200 per lembar. Beberapa waktu kemudian, harganya naik menjadi Rp1.300 per lembar. Anda memperkirakan kalau harga saham tersebut akan terus naik, sehingga memasukkan order call option dengan harga Rp1.300 dengan premium sebesar Rp200 per lembar. Ini artinya, dalam jangka waktu tertentu, Anda bisa membeli saham tersebut seharga Rp1.300 per lembar terlepas dari kenaikan harga terbarunya. 

Namun seiring dengan berjalannya waktu, ternyata harga saham tersebut turun hingga Rp1.100 per lembar. Karena khawatir kalau penurunannya lebih tajam, Anda lantas memasukkan order put option dengan strike price Rp1.100 dan premium Rp200 per lembar. Dengan demikian, ketika harga saham tersebut terus turun hingga dibawah Rp1.100, maka Anda masih bisa menjualnya dengan harga Rp1.100. 

Ini artinya, jika harga saham tersebut naik, Anda bisa mendapatkan keuntungan Rp100 per lembar. Sebaliknya, jika harga saham tersebut terus turun, Anda masih bisa menjualnya dengan harga Rp1.100 per lembar meskipun harga real-time nya di bawah itu. Dengan demikian, Anda bisa terhindar dari kerugian lebih lanjut. 

Keuntungan Zero Cost Collar

1. Bebas biaya

Pada contoh di atas, selain strike price, juga ada komponen premium. Pada call option, komponen premium ini akan menambah modal Anda (+), sementara pada put option premium adalah jumlah biaya yang harus Anda bayarkan (-). Dengan kata lain, jika Anda membeli call dan put option secara bersamaan untuk satu instrumen, maka biaya premium sama dengan 0. 

Dari sinilah nama strategi zero cost collar berasal. Nama lain dari strategi ini juga adalah costless collar strategy. Namun Anda perlu ingat bahwasanya nilai premium put dan call option tidak selalu sama. Terlepas dari selisihnya, setidaknya strategi ini dapat diimplementasikan dengan premium yang cukup rendah. 

2. Risiko dapat dikurangi

Karena memiliki put option risiko yang timbul akibat penurunan harga instrumen pun dapat dikurangi. Pada contoh di atas misalnya, Anda masih bisa menjual saham tersebut dengan harga Rp1.100 per lembar meskipun harga real-time nya lebih rendah daripada itu. Dengan demikian, setidaknya Anda hanya rugi Rp100 per lembar. 

3. Modal investasi tetap terjaga

Misalnya, Anda membeli saham perusahaan di Amerika Serikat yang memiliki zona waktu yang berbeda dengan Indonesia, sehingga ketika pasar sedang berlangsung, Anda masih tidur. Suatu ketika, Anda lupa memasang cut loss. Jika pada saat yang bersamaan Anda tidak memiliki put option, maka tidak menutup kemungkinan modal Anda akan ludes. Namun dengan put option yang bisa dijual pada sesi selanjutnya, setidaknya Anda bisa menjual saham tersebut pada strike price dan kerugian bisa ditanggulangi.

4. Potensi keuntungan dan kerugian bisa diperkirakan

Dengan memiliki call dan put option sekaligus, Anda bisa memperkirakan nominal keuntungan dan potensi kerugian yang bisa Anda peroleh. Pada contoh di atas misalnya, kalau harga saham tersebut naik, maka keuntungan Anda adalah Rp100 per lembar, begitupun kalau harganya sedang menurun, kerugian yang harus Anda tanggung juga maksimal Rp100 per lembar (belum termasuk premium).

5. Potensi dividen

Jika dalam jangka waktu Anda memiliki option ini ada pembagian dividen dari penerbit saham terkait, maka Anda berpeluang untuk tidak hanya mendapatkan keuntungan dari capital gain, tetapi juga dari dividen.

Kerugian Zero Cost Collar

1. Keuntungan dibatasi

Seperti yang telah disebutkan pada poin 4 di atas bahwasanya dengan memiliki call option dengan strike price Rp1.300, maka maksimal keuntungan yang bisa Anda miliki juga hanya Rp100 per lembar, sebab ketika harga naik mencapai titik tersebut mau tidak mau Anda harus mengeksekusi option tersebut. 

2. Masih ada biaya lain-lain

Biaya melakukan strategi ini tidak hanya berupa premium, tetapi juga biaya komisi broker, transfer bank dan lain-lain. Biaya-biaya seperti ini tidak serta merta bisa dihilangkan meskipun Anda menerapkan strategi zero cost collar

Kapan Sebaiknya Menggunakan Strategi Zero Cost Collar?

Strategi zero cost collar sebaiknya diterapkan ketika pasar sebuah instrumen sedang dalam kondisi bearish trend dalam jangka cukup panjang. Sebab, bearish trend dalam jangka waktu menengah atau panjang lebih susah untuk rebound dibandingkan trend penurunan harga dalam jangka pendek.

Nah, itu tadi pembahasan mengenai zero cost collar, sebuah strategi yang umumnya diimplementasikan oleh trader ahli. Selain menggunakan strategi ini untuk meminimalisir risiko, Anda juga bisa menggunakan strategi yang lebih tradisional, seperti cut loss, trailing stop loss hingga menggunakan uang dingin untuk trading dan investasi demi mencegah kerugian trading untuk merembet ke dunia nyata.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *