Lompat ke konten
Daftar Isi

Obligasi Konversi: Pengertian, Jenis, Mekanisme

convertible bond

Di antara pilihan strategi dalam memperbesar  aset yang dipunyai, investor dapat berinvestasi ke pasar modal. Hanya saja, tidak sedikit yang mengira penanaman modal hanya berupa saham. Ternyata, melakukan investasi bisa pula dalam instrumen obligasi. Dalam artikel ini akan dibahas khusus mengenai obligasi konversi, apa dan bagaimana cara kerjanya.

Pengertian Obligasi Konversi

Obligasi konversi (convertible bonds) adalah tipe obligasi yang bisa diubah ke saham perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut. Tujuannya adalah untuk menurunkan tingkat kupon. Rasio penukarannya telah ditetapkan lebih dulu ketika diterbitkan.

Obligasi konversi menawarkan besaran bunga kupon kecil, yang mana pemegang obligasi dinilai sudah mendapatkan imbalan dalam bentuk hak untuk mengonversikan kupon yang dipegangnya ke saham biasa seharga lebih murah dibanding harga saham itu di pasaran.

Dilihat dari aspek penerbit obligasi konversi, manfaat yang didapatkan yakni pengeluaran untuk membayar bunga lebih rendah, akan tetapi untuk kompensasi keuntungan itu, penerbit pun harus mengalami dilusi saham ketika pemegang mengubah obligasi menjadi saham baru. Dilusi saham merupakan berkurangnya total kepemilikan saham disebabkan sejumlah aksi korporasi umpamanya saja right issue.

Tak seperti investasi dalam saham, dalam obligasi tidak dikenal sistem kepemilikan. Aspek tersebut merupakan salah satu yang membedakan saham dan obligasi.

Obligasi adalah hutang yang disediakan investor untuk sebuah perusahaan atau pemerintah yang merupakan penerbit surat utang tersebut. Mempunyai nilai dan periode jatuh tempo tertentu. Kendati punya tanggal jatuh tempo, obligasi masih dapat diperdagangkan. Simak penjelasan tentang definisi obligasi dan cara kerjanya yang sudah pernah Investbro bahas secara mendalam.

Return obligasi yang melebihi deposito bank menjadikan instrumen investasi ini adalah opsi menarik bagi kebanyakan investor pemula. Menawarkan keamanan yang tinggi utamanya pada obligasi negara, investor akan memperoleh pokok investasi ditambah kupon (bunga) yang langsung diperoleh secara periodik. Di samping itu investor akan memperoleh return (capital gain) lewat jual beli obligasi pada pasar sekunder.

Keberadaan imbal hasil juga pendapatan tetap dari kupon yang didapatkan secara berkala menjadikan obligasi termasuk dalam instrumen investasi stabil sekaligus prospektif. Investor dapat menyusun rencana keuangan dengan optimal untuk beragam kebutuhan misalnya sebagai sumber dana membayar sekolah, travelling maupun membeli barang idaman yang harganya mahal.

Mekanisme Obligasi Konversi

Investor surat utang jenis ini ini punya pilihan untuk mengonversinya ke saham (ekuitas perusahaan). Perubahan tersebut dipengaruhi sejumlah hal misalnya harga saham.

Misalnya, saat sebuah perusahaan perlu modal Rp. 130 miliar yang akan dialokasikan untuk membiayai proyek baru. Perusahaan dapat memenuhi hutang itu melalui pengeluaran obligasi yang memberikan kupon 11% dengan jatuh tempo 8 tahun.

Akan tetapi, apabila perusahaan mengeluarkan obligasi yang dapat ditukar tersebut, besar bunga yang harus diberikan cuma 8%. Di samping itu, ada opsi tak wajib mengembalikan pinjaman sebab hutang itu dapat diubah menjadi saham berdasarkan ketetapan dan perjanjian yang ditentukan.

Obligasi konversi adalah alternatif tepat untuk perusahaan sebab pemberian bunga lebih kecil ketika proyek baru mulai. Bilamana pemodal mengubah obligasinya maka otomatis pemegang saham yang lain bakal mengalami dilusi, namun perusahaan tak wajib melunasi bunga lagi maupun pokok obligasi.

Melalui konversi obligasi menjadi saham, investor akan lebih diuntungkan. Investor bakal memperoleh keuntungan lebih saat proyek yang dijalankan perusahaan itu rampung dan sukses menangguk laba.

Hanya saja, risiko yang harus ditanggung tentu saja lebih tinggi dari obligasi tipe ini saat investor memilih mengkonversi obligasi menjadi saham. Pastinya risikonya bergeser menjadi risiko investasi saham.

Agar kian mengerti, coba perhatikan contoh berikut ini :

Investor Pak Budi membayar obligasi konversi PT Berdikari Lautan tahun emisi 2035. Obligasi tersebut punya harga PARI Rp. 50 ribu lalu waktu jatuh tempo adalah 30 tahun yang artinya sampai Desember 2065. Kemudian besarnya kupon bunga ditetapkan sebanyak 8%/tahun.

Dalam obligasi itu pun tertera klausul dan ketentuan dalam melakukan konversi. Ketentuannya misalnya tiap obligasi dapat dikonversi ke 3 lembar saham biasa sesudah bulaan Januari 2041. Oleh karena itu bila Pak Budi menghendaki akan mengambil langkan konversi obligasi, harus membuat pengajuan permintaan konversi ke perusahaan penerbit.

Sesudah dikonversi, maka Pak Budi tak lagi sebagai pemegang obligasi, namun pemegang dua lembar saham biasa PT Berdikari Lautan. Melihat contoh itu maka perlu untuk para calon investor obligasi mempelajari ketentuan dan syarat konversi. Apabila melampaui batas waktu, maka investor sudah tak dapat mengkonversi kepemilikan surat utang ke saham.

Jenis Obligasi Konversi

Bukan hanya satu jenis, obligasi konversi pun ada beberapa macam sesuai dengan tujuan dikeluarkannya. Macam-macamnya adalah sebagai berikut :

Obligasi Tukar

Istilah resminya adalah exchangeable convertible, di mana saham merupakan asset yang mendasari atau membackup dari obligasi itu adalah saham dari perusahaan yang tak sama dengan perusahaan penerbit obligasi.

Obligasi Wajib Konversi

Dinamakan mandatory convertibles. Yaitu obligasi jangka pendek yang umumnya punya return besar yang harus dikonversikan ke saham biasa sesuai harga pasaran yang tersedia ketika konversi.

Obligasi Konversi Bersyarat

Contingent convertible  (co-co) adalah obligasi konversi dimana ketentuannya yaitu investor cuma diperbolehkan mengkonversi obligasi yang dimilikinya ke saham perusahaan jika harga saham yang ada di pasar modal telah mencapai persentase tertentu melebihi harga konversi.

Misalnya: sebuah obligasi bersyarat yang mempunyai nilai saham perusahaan sebagai asset dasarnya seharga Rp.1.000 ketika obligasi diterbitkan. Kemudian besar premi konversi sebesar 30%.

Terdapat ketentuan pemicu konversi yaitu kenaikan harga sebesar 120%. Jadi, obligasi itu bisa dikonversikan dalam saham jika harga saham di pasaran melebihi Rp. 1.560 atau senilai 120% dari harga konversi sebesar Rp. 1.300 pada waktu yang telah ditetapkan yang umumnya 20 hari sebelum akhir kuartal.

Obligasi Konversi Saham Preferen

Convertible preffered stock menyerupai obligasi biasa akan tetapi punya tingkat senioritas lebih rendah pada struktur permodalan perusahaan.

Keuntungan Obligasi Konversi

Untuk perusahaan yang menerbitkan obligasi konversi akan mendapat keuntungan sebab lebih banyak dana operasional yang tersedia buat pemegang saham biasa. Perusahaan cuma mesti berbagi dana operasional ke pemegang saham yang dikonversi apabila berjalan lancar.

Umumnya, pemegang obligasi tak memiliki hak memilih direktur karena kendali pemungutan suara dipegang pemegang saham biasa. Sementara bagi investor, mereka akan  memperoleh pokok investasi ditambah kupon (bunga) yang langsung diperoleh secara periodik. Di samping itu investor akan memperoleh return (capital gain) lewat jual beli obligasi pada pasar sekunder.

Kerugian Obligasi Konversi

Kerugian itu berbentuk risiko yang mungkin saja terjadi. Ketika jatuh tempo harga saham yang bisa didapatkan dari hasil konversi lebih murah dari nilai obligasi. Sebab itu hak dalam mengkonversikan pun tak diambil. Sehingga pemegang obligasi konversi cuma mendapatkan bunga (kupon) dan tanpa benefit tambahan dari hasil konversi itu. Sebab kupon obligasi konversi lebih kecil dibanding kupon biasa, sehingga gain yang didapat akan lebih sedikit.

Melvern Pradana

Melvern Pradana

Melvern Pradana adalah seorang investor yang aktif menanam modal di pasar saham, cryptocurrency, P2P lending, dan reksa dana. Idolanya adalah Warren Buffett dan Peter Thiel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *