Lompat ke konten
Daftar Isi

Obligasi: Pengertian, Jenis, Cara Kerja, Risiko

obligasi

Ada banyak sumber permodalan yang bisa diperoleh perusahaan, mulai dari modal pribadi sang pendiri, modal dari pendanaan venture capital dan angel investor, sampai menerbitkan surat berharga yang bisa diperjualbelikan di pasar modal. Salah satu jenis surat berharga atau efek tersebut adalah obligasi. 

Pengertian Obligasi

Obligasi adalah surat berharga atau efek yang berbentuk surat pengakuan utang yang diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah supaya bisa dibeli oleh investor. Oleh sebab itu, obligasi seringkali juga disebut dengan surat utang.

Untuk mudah memahaminya, mari kita menggunakan analogi sederhana. Ketika seorang teman ingin berhutang kepada Anda, pastinya Anda akan menulis rincian utang tersebut, seperti besaran utang, tanggal maksimal pelunasan dan lain sebagainya di atas sebuah kertas. Nah, sederhananya kertas catatan utang inilah yang disebut dengan obligasi. 

Bedanya adalah, surat utang yang Anda buat untuk teman Anda tersebut belum tentu bisa diajukan sebagai jaminan di bank dan belum tentu kepemilikannya bisa dialihkan kepada orang lain. Di sisi lain, obligasi yang resmi bisa dijadikan agunan di bank dan bisa diperjualbelikan di pasar sekunder. Maka dari itu, instrumen seperti obligasi ini sering disebut dengan surat berharga.

Bagi emiten perusahaan, adanya obligasi ini penting untuk mendapatkan alternatif sumber pendanaan di luar pinjaman bank. Bagi emiten pemerintah, obligasi juga bisa bermanfaat sebagai tambahan modal untuk mengeksekusi berbagai program. Akan tetapi di sisi lain, obligasi negara juga bisa menjadi alat pemerintah untuk mengimplementasikan kebijakan moneter.

Bagi investor, obligasi dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan pasif. Pasalnya, investor yang membeli surat berharga ini berhak mendapatkan kupon atau imbal hasil sekaligus capital gain apabila investor berhasil menjual obligasi yang dimilikinya dengan harga yang lebih tinggi di pasar sekunder. 

Cara Kerja Obligasi

Ketika emiten ingin menambah permodalan, mereka bisa menerbitkan obligasi ke pasar primer. Dalam surat obligasi ini akan terdapat rincian instrumen investasi tersebut, seperti nama obligasi, jenisnya, nilai nominalnya, tanggal jatuh temponya, dan sistem pembayaran kupon. 

Nilai nominal obligasi adalah nilai yang tertera dalam surat berharga tersebut, atau dengan kata lain nilai nominal adalah pokok utang obligasi. Pokok utang obligasi ini harus dikembalikan kepada investor ketika tanggal jatuh tempo telah tiba. Selain nilai nominal, obligasi juga memiliki nilai pasar. 

Nilai pasar obligasi adalah harga surat berharga tersebut ketika dijual kembali ke pasar sekunder. Nilai pasar obligasi fluktuatif sebagaimana instrumen investasi lainnya. Selain permintaan dan penawaran, fluktuasi harga ini juga bisa dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, kondisi keuangan perusahaan dan rekam jejak utangnya, jangka waktunya dan lain-lain. Dengan kata lain, investor tidak harus memiliki instrumen investasi ini sampai tanggal jatuh temponya tiba.

Di sisi lain, emiten juga bisa membeli kembali obligasi yang telah mereka terbitkan di pasar sebelumnya. Hal ini bisa saja terjadi apabila kondisi keuangan emiten tersebut meningkat, sehingga tidak membutuhkan surat utang lagi atau bisa menerbitkan surat utang baru dengan biaya yang lebih rendah. 

Jenis-Jenis Obligasi

Obligasi dapat dibagi tiga menurut jenis emiten yang menerbitkannya, yaitu:

  • Obligasi negara
  • Obligasi pemerintah daerah
  • Obligasi perusahaan (korporasi).

Baik government bonds maupun corporate bonds memiliki karakteristik dan potensi keuntungan yang berbeda.

Umumnya, obligasi negara dikenal sebagai instrumen investasi rendah risiko, tetapi juga rendah kupon. Sebaliknya, obligasi korporasi dan pemerintah daerah memiliki kupon yang lebih tinggi dengan risiko yang lebih tinggi juga. 

Jika tertarik, pelajari cara membeli obligasi korporasi dan pemerintah.

Menurut pembayaran kuponnya, obligasi bisa dibagi dua, yaitu obligasi yang membayarkan kupon dan zero coupon bonds alias obligasi yang tidak membayar kupon, tetapi emiten akan membayar obligasi tersebut dengan menggunakan nilai nominal yang lebih tinggi. 

Misalnya, Anda membeli zero coupon bonds seharga Rp10.000. Maka perusahaan penerbit surat utang tersebut akan membayar kepada Anda sebesar Rp12.000 ketika tanggal jatuh tempo telah tiba.

Obligasi yang membayarkan kupon dibagi lagi menjadi dua, yaitu kupon dengan fixed rate (tetap) dan kupon dengan floating rate (berubah-ubah setiap waktu). 

Selain dua jenis di atas, ada juga jenis obligasi yang bisa ditukar dengan saham dengan syarat-syarat tertentu. Obligasi seperti ini disebut dengan convertible bonds. Selain itu, ada juga instrumen yang mirip dengan obligasi tapi bukan berupa surat utang dan memegang prinsip syariah. Instrumen seperti ini di Indonesia disebut dengan sukuk.

Potensi Keuntungan Investasi di Obligasi

1. Kupon

Salah satu keuntungan utama investasi di surat utang ini adalah investor berhak untuk mendapatkan kupon alias pembayaran bunga. Kupon bisa dibayarkan dalam bentuk rasio tetap (fixed rate) maupun rasio mengambang (floating rate). Kupon juga bisa dibayarkan sebulan sekali, tiga bulan sekali atau satu tahun sekali tergantung dengan kontrak yang tertera dalam obligasi.

Hal ini tentu relatif lebih menguntungkan dibandingkan dividen saham. Pasalnya, dividen sebuah saham belum tentu dibayarkan sebulan sekali atau setahun sekali. Ada banyak perusahaan yang jarang membayar dividen atau hanya membayarkan dividen setiap beberapa tahun sekali. 

Namun sisi negatifnya adalah, kupon obligasi terkena pajak sebesar 10% per bulan. Ini artinya, keuntungan investasi Anda perbulan akan berkurang. 

Misalnya, Anda membeli obligasi ritel sebesar Rp1.000.000 dengan kupon fixed rate sebesar 4.5% per tahun. Untuk mengetahui keuntungan perbulan, Anda harus membagi 4.5% tersebut dengan angka 12 (jumlah bulan). Katakanlah 4.5% bagi 12 sama dengan 0,375%. Maka, keuntungan bulanan Anda adalah sebesar 0,375% x Rp1.000.000 yaitu 3.750 rupiah. Sedangkan keuntungan bersihnya adalah 3.750 rupiah dikurangi 375 yaitu 3.375 rupiah. 

2. Capital gain

Capital gain diperoleh apabila Anda bisa menjual instrumen investasi (termasuk obligasi) di pasar sekunder dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga belinya. Misalnya, Anda membeli ORI dengan harga Rp1.000.0000 dan berhasil menjualnya di pasar sekunder dengan harga Rp1.100.000. Selisih Rp100.000 itulah yang disebut dengan capital gain

Perlu diketahui bahwasanya dengan aplikasi trading yang tersedia saat ini, Anda bisa menjual obligasi Anda di pasar sekunder secara parsial. Contoh, Anda membeli ORI dengan harga Rp1.000.000, maka di aplikasi trading Anda bisa menjualnya kembali Rp100.000 saja atau Rp500.000 saja sesuai kebutuhan. 

Kelebihan dan Kekurangan Investasi di Obligasi

Terdapat berbagai jenis kelebihan dan kekurangan obligasi yang harus dipertimbangkan oleh investor.

Kelebihan Obligasi

1. Mendapatkan passive income

Sama seperti instrumen investasi lainnya, manfaat utama dari investasi pada instrumen yang satu ini adalah Anda bisa mendapatkan pendapatan pasif dari kupon maupun capital gain. Akan tetapi tidak seperti saham ataupun reksa dana, obligasi adalah instrumen yang memiliki jangka waktu baik itu pendek maupun panjang. Ini artinya, passive income dari sebuah obligasi akan bisa Anda peroleh selama surat utang tersebut belum jatuh tempo. 

2. Diversifikasi

Manfaat lain dari investasi di obligasi adalah investor bisa melakukan diversifikasi instrumen investasi. Diversifikasi ini penting untuk mencegah terjadinya risiko yang lebih parah karena penurunan harga pada instrumen investasi tertentu. 

Dengan kata lain, apabila Anda memiliki saham dan obligasi sekaligus, kerugian yang Anda peroleh dari saham bisa dinetralisir dengan keuntungan dari obligasi, begitupun sebaliknya. Akibatnya, kerugian yang Anda alami tidak separah yang seharusnya. 

Hal ini tambah penting mengingat secara teoritis saham dan obligasi adalah dua instrumen investasi yang memiliki sifat substitusi satu sama lain. Artinya, kalau permintaan saham naik, maka biasanya permintaan obligasi akan turun, sehingga mengakibatkan penurunan harga instrumen ini di pasar sekunder.

3. Investasi jangka menengah

Meskipun ada yang memiliki rentang waktu pendek, obligasi umumnya didesain supaya cocok untuk investasi jangka menengah atau investasi dalam kurun waktu 1-5 tahun. Hal ini karena umumnya tanggal jatuh tempo surat utang ini berkisar antara 1-5 tahun dan karena biasanya tingkat kupon obligasi lebih tinggi dibandingkan reksa dana, tetapi lebih rendah dibandingkan saham. 

Artinya, obligasi kurang cocok untuk investasi jangka pendek seperti reksa dana (khususnya reksa dana pasar uang) dan tidak bisa untuk jangka panjang karena batasan waktunya tidak seperti saham.

4. Relatif lebih aman dibandingkan saham

Karena obligasi berbeda dari saham, maka risikonya yang dimilikinya juga berbeda.

Salah satu risiko yang akan dihadapi oleh investor obligasi maupun saham adalah risiko default atau ketika perusahaan terkait tidak bisa membayar hutangnya dan bangkrut. Namun demikian, perlakuan terhadap investor obligasi sedikit berbeda dengan investor saham.

Investor obligasi berhak mengajukan klaim atas aset perusahaan tersebut terlebih dahulu sebelum investor saham, bahkan yang memiliki saham preferen. Hal ini karena obligasi termasuk utang yang harus dilunasi, sementara saham adalah penyertaan modal yang kalau bisnis bangkrut dia diperlakukan sama seperti pemilik perusahaan tersebut. Ini artinya, apabila aset perusahaan tersebut habis untuk membayar utang dan obligasi, investor saham juga tidak akan memperoleh apa-apa. 

Selain perkara default, obligasi relatif lebih aman dibandingkan saham karena instrumen yang satu ini bisa diterbitkan oleh pemerintah pusat atau negara. Adapun saham umumnya diterbitkan oleh perusahaan. 

Kekurangan Obligasi

Berikut ini beberapa kekurangan atau risiko investasi pada obligasi:

1. Risiko default

Seperti yang telah disebutkan di atas, investor obligasi juga harus menghadapi risiko gagal bayar (default). Khususnya apabila investor tersebut berinvestasi pada surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan dan pemerintah daerah. Pasalnya terdapat beberapa riwayat pemerintah daerah di luar negeri yang gagal membayar utang obligasi mereka ketika tanggal jatuh tempo. 

Risiko default sebenarnya juga bisa dihadapi oleh mereka yang berinvestasi di surat utang negara, namun kemungkinannya lebih kecil. Karena selama negara terkait tidak bangkrut, pemerintah pusat pasti akan membayar utang obligasinya saat jatuh tempo tiba. 

2. Risiko suku bunga

Secara teoritis, perubahan suku bunga acuan akan berdampak negatif terhadap harga obligasi. Dengan kata lain, apabila suku bunga acuan naik, harga sebuah obligasi akan turun. Hal ini karena, investor akan mencari obligasi lain yang memiliki kupon yang lebih tinggi atau malah berpindah ke saham. 

Untuk memahami risiko ini lebih rinci dan cara menghitungnya, Anda bisa mengunjungi tulisan pengaruh suku bunga acuan terhadap obligasi

3. Risiko inflasi

Senada dengan suku bunga, inflasi juga berkorelasi negatif terhadap harga obligasi. Pasalnya, semakin tinggi inflasi, semakin tinggi pula harga kebutuhan sehari-hari. Akibatnya, investor akan mengurangi jumlah investasinya, atau kalau jumlah investasinya tidak dikurangi, mereka akan beralih ke instrumen lain yang menawarkan return lebih tinggi, seperti saham. Akibatnya lagi, harga obligasi akan turun. 

Kenaikan inflasi yang terkontrol biasanya diikuti dengan kenaikan suku bunga. Hal ini juga menjadi pertanda bahwa ekonomi sebuah negara pada tingkat tertentu sedang menunjukkan perbaikan. Maka dari itu, tidak heran apabila umumnya obligasi (khususnya obligasi negara) dipahami sebagai instrumen yang cocok di kala resesi. 

4. Risiko pasar dan likuiditas

Risiko pasar pada obligasi terjadi apabila investor terpaksa harus menjual instrumen tersebut di pasar sekunder dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan yang seharusnya. Hal ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk perubahan tingkat suku bunga dan inflasi di atas serta masalah likuiditas. 

Secara sederhana, likuiditas sebuah instrumen investasi adalah ramai atau tidaknya perdagangan instrumen tersebut. Semakin ramai, maka semakin likuid dan semakin mudah bagi investor untuk mencairkan dana investasi miliknya. 

Surat utang, khususnya obligasi korporasi relatif memiliki likuiditas yang lebih rendah dibandingkan saham dan obligasi negara. Akibat dari likuiditas rendah ini adalah volatilitas harga yang tajam dan waktu pencairan yang relatif lebih lama. 

Oh ya perlu Anda ketahui juga bahwasanya proses pencairan dana investasi obligasi membutuhkan waktu 2-7 hari kerja. Ini artinya, instrumen yang satu ini juga relatif lebih susah dicairkan (kurang likuid) dibandingkan reksa dana pasar uang (RDPU). 

Tips Memilih Obligasi Yang Baik

Lalu, bagaimana cara mengurangi potensi risiko tersebut? Berikut ini beberapa tips untuk memilih obligasi yang baik:

1. Perhatikan jangka waktunya

Semakin lama tanggal jatuh tempo obligasi, maka semakin berisiko pula instrumen tersebut. Hal ini karena dalam jangka yang lebih panjang, inflasi dan suku bunga bisa jadi berubah lebih banyak, selain itu Anda juga pasti ingin menggunakan uang investasi tersebut untuk banyak kebutuhan yang akan datang bukan?

2. Analisis fundamental

Perhatikan berbagai indikator dan matriks keuangan yang terkait dengan utang, seperti debt to equity ratio (DER), debt to asset ratio (DAR) karena rasio-rasio ini umumnya memperkirakan kemampuan perusahaan dalam membayar utang. 

3. Lihat rekam jejak dan bisnis perusahaan

Pastikan Anda memilih berinvestasi pada perusahaan dengan rekam jejak pembayaran utang yang bagus dan potensi bisnis yang menjanjikan. Cari berita-beritanya di internet untuk memastikan kualitas perusahaan tersebut. 

4. Lihat ranking obligasi di lembaga pemeringkat efek

Jika saham punya saham blue chip, second liner dan gorengan, maka obligasi punya ranking, seperti AAA; AA+; AA; AA- dan seterusnya. Ranking ini diterbitkan oleh perusahaan pemeringkat efek untuk memberitahu investor mengenai kualitas investasi di obligasi tersebut. 

Beberapa perusahaan pemeringkat efek yang diakui oleh OJK adalah:

  • Fitch Ratings
  • Moody’s Investor Service
  • Standard and Poor’s (S&P)
  • PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO).

Selain itu, jangan lupa untuk memilih obligasi yang sesuai dengan tujuan dan budget investasi Anda. 

Obligasi menjadi instrumen investasi yang patut Anda pilih pada dasawarsa ini. Dengan surat utang ini, Anda berpotensi untuk memperoleh pendapatan pasif sekaligus (dalam beberapa kasus) membantu pemerintah dalam melaksanakan berbagai programnya. Namun sekali lagi, memilih instrumen yang satu ini juga perlu hati-hati dan pertimbangan matang.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *