Tidak dapat dipungkiri bahwasanya Amerika Serikat adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Maka dari itu, tidak heran jika apapun kebijakan ekonomi dan politik negeri paman sam ini akan menjadi sorotan bagi negara-negara lain di seluruh dunia, termasuk diantaranya kebijakan moneter yang berlaku di negara tersebut.
Jika Indonesia memiliki Bank Indonesia sebagai bank sentral dan otoritas kebijakan moneter, maka Amerika Serikat memiliki The Federal Reserve atau yang biasa dipanggil The Fed sebagai lembaga yang mengurus kebijakan yang satu ini. Apa itu The Fed dan bagaimana kebijakan lembaga yang satu ini dapat mempengaruhi perekonomian dunia? Simak pembahasannya berikut:
Apa itu The Fed?
The federal reserve atau The Fed adalah otoritas moneter tertinggi di Amerika Serikat. Lembaga independen yang kini dipimpin oleh Jerome Powell ini pertama kali didirikan pada tahun 1913 seiring meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kontrol keuangan terpusat setelah adanya kepanikan keuangan beberapa tahun sebelumnya.
Sederhananya, tugas The Fed ada tiga, yaitu memaksimalkan lapangan pekerjaan, menstabilkan harga (mengontrol inflasi) dan menjaga tingkat suku bunga pada jangka panjang. Namun, seiring dengan berbagai fenomena ekonomi yang muncul setelah lembaga ini berdiri, tugas The Fed juga bertambah. Menurut laman resminya, tugas lembaga yang satu ini kini adalah:
- Melakukan kebijakan moneter untuk memaksimalkan lapangan pekerjaan, mengontrol inflasi dan menjaga tingkat suku bunga.
- Meningkatkan stabilitas keuangan dan menjaga risiko sistemik keuangan dengan cara memonitor aktivitas keuangan di dalam maupun luar negeri secara aktif.
- Mengawasi keamanan institusi keuangan di bawahnya (seperti bank dan lembaga keuangan lainnya).
- Menumbuhkan sistem pembayaran dan settlement yang efektif dan efisien di Amerika Serikat.
- Menumbuhkan perlindungan konsumen dan pengembangan komunitas dengan mengembangkan pengawasan dan supervisi berbasis konsumen, menyelenggarakan penelitian dan analisis mengenai trend dan isu konsumen, aktivitas pengembangan ekonomi berbasis komunitas, dan menetapkan hukum dan regulasi mengenai konsumen.
The Fed adalah lembaga independen yang segala keputusannya tidak bisa dipengaruhi oleh pemerintah Amerika Serikat. Akan tetapi sebagai lembaga publik, The Fed tetap harus bertanggung jawab dan diawasi kinerjanya oleh kongres (semacam DPR).
Pengaruh The Fed Pada Perekonomian Dunia
Sebagai otoritas moneter negara adidaya, segala keputusan The Fed dapat mempengaruhi perekonomian dunia. Berikut ini beberapa diantaranya:
1. Kebijakan suku bunga
Pada paruh awal tahun 2022 ini, inflasi Amerika Serikat naik hingga lebih dari 8%. Selain akibat dari perang Rusia dan Ukraina, hal ini juga akibat dari kebijakan pemerintah yang melonggarkan perekonomian supaya bisa pulih dari covid19.
Perlu Anda ingat bahwasanya inflasi bisa diakibatkan oleh tingginya jumlah uang yang beredar di masyarakat. Oleh sebab itu, salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan suku bunga acuan. Dalam konteks Amerika Serikat, suku bunga acuan ini disebut dengan federal funds rate (FFR).
Karena yang dibahas adalah suku bunga acuan Amerika Serikat, maka kebijakan The Fed untuk menaikkan FFR bisa berdampak dalam internal Amerika Serikat itu sendiri maupun secara eksternal di negara lain, termasuk Indonesia.
Secara internal. Kenaikan FFR akan mendorong suku bunga kredit dan tabungan akan naik juga. Harapannya adalah, masyarakat jadi lebih rajin menabung dan tidak meminjam uang di bank, sehingga jumlah uang beredar menurun, sehingga inflasi turun juga. Secara eksternal, kenaikan FFR akan mempengaruhi perekonomian negara lain melalui jalur nilai tukar valuta asing alias forex.
2. Suku bunga The Fed mempengaruhi nilai tukar
Sebelum mengetahui bagaimana keputusan The Fed untuk meningkatkan suku bunga bisa mempengaruhi nilai tukar dolar terhadap rupiah, Anda perlu mengingat beberapa hal, yaitu:
- Nilai tukar dalam forex sama saja dengan harga mata uang asing apabila dibeli dengan mata uang lainnya. Misal, nilai tukar USD dengan IDR sama halnya dengan harga dolar apabila dibeli dengan rupiah.
- Nilai tukar valas bisa berubah sewaktu-waktu mengikuti hukum permintaan dan penawaran, alias kalau permintaan sebuah mata uang tinggi, maka nilainya akan naik (apresiasi) apabila dibandingkan dengan mata uang lain.
- Trader forex dan instrumen keuangan lainnya dapat memperjualbelikan instrumen tersebut dari secara bebas dari berbagai negara sekaligus.
- Suku bunga acuan dalam forex dan obligasi bisa bermakna tingkat imbal hasil atau keuntungan yang ditawarkan.
Dalam konteks suku bunga The Fed, kebijakan The Fed FFR akan mengundang trader untuk membeli dolar dan menjual mata uang lain (dalam konteks forex) atau membeli treasury bond (obligasi negara Amerika Serikat). Apabila mata uang yang digunakan untuk membeli dua instrumen keuangan tersebut adalah rupiah, maka nilai dolar terhadap rupiah (USD/IDR) akan terapresiasi alias harga dolar semakin mahal.
3. Suku bunga The Fed mempengaruhi impor dan utang luar negeri
Nilai tukar dolar terhadap rupiah yang semakin mahal, akan berpengaruh terhadap dua hal, yaitu impor dan utang luar negeri. Pasalnya, dolar adalah mata uang yang digunakan untuk membeli berbagai barang yang diimpor dan digunakan untuk membayar utang luar negeri.
Misalnya, ketika 1 dolar setara dengan Rp10.000, Pak A bisa mengimpor 1 kg Himalayan Salt yang seharga 100$ hanya dengan Rp1.000.000. Namun, ketika 1 dolar setara dengan Rp10.000, kini Pak A baru bisa membeli 1 kg Himalayan Salt dengan uang Rp1.500.000.
Hal yang sama berlaku juga untuk utang luar negeri. Katakanlah contohnya Indonesia punya utang luar negeri sebesar 100$. Ketika 1 dolar sama dengan Rp10.000, utang tersebut bisa dilunasi dengan uang Rp1.000.000. Namun ketika harga dolar naik ke 1 USD setara 15.000, maka kini dibutuhkan Rp1.500.000 untuk melunasi utang.
Kenaikan biaya impor dan utang ini akan mendorong kenaikan harga (inflasi) aspek ekonomi lain apabila utang dan barang impor tersebut adalah barang-barang esensial bagi masyarakat, seperti BBM, gandum (untuk mie instan dan tepung) dan lain sebagainya.
4. Suku bunga The Fed Mempengaruhi Suku Bunga Acuan Negara Lain
Kenaikan harga BBM dan barang esensial lain di atas akan mendorong kenaikan inflasi. Oleh sebab itu, umumnya kenaikan FFR di Amerika Serikat diikuti dengan kenaikan suku bunga acuan di negara lain, termasuk di Indonesia dengan kenaikan BI7DRR. Oleh sebab itu, umumnya tingkat suku bunga acuan di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan FFR.
Selain untuk menahan laju inflasi, hal ini juga ditujukan untuk menawarkan keuntungan memegang rupiah yang lebih tinggi kepada trader, sehingga nilai tukar rupiah terhadap dolar bisa tetap stabil. Dengan stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar, maka stabil pula harga barang-barang impor dan nominal utang yang harus dibayarkan pemerintah. Di tengah keterbukaan pasar (openness) perekonomian dunia saat ini, krisis di satu negara relatif dapat dengan mudah merembet ke negara lain. Menerapkan kebijakan moneter yang baik adalah salah satu cara untuk menghindari dampak penularan tersebut.