Lompat ke konten
Daftar Isi

Ketahui Perbedaan P2P Lending Produktif dan Konsumtif

P2P lending produktif Dan konsumtif

Anda tertarik untuk berinvestasi di P2P Lending? Maka, Anda harus memahami dua jenis platform investasi ini, yaitu P2P Lending produktif dan P2P Lending konsumtif. Hal ini penting, sebab setiap jenis memiliki potensi risiko yang berbeda. Lalu, apa perbedaan keduanya? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini:

Pengertian P2P Lending Produktif

P2P Lending produktif adalah jenis peer-to-peer lending yang dananya disalurkan untuk peminjam yang ingin membangun atau mengembangkan bisnisnya. Biasanya, dalam jenis P2P ini, investor bisa memilih perusahaan atau peminjam yang akan menerima pendanaan dari mereka. 

Dibandingkan dengan P2P lending yang konsumtif, jenis ini lebih memiliki dampak sosial karena itu artinya dengan berinvestasi melalui platform ini, Anda bisa membantu masyarakat yang kesulitan untuk mendapatkan dana dari bank untuk mendapatkan modal tambahan. 

Salah satu contoh P2P lending jenis ini adalah Koinworks. Di platform ini, investor bisa memberikan investasi kepada peminjam dengan menggunakan fitur KoinRobo (investasi otomatis ke perusahaan terbaik di bidangnya), sementara peminjam bisa mendapatkan pinjaman untuk membeli barang-barang produksi sesuai kebutuhan menggunakan Koin Bisnis. 

Pengertian P2P Lending Konsumtif

P2P Lending konsumtif adalah jenis peer-to-peer lending yang dananya disalurkan untuk peminjam yang ingin meminjam untuk memenuhi kebutuhan konsumtif. Misalnya, untuk membeli handphone, membeli laptop atau sekedar membeli mainan anak-anak. 

Biasanya, desain peer-to-peer lending jenis ini mirip dengan deposito, yaitu investor tinggal menyetorkan uang dan menentukan tenor saja, lalu uang tersebut akan disebarkan secara otomatis oleh sistem ke beberapa peminjam sekaligus untuk meminimalisir risiko. Baru ketika tanggal jatuh tempo tiba, dana dari investor tersebut akan kembali beserta bunganya. 

Ada banyak contoh P2P lending jenis ini, salah satunya adalah Asetku. Dengan menggunakan platform ini, Anda sudah bisa berinvestasi mulai dari Rp500.000 dan mendapatkan bunga hingga 14,4% per tahun. 

Perbedaan P2P Lending Produktif dan Konsumtif

1. Tujuan pinjaman

Seperti yang telah disebutkan di atas, tujuan pinjaman P2P lending produktif adalah untuk mengembangkan usaha, sementara P2P lending konsumtif untuk membeli barang atau jasa yang sifatnya konsumtif. Perbedaan ini kemudian membawa perbedaan pada desain produk dari platform ini. 

Banyak platform P2P lending konsumtif  didesain mirip dengan deposito dimana investor hanya akan menyetorkan uangnya saja dan sistem akan secara otomatis mengalokasikannya untuk sejumlah peminjam. Di sisi lain, pada P2P Lending produktif, investor akan disuruh untuk memilih peminjam sendiri dimana peminjam akan dilengkapi dengan data-data pendukung, seperti nama dan alamat usaha, tujuan penggunaan pinjaman hingga potensi risiko peminjam tersebut. 

2. Nominal dan tenor pinjaman

Sama seperti kredit produktif lainnya, pinjaman di P2P lending produktif juga memiliki nominal yang cukup besar dan tenor yang cukup panjang. Biasanya, tenor pinjaman jenis ini minimal 1 bulan dan bisa mencapai tahunan. 

Di sisi lain, pinjaman konsumtif dalam P2P lending konsumtif biasanya adalah pinjaman jangka pendek. Bahkan beberapa aplikasi menyediakan tenor 7 hari dimana dengan hanya menyimpan uang di aplikasi tersebut selama 7 hari saja, nilai aset Anda akan bertambah. 

Hal ini memungkinkan karena selain dana investor disebar ke beberapa peminjam sekaligus, umumnya nominal pinjaman pada P2P lending jenis ini juga kecil dari ratusan ribu rupiah hingga Rp5.000.000. Investasi di P2P lending konsumtif adalah alternatif investasi yang cukup baik untuk Anda yang ingin berinvestasi pada aset dengan likuiditas yang tinggi.

3. Bunga yang ditawarkan

Perbedaan ketiga antara kedua jenis P2P lending ini adalah persentase bunga yang ditawarkan. P2P lending produktif cenderung menawarkan bunga yang lebih kecil dibandingkan peer-to-peer lending konsumtif dengan nominal bunga berkisar antara 10%-20%. Dalam P2P lending jenis ini, nominal bunga yang ditawarkan berbanding lurus dengan risiko investasi tersebut. Semakin besar bunga yang ditawarkan dalam sebuah proyek atau kategori investasi, maka semakin tinggi pula risiko investasi dalam proyek tersebut. 

Di sisi lain, P2P lending konsumtif menawarkan nominal bunga yang lebih tinggi bahkan bisa lebih dari 20% per tahun.  Tidak jarang juga potensi bunga yang ditawarkan ini merata untuk semua pinjaman dalam satu platform, sehingga investor tidak perlu memilah peminjam berdasarkan tingkat risikonya. 

4. Potensi risiko

Pada dasarnya, investasi pada platform P2P lending memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi deposito maupun investasi di pasar modal. Hal ini karena investasi pada platform ini tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan peminjam penerima pinjaman tidak jarang merupakan perusahaan skala kecil dan menengah yang masih belum cukup capable untuk masuk listing ke Bursa Efek Indonesia dari segi modal dan sumber daya manusia (SDM). 

Namun demikian, potensi risiko antara P2P lending produktif dan konsumtif berbeda. P2P lending jenis yang pertama memiliki paparan risiko usaha gagal bayar dan proses penagihan yang membutuhkan waktu lama. Namun demikian untuk meminimalisir risiko ini, platform P2P lending jenis ini akan melakukan asesmen kepada peminjam terlebih dahulu untuk menentukan tingkat risikonya dan menampilkan tingkat risiko tersebut di platform, sehingga investor bisa mengetahui informasi mengenai perusahaan terkait lebih lengkap. Akibatnya, untuk berinvestasi di platform ini, investor atau lender membutuhkan waktu untuk melakukan analisis risiko. 

Di sisi lain, karena menawarkan pinjaman konsumtif, pinjaman tidak digunakan untuk kebutuhan usaha sehingga tidak ada penilaian risiko investasi meskipun ada potensi gagal bayar. 

5. Syariah

Beberapa platform peer-to-peer lending produktif menawarkan program pembiayaan secara syariah dengan mekanisme bagi hasil. Di sisi lain, karena digunakan untuk keperluan konsumtif, maka tidak heran jika investasi di P2P lending konsumtif bisa dikatakan tidak syariah karena mengandung riba. 

Lalu dari beberapa perbedaan di atas, manakah yang lebih baik? peer -to-peer konsumtif menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi namun risiko yang lebih tinggi pula karena pinjaman digunakan untuk membeli barang dan jasa dan tidak syariah. Di sisi lain, P2P jenis produktif menawarkan imbal hasil yang lebih kecil namun dengan berinvestasi pada platform ini, investor bisa membantu berkontribusi pada perkembangan bisnis dan ekonomi Indonesia kedepannya. Sederhananya, investasi pada platform P2P lending tetap membutuhkan pertimbangan dan analisis yang matang. Tidak hanya dari segi produk, Anda juga harus memilih platform P2P lending terbaik untuk memastikan aset Anda disimpan dan dikelola secara bertanggungjawab.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *