Lompat ke konten
Daftar Isi

Berapa Persentase Dana Untuk Investasi yang Ideal?

Persentase dana untuk investasi

Meskipun saat ini informasi mengenai investasi dan perencanaan keuangan sudah banyak tersebar di internet, masih banyak orang yang tidak mengerti alokasi investasi sebaiknya berapa persen dari gaji.

Hal ini karena masih banyak orang Indonesia yang memiliki tingkat literasi digital rendah dan memiliki gaji di level Upah Minimum Regional (UMR) atau bahkan di bawah nilai UMR tersebut atau memiliki pendapatan yang tidak tetap. Akibatnya, mereka kesulitan untuk menentukan berapa persentase penghasilan yang bisa dialokasikan untuk investasi. 

Berikut ini beberapa pola pengaturan keuangan yang bisa Anda lakukan untuk menentukan berapa persentase dana untuk investasi yang pas ala diri Anda. 

Persentase Gaji Ideal Untuk Investasi 

Sebenarnya tidak ada patokan yang resmi untuk menentukan berapa jumlah uang yang bisa digunakan untuk investasi. Namun terdapat rule of thumb alokasi keuangan yang bisa Anda jadikan pedoman untuk mengatur keuangan. 

Rule of thumb tersebut adalah membagi pos keuangan menjadi tiga yaitu, keuangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keuangan untuk pribadi (pembayaran utang, social life dan amal) serta keuangan untuk tabungan dan investasi. 

Dalam rule of thumb 50/30/20, 20% gaji sebaiknya digunakan untuk investasi, 30% untuk pengeluaran pribadi, dan 50% untuk kebutuhan sehari-hari.

Jadi, kalau pendapatan Anda sebulan sebesar Rp. 2.000.000, maka Rp. 1.000.000 untuk kebutuhan sehari-hari, Rp. 600.000 sampai Rp. 700.000 untuk membayar cicilan, utang, amal dan gaya hidup sementara 20% sisanya untuk investasi dan tabungan. 

Kalau Anda ingin, Anda juga bisa memisahkan uang untuk alokasi investasi dan untuk tabungan sesuai dengan fungsinya. Alokasi Investasi untuk memenuhi kebutuhan di masa depan sementara tabungan sebagai jaga-jaga jika ada kebutuhan mendesak pada bulan tersebut. 

Penyesuaian Terhadap Rule 50/30/20

Walaupun terdengar bagus, nyatanya rule of thumb di atas atau rule 50/30/20 di atas tidak bersifat baku. Anda bisa menyesuaikan alokasi keuangan tersebut sesuai dengan kebutuhan Anda khususnya apabila kebutuhan tersebut dirasa mendesak seperti, membayar cicilan utang, membayar tagihan rumah sakit dan lain sebagainya. 

Berikut ini beberapa alternatif alokasi keuangan lain yang bisa Anda coba:

1. Membagi pengeluaran menjadi 5 pos

Alternatif pertama, pengeluaran dapat dibagi menjadi lima pos utama, yaitu kebutuhan sehari-hari, cicilan dan hutang, amal, gaya hidup, dan investasi. Berikut adalah rincian alokasi keuangan dalam alternatif ini:

  1. Kebutuhan sehari-hari: 40%-50% dari total pengeluaran.
  2. Cicilan dan hutang: 30% dari total pengeluaran.
  3. Amal: 5-10% dari total pengeluaran.
  4. Gaya hidup: 10% dari total pengeluaran.
  5. Investasi: 10% dari total pengeluaran.

Kebutuhan sehari-hari dan utang adalah pos pengeluaran pokok sehingga harus diprioritaskan. Misalnya, anak Anda masuk rumah sakit dan memerlukan biaya pengobatan hingga 500.000 rupiah. Maka, Anda bulan tersebut tidak usah berinvestasi terlebih dahulu atau berlibur dulu. Uang investasi dan lifestyle kemudian dapat dialokasikan untuk kepentingan pengobatan anak. 

2. Rule 10/20/30/40

Skema alokasi keuangan lain yang bisa Anda terapkan adalah skema rule 10/20/30/40. Dimana 40% untuk kebutuhan sehari-hari, 30% untuk utang dan cicilan, 20% untuk investasi dan 10% untuk amal. 

Contohnya, pendapatan bulanan Anda sebesar Rp. 2.000.000, maka Rp. 800.000 untuk kebutuhan sehari-hari selama 1 bulan, Rp. 600.000 untuk utang dan cicilan, 400.000 untuk tabungan dan investasi dan 200.000 untuk amal. 

Bagaimana Jika Pendapatan Bersifat Tidak Tetap?

Rule di atas tetap bisa Anda terapkan meskipun Anda tidak memiliki pendapatan yang bersifat tetap. Caranya adalah dengan mencatat keuangan harian lalu menyisihkan sebagiannya untuk investasi. 

Misalnya, Anda bekerja sebagai seorang freelancer yang dibayar bukan rutin per minggu atau per bulan tetapi dibayar per proyek. Pada minggu pertama, Anda memperoleh penghasilan sebesar Rp. 300.000 rupiah dan minggu kedua Anda memperoleh  penghasilan sebesar Rp. 400.000. Maka total pendapatan Anda selama 2 minggu adalah sebesar Rp. 700.000. 

Dengan demikian Anda bisa menyisihkan Rp. 350.000 untuk keperluan sehari-hari, Rp. 230.000 untuk membayar utang dan cicilan dan Rp. 120.000 untuk tabungan dan investasi. Saat ini dengan uang sebesar Rp. 120.000 tersebut Anda sudah bisa membeli reksa dana dan saham. Oleh sebab itu, Anda tidak perlu ragu lagi untuk berinvestasi. 

Bagaimana Jika Anda Tidak Mampu Untuk Investasi?

Seperti yang tertulis di atas, berbagai rules pengaturan alokasi investasi tersebut tidak bersifat baku. Artinya, Anda bisa membuatnya sesuai dengan kebutuhan Anda masing-masing. Nyatanya, orang dengan penghasilan rendah tetap bisa berinvestasi dengan strategi tersendiri.

Akan tetapi, sebaiknya Anda pastikan bahwa alokasi investasi tersebut hilang bukan karena dialokasikan untuk gaya hidup melainkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau membayar utang. 

Saat ini, sudah banyak instrumen investasi yang bisa dibeli hanya dengan Rp. 10.000 atau Rp. Rp. 100.000 rupiah saja sehingga alih-alih langsung menyisihkan 10% atau 20% dari pendapatan, Anda bisa berinvestasi secara bertahap mulai dari Rp. 10.000 dulu atau Rp. 200.000 dulu sesuai dengan kemampuan.

Bagaimana Jika Alokasi Investasi Sudah Mencapai 20%?

Setelah nilai alokasi investasi Anda mencapai 20% dari pendapatan, kini saatnya Anda menambah persentase alokasi tersebut secara bertahap ke 25%, 30% dan seterusnya secara disiplin. 

Hal ini karena return investasi memiliki sistem bunga majemuk, sehingga semakin besar nilai investasi yang Anda masukkan, maka semakin besar pula potensi imbal hasil atau return yang akan Anda dapatkan. 

Kedisiplinan dalam investasi adalah suatu hal yang sangat penting. Dengan kedisiplinan, Anda bisa terhindar dari sifat fear of missing out atau takut ketinggalan, rakus dan pada akhirnya mendapatkan keuntungan maksimal. 

Berapa Lama Jangka Waktu Investasi Yang Ideal?

Investasi bukanlah judi yang dapat memberikan keuntungan besar dalam sekejap. Sebaliknya, investasi lebih serupa dengan bisnis yang memerlukan dedikasi dan periode waktu yang cukup panjang untuk memperoleh keuntungan optimal.

Durasi investasi yang diperlukan sangat ditentukan oleh tujuan investasi itu sendiri. Sebagai contoh, apabila Anda ingin untuk membeli sebuah rumah di pinggiran kota, tentunya Anda membutuhkan periode investasi yang relatif panjang mengingat harga rumah yang cenderung mahal dan terus mengalami kenaikan. Situasi ini jelas berbeda jika Anda berinvestasi dengan tujuan untuk mempersiapkan biaya liburan di tahun depan.

Tujuan investasi ini nantinya juga akan berpengaruh terhadap instrumen investasi yang bisa Anda pilih. Oleh karena itu, tentukan tujuan dan jangka waktu investasi anda terlebih dahulu lalu hitung berapa jumlah investasi yang perlu Anda keluarkan setiap bulannya di kalkulator compound interest, lalu putuskan instrumen investasi apa yang cocok untuk tujuan dan keuntungan investasi Anda. 

Hemat pangkal kaya. Sisihkan sebagian pendapatan Anda untuk investasi sedari dini untuk mendapatkan keuntungan maksimal di masa depan. 

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *