Lompat ke konten
Daftar Isi

Piramida Keuangan: Perencanaan Finansial Pribadi dan Keluarga

Piramida keuangan adalah

Dalam artikel berjudul “Apa itu Perencanaan Keuangan?”, kita memahami bahwasanya perencanaan keuangan adalah sarana untuk mendapatkan berbagai tujuan hidup dengan cara menyiapkan aspek finansialnya terlebih dahulu. Dalam perencanaan keuangan, kita tidak hanya diajarkan sekedar nabung pangkal kaya saja, tetapi juga diminta untuk menyeleksi kebutuhan dan keinginan berdasarkan skala prioritas. 

Terdapat berbagai konsep dalam menyusun skala prioritas ini, mulai dari menyusun kebutuhan berdasarkan strata primer, sekunder dan tersier, hingga menyusun perencanaan keuangan berdasarkan sebuah konsep piramida keuangan. Apa itu piramida keuangan, dan bagaimana cara menerapkannya? Simak ulasannya berikut ini:

Pengertian Piramida Keuangan

Piramida keuangan adalah visualisasi financial planning ke dalam gambar piramida. Piramida ini dapat terbagi setidaknya menjadi 3 tingkatan, yaitu keamanan kekayaan, akumulasi dan kenyamanan kekayaan, serta distribusi kekayaan.

Piramida keuangna mulai dari keamanan, akumulasi, dan distribusi.

Dalam hal ini, aspek keamanan kekayaan lebih penting untuk bertahan (survival needs) dibandingkan dengan akumulasi dan kenyamanan kekayaan serta distribusi kekayaan. Ini artinya, dua tingkatan yang terakhir dapat dipotong apabila sedang dalam keadaan mendesak, sementara tingkatan yang pertama harus sebisa mungkin dipertahankan. 

Tingkatan Piramida Keuangan

1. Keamanan kekayaan

Tingkatan pertama dari piramida keuangan adalah keamanan kekayaan. Dalam piramida, tingkatan ini terletak paling bawah, berukuran paling luas dan menjadi fondasi yang menyokong tingkatan-tingkatan lainnya. 

Dalam tingkatan ini, Anda harus memasukkan berbagai kebutuhan yang sekiranya penting untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mencegah hal-hal yang tak terduga (manajemen risiko). Seseorang dikatakan memiliki piramida keuangan yang baik apabila aspek pondasi ini terpenuhi. Termasuk ke dalam tingkatan ini adalah anggaran keuangan untuk:

  1. Kebutuhan sehari-hari. 
  2. Pembayaran utang dan tagihan kredit. 
  3. Dana darurat.
  4. Asuransi.
  5. Investasi dengan tingkat risiko rendah, seperti reksa dana pasar uang dan deposito.

Dimana anggaran untuk poin ke-3 dan 4 dapat dipotong, atau diambil apabila terjadi hal-hal yang mendesak, baik yang berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan dan papan, maupun untuk membayar tagihan kartu kredit. Dengan demikian, meskipun Anda sudah tidak memiliki dana darurat atau asuransi lagi, kebutuhan sehari-hari Anda masih dapat terpenuhi. 

2. Akumulasi dan kenyamanan kekayaan

Termasuk ke dalam tingkatan ini adalah anggaran untuk:

  1. Investasi, khususnya investasi dengan risiko menengah hingga tinggi, seperti obligasi dan saham.
  2. Life style, seperti makan di restoran atau jalan-jalan. 
  3. Simpanan untuk hari tua (dana pensiun). 

Anggaran-anggaran tersebut masuk ke dalam tingkatan kedua karena tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan, baik itu keuntungan moneter (dana pensiun dan investasi keuangan), maupun keuntungan ruhaniyah (kebutuhan lifestyle). Sebelum ada pemotongan pada anggaran tingkat pertama di atas, anggaran untuk tingkat kedua ini harus dipotong terlebih dahulu demi mendapatkan kondisi keuangan yang sehat. 

3. Distribusi kekayaan

Distribusi kekayaan (wealth distribution) adalah posisi keuangan dimana Anda siap untuk membagikan harta Anda kepada orang lain, baik itu dalam bentuk warisan maupun dalam bentuk hibah (zakat, infaq, sedekah, dan wakaf). 

Beberapa sumber menyebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang paling rajin berdonasi di seluruh dunia. Hal ini wajar saja, mengingat Islam, sebagai agama yang paling banyak dianut penduduk negara ini memang menganjurkan untuk berbagi. 

Namun demikian, perlu Anda ingat bahwasanya hukum berbagi dalam Agama Islam, kecuali zakat fitrah adalah sunnah (lebih baik dilakukan, tapi kalau tidak bisa maka tidak masalah). Hal ini berarti, tidak masalah jika dana untuk ISWAF Anda potong atau bahkan hilangkan sementara apabila keuangan Anda sedang dalam kondisi kritis. 

Keuntungan Menggunakan Piramida Keuangan

1. Skala prioritas jadi lebih jelas

Bagi sebagian orang, runutan kebutuhan primer, sekunder dan tersier adalah hal yang abstrak dan seringkali bercampur. Dengan adanya piramida keuangan yang lebih terperinci sebagaimana di atas, Anda jadi bisa lebih tahu kebutuhan apa yang harus benar-benar diprioritaskan dan keinginan apa yang bisa dihentikan sementara waktu. 

2. Financial pyramid sebagai ketercapaian perencanaan keuangan

Seringkali, tingkatan dalam piramida finansial tidak hanya dipahami sebagai tingkatan skala prioritas saja, melainkan juga tingkatan pencapaian keuangan. Artinya, orang yang menggunakan skema ini tidak akan berinvestasi sebelum memiliki asuransi dan dana darurat yang cukup atau tidak akan bersedekah kalau belum memiliki investasi. Dengan demikian, seseorang dapat menetapkan target keuangannya dengan lebih jelas dan realistis serta dapat mengukur tingkat ketercapaian keuangan tersebut dengan lebih baik. 

Cara Mengatur Perencanaan Finansial Berdasarkan Piramida Keuangan

1. Membuat pos-pos pengeluaran di atas

Dalam pembahasan di atas, terdapat setidaknya 9 pos pengeluaran yang harus Anda buat, 5 untuk piramida perencanaan keuangan tingkat pertama, 3 untuk tingkat kedua dan 1 untuk tingkat ketiga. Anda dapat membuatnya secara simultan (9 pos pengeluaran sekaligus), atau bertahap (5 yang awal dulu dipenuhi, baru selanjutnya). 

2. Porsi untuk tingkatan pertama lebih besar

Seperti gambarnya pada piramida, tingkatan pertama harus memiliki porsi anggaran yang lebih besar dibandingkan tingkatan kedua dan ketiga. Sebab, tingkatan pertama ini berkaitan langsung dengan kehidupan Anda sehari-hari, entah itu soal sandang, pangan, dan papan atau untuk memenuhi kebutuhan darurat (dana darurat dan asuransi). 

Dana darurat adalah anggaran yang dialokasikan untuk kebutuhan darurat, seperti membeli obat ketika mendadak masuk rumah sakit dan lain sebagainya. Alokasi dana darurat ini bervariasi tergantung dengan Anda sudah berkeluarga atau belum. Ketika Anda sudah berkeluarga, tentu Anda harus menyiapkan dana darurat dengan nominal yang lebih besar, karena harus mengurus pasangan dan anak Anda. 

3. Porsi tingkatan kedua lebih besar dibandingkan tingkatan ketiga

Hal ini penting sebab:

  1. Keuntungan investasi umumnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan, seperti rumah, sekolah anak dan lain sebagainya.
  2. Berkaitan dengan keperluan Anda saat pensiun nanti. Ketika sudah berusia 60 atau 65 tahun (tergantung pekerjaan), manusia umumnya berhenti melakukan pekerjaan formal, seperti menjadi karyawan atau wirausahawan. Selain harus tetap memenuhi kebutuhan Anda sendiri, tidak menutup kemungkinan tingkat kesehatan Anda akan menurun. Padahal, bisa jadi kondisi keuangan anak-anak Anda juga sedang pas-pasan atau bahkan sedang buruk, sehingga tidak bisa diandalkan. Oleh sebab itu, penting bagi Anda untuk mempersiapkan dana pensiun sedari dini. 

Memang, praktek sedekah sangat dianjurkan dalam semua agama, termasuk agama Islam. Namun demikian, Islam sendiri hanya mewajibkan zakat sebanyak 2,5% dari total pendapatan tahunan Anda apabila total pendapatan tahunan tersebut setara dengan 85 gram emas. Bahkan, zakat fitrah juga tidak wajib dibayar oleh orang-orang dengan kondisi ekonomi tertentu.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *