Lompat ke konten
Daftar Isi

Rasio Solvabilitas: Pengertian, Rumus dan Cara Menghitung

Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas bisa digunakan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan sebuah perusahaan serta mengukur kemampuannya melunasi utang. Rasio ini bisa digunakan oleh investor maupun entitas yang ingin melakukan kegiatan finansial dengan sebuah perusahaan.

Pengertian Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas (solvency ratio) adalah rasio yang digunakan untuk menentukan kapabilitas suatu perusahaan dalam pembayaran utang dan liabilitas. Analisis solvabilitas dapat dilihat dari pemanfaatan jaminan modal atau aktiva (aset apa saja), baik jangka panjang maupun jangka pendek.

Jenis-Jenis Rasio Solvabilitas

Berikut beberapa jenis rasio solvabilitas beserta rumusnya:

1. Debt Ratio

Debt ratio adalah rasio solvabilitas yang digunakan dalam membuat penilaian mengenai kapasitas perusahaan berdasarkan besaran utang agar bisa membiayai aset. Dengan menggunakan rasio tersebut, maka total semua aset dengan uang akan diperbandingkan.

Debt ratio juga bisa mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan kredit baru dengan agunan berupa aktiva tetap demi menambah modal. Apabila besaran debt ratio makin besar maka jaminan dari kreditur dalam jangka panjang juga makin terjamin. Jika kreditur jangka panjang terjamin, maka solvabilitas sebuah perusahaan dapat dikatakan baik.

Namun kebanyakan para kreditur lebih suka memilih perusahaan yang mempunyai rasio utang kecil sebab mengindikasikan jika performa keuangan perusahaan aman sehingga tak akan mengalami kebangkrutan.

Rumus debt ratio adalah Debt Ratio = (Total Utang) / (Total Aset).

Contoh Perhitungan Debt Ratio

Perusahaan A sedang mempertimbangkan menambah ruangan di sebelah belakang gedung dengan tujuan bisa digunakan menyimpan stok lebih banyak. Perusahaan pun bertanya ke bagian akuntan mengenai kemungkinan membuat utang baru.

Pihak bank kemudian meminta informasi saldo perusahaan dengan tujuan untuk mengevaluasi tingkat utang secara keseluruhan. Pihak bank menemukan bahwa perusahaan A memiliki total aset senilai Rp1.000.000.000 dan total kewajiban sebesar Rp250.000.000.

Rasio utang atau Debt Ratio perusahaan A dapat dihitung sebagai berikut:

Debt Ratio = Rp250.000.000 / Rp1.000.000.000 = 0,25

Dari hasil perhitungan tersebut, Rasio Utang (Debt Ratio) perusahaan A adalah 0,25 atau 25%.

Sebagaimana dilihat dari hasil perhitungan, perusahaan A cuma punya Debt Ratio 0,25 yang artinya mempunyai aset 4 kali lebih besar dibanding kewajibannya. Itu termasuk rasio yang cukup kecil karena masih di bawah 50%, mengindikasikan perusahaan A akan bisa melunasi kembali utangnya.

Perusahaan A semestinya tak menemui persoalan solvabilitas dan mudah memperoleh persetujuan atas utang kepada bank yang diajukannya.

2. Debt-to-Equity Ratio (DER)

Debt-to-Equity Ratio adalah perbandingan utang dengan ekuitas (kepemilikan berupa nilai uang). DER lazimnya diaplikasikan guna membuat perbandingan dari ekuitas dengan liabilitas (penghambat). Berarti pinjaman jangan melebihi modal yang akan membuat kewajiban yang ditanggung perusahaan juga tak akan bertambah.

Makin rendah nilai DER artinya performa perusahaan punya solvabilitas yang baik sebab modal untuk menjamin utang nilainya cukup besar.

Rumus Rasio Solvabilitas DER

Rumus dari rasio solvabilitas ini adalah Debt to Equity Ratio = Total Utang / Ekuitas.

Ambil contoh perusahaan Ramayana pada tahun 2022 dengan total utang (liabilitas) sebesar 1.480.893 dan ekuitas perusahaan yang mencapai 4.168.930. Untuk menghitung Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Ramayana, kita perlu menggunakan rumus berikut:

Debt to Equity Ratio (DER) = (Total Utang (Liabilitas) / Ekuitas) x 100%

Mengaplikasikan rumus tersebut pada data perusahaan Ramayana:

DER = (1.480.893 / 4.168.930) x 100%

DER = 0,36 x 100%

DER = 36%

Dari hasil perhitungan di atas, Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) Ramayana pada tahun 2022 adalah 36%.

Patokannya: jika angka DER kurang dari atau setara 1 itu artinya kondisi perusahaan sehat. Sementara di atas 100% termasuk kelompok lampu kuning dan jika melebihi 200% itu artinya risiko tinggi. Angka DER yang tinggi menunjukkan solvabilitas yang buruk.

3. Times Interest-Earned Ratio (TIE)

Times Interest-Earned Ratio adalah ukuran untuk menilai kapabilitas perusahaan dalam membayar kewajiban bunga di masa mendatang. Rasio solvabilitas ini dikenal pula sebagai interest coverage ratio.

Perbandingan tersebut membandingkan laba (keuntungan) sebelum pajak dan bunga dengan biaya bunga. Makin besar nilai rasionya itu artinya kekuatan perusahaan bisa membayar bunga atas utang makin tinggi.

Jika besaran times interest-earned makin kecil itu artinya kapasitas perusahaan untuk melunasi utangnya makin terbatas. Aspek ini bisa digunakan sebagai acuan untuk pihak pemberi utang saat akan memberikan utang tambahan.

Rumus dan Contoh Perhitungan

Rumus Times Interest-Earned Ratio adalah TIE = laba sebelum pembayaran pajak dan bunga / beban bunga x 100%

Misalnya, perusahaan A memiliki laba sebelum pajak dan bunga Rp. 250.000.000 dengan beban bunga Rp. 50.000.000. Berapa laba sebelum pajak dan bunga dari perusahaan A?

Times Interest Earned Ratio = Rp. 250.000.000 / Rp. 50.000.000 =  5 kali

Dari hasil perhitungan tadi, Times Interest Earned Ratio Perusahaan A itu yaitu 5 kali. Itu artinya pendapatan atau laba operasi perusahaan A 5 kali lebih besar dibanding biaya beban bunga tahunan. Artinya, perusahaan A ini memiliki kemampuan membayar biaya bunga tambahan. Bisnis perusahaan A tak begitu berisiko sehingga pihak perbankan semestinya bisa memberikan utang.

Rasio tersebut membuktikan berapa kali perusahaan bisa mengeluarkan pembayaran beban bunga menggunakan laba sebelum dikurangi pajak. Sehingga cukup gamblang jika makin tinggi rasio Times interest-earned ratio maka makin bagus dan menguntungkan.

Interpretasi Nilai

Jika rasio TIE yang dimiliki 5 kali misalnya, artinya penghasilan atau laba operasi perusahaan dapat digunakan untuk membayar total beban bunga sampai 5 kali lipat atau bisa pula dianggap bila pendapatan perusahaan 5 kali lebih besar dibanding biaya beban Bunga di tahun berjalan.

Kebanyakan kalangan kreditor lebih memilih perusahaan yang mempunyai TIE tinggi sebab mengindikasikan jika perusahaan punya solvabilitas bagus sehingga sanggup melunasi  beban bunga ketika jatuh tempo. Hati-hati jika nilainya kurang dari 1, karena perusahaan dengan Times Interest Earned Ratio tinggi punya risiko kredit lebih kecil daripada perusahan yang nilainya kecil.

Mengapa Rasio Solvabilitas Penting

Ada beberapa manfaat dari pengaplikasian rasio solvabilitas, di antaranya adalah:

  • Menggambarkan status dan performa perusahaan yang bisa dilihat kreditur atau pemberi utang. Rasio solvabilitas yang tinggi dari perusahaan maka makin besar peluangnya diloloskan pihak kreditur atau bank dalam mendapatkan pinjaman baru atau pinjaman tambahan.
  • Mengevaluasi kesanggupan suatu perusahaan untuk membayar semua kewajibannya termasuk bunga.
  • Menghitung proporsi dari jumlah aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dari modal yang dimiliki.
  • Memberikan penilaian terhadap perusahaan sesuai dengan aktiva yang dibiayai utang.
  • Memberikan penilaian tingkat pengaruh utang dari manajemen aset ataupun aktiva perusahaan.
  • Memberikan penilaian nilai dana utang perusahaan ketika ditagih atau sudah jatuh tempo terhadap modal yang dipunyai.
  • Mengetahui nilai jaminan utang untuk jangka panjang terhadap modal sendiri. Dapat diketahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan dari nilai rasio solvabilitas yang didapatkan.

Di samping rasio solvabilitas, suatu perusahaan pun mesti dievaluasi menurut rasio likuiditas yang dimiliki. Rasio likuiditas akan memberikan gambaran kesanggupan sebuah perusahaan untuk melunasi kewajiban utangnya dalam jangka pendek.

Analisis solvibilitas pun sering dikombinasikan dengan current ratio dan growth ratio.

Makin kecil nilai persentase solvabilitas itu artinya perusahaan itu makin berisiko bangkrut. Sebaliknya, bila angka solvabilitas besar sedangkan angka likuiditasnya cukup kecil maka perusahaan juga tetap berpotensi menderita kebangkrutan.

Oleh karena itu bisa disimpulkan jika perusahaan yang mempunyai nilai rasio solvabilitas besar belum dapat dipastikan lancar ketika membayar utang jangka pendek, begitu juga sebaliknya. Jadi, penting untuk para investor saham mengetahui dan memahami cara menghitung rasio solvabilitas dari emiten sehingga dapat memilih perusahaan dengan fundamental kuat dan tidak berisiko bangkrut.

Melvern Pradana

Melvern Pradana

Melvern Pradana adalah seorang investor yang aktif menanam modal di pasar saham, cryptocurrency, P2P lending, dan reksa dana. Idolanya adalah Warren Buffett dan Peter Thiel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *