Lompat ke konten
Daftar Isi

Residual Income: Pengertian, Rumus & Cara Menghitungnya

residual income

Ketika melakukan investasi, investor baik itu investor retail maupun institusi perlu melakukan evaluasi dari hasil investasi tersebut. Apabila imbal hasil dari investasi tersebut lebih dari yang ditargetkan, tentunya investor bisa melanjutkan kegiatan investasinya pada instrumen tersebut. Begitu pula sebaliknya.

Salah satu metode yang dapat Anda gunakan untuk mengevaluasi hasil investasi tersebut adalah dengan menghitung residual income. Pahami apa itu residual income dengan membaca artikel ini. 

Pengertian Residual Income

Secara garis besar, laba residu atau residual income adalah pendapatan setelah dikurangi dengan berbagai beban. Namun, pengertian istilah ini bisa berbeda-beda tergantung dengan konteks yang diinginkan. 

Keuangan pribadi. Dalam keuangan pribadi, laba residu adalah jumlah pendapatan seseorang setelah dikurangi dengan semua biaya yang harus ditanggung oleh orang tersebut. Dalam keuangan pribadi, istilah ini seringkali juga disebut dengan pendapatan disposable atau disposable income atau discretionary income

Keuangan perusahaan. Residual income dalam keuangan perusahaan dapat diartikan sebagai total laba operasional perusahaan setelah dikurangi dengan semua biaya modal  (cost of capital) yang dibutuhkan untuk mendapatkan laba operasional tersebut. Selain itu, istilah ini juga bisa dipahami sebagai hasil pengurangan antara rasio imbal hasil (return) yang diperoleh perusahaan dari sebuah investasi dengan rasio imbal hasil (return) yang diinginkan oleh perusahaan tersebut. 

Misalnya, pada sebuah proyek perusahaan menargetkan return 7% dalam satu tahun. Ternyata dalam tahun tersebut, proyek tersebut menghasilkan imbal hasil 8%. Maka 1% yang didapat dari hasil pengurangan 8% dan 7% tersebut disebut sebagai laba residu. 

Penilaian saham. Dalam penilaian saham, residual income dapat diartikan sebagai nilai laba perusahaan setelah dikurangi oleh equity charge. Sederhananya, equity charge disini adalah persentase return yang seharusnya diberikan oleh perusahaan kepada pemilik modal perusahaan tersebut. 

Nilai equity charge bisa diperoleh dari hasil kali antara persentase nilai return yang dijanjikan oleh perusahaan untuk setiap ekuitas atau saham perusahaan tersebut dengan total ekuitasnya. Dalam hal ini, nilai equity charge bisa lebih besar dibandingkan dengan laba perusahaan sehingga nilai laba residu bisa negatif. 

Cara Menghitung Residual Income

Adapun rumus menghitung residual income untuk penilaian saham adalah:

Residual Income = Laba bersih – Equity Charge

Adapun langkah-langkah menilai indikator ini adalah:

  1. Hitung laba bersih atau net income perusahaan. Anda juga bisa mendapatkannya di laporan laba rugi. 
  2. Hitung cost of capital. Dalam hal ini, Anda bisa menggunakan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) atau metode lainnya. 
  3. Hitung nilai ekuitas perusahaan. Anda juga bisa mendapatkannya di laporan neraca (balance sheet) perusahaan. Perlu diingat juga bahwasanya total aset sama dengan total likuiditas ditambah total ekuitas.
  4. Hitung equity charge dengan mengalikan persentase yang Anda peroleh di langkah nomor 2 dengan nilai ekuitas perusahaan (langkah nomor 4). 
  5. Hitung residual income

Contoh Residual Income

Contoh 1

Sebuah production house (PH) menggelontorkan dana sebesar Rp12.000.000.000 (dua belas miliar rupiah) untuk modal produksi sebuah film. Production house tersebut menargetkan return sebesar 10% dari nilai investasinya. Film tersebut disaksikan oleh lebih dari 10.000.000 penonton di bioskop. Jika laba untuk PH tersebut per penonton adalah Rp30.000, berapakah nilai residual income-nya?

  1. Net Income = 30.000 x 10.000.000 = Rp300.000.000.000 (tiga ratus miliar rupiah). 
  2. Cost of capital. Karena PH tersebut sudah menentukan target imbal hasil, maka cost of capital di sini sama dengan imbal hasil yang ditargetkan PH tersebut, yaitu 10% dari total modal yang dikeluarkan. 
  3. Nilai ekuitas = Rp12.000.000.000 (dua belas miliar rupiah). 
  4. Equity charge = 10% x 12.000.000.000 =1,200.000.000 ( satu miliar dua ratus juta rupiah).
  5. Residual income = 300.000.000.000 – 1,200.000.000 = Rp298.800.000.000.

Contoh 2

Sebuah rumah kost di Yogyakarta di bangun dengan menggunakan modal pribadi Ibu Yanti dan pinjaman bank. Ibu Yanti menggelontorkan dana sebesar Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah), sementara bank menggelontorkan dana Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Ibu Yanti mengharapkan imbal hasil tahunan sebesar 8%, sementara bank mengharapkan bunga sebesar 12% per tahun. Jika pendapatan tahunan kost tersebut adalah Rp192.000.000 dan total biaya operasionalnya adalah Rp48.000.000, maka berapakah nilai laba residunya?

  1. Laba bersih atau net income = Rp192.000.000 – (Rp48.000.000 + (12% * 500.000.000 sebagai beban bunga) = Rp84.000.000. 
  2. Cost of capital = 8%. 
  3. Nilai ekuitas = Rp1.000.000.000. 
  4. Equity charge = 8% * Rp1.000.000.000 = Rp80.000.000. 
  5. Residual income = Rp84.000.000 – Rp80.000.000 = Rp4.000.000. 

Manfaat Mengetahui Residual Income

  1. Mengetahui kredibilitas debitur. Baik dalam keuangan pribadi maupun keuangan perusahaan, laba residu dapat digunakan oleh bank untuk mengetahui kredibilitas peminjam tersebut dalam mengelola keuangan. 
  2. Mengevaluasi kinerja bisnis. Apabila dilihat dari contoh di atas, bisnis kost Bu Yanti tampak menguntungkan. Namun ternyata setelah mempertimbangkan return yang diinginkan olehnya, kinerja bisnis tersebut ternyata hanya sedikit melebihi ekspektasi. 
  3. Mengevaluasi kinerja divisi perusahaan, khususnya divisi sales dan marketing. Misalnya, Anda telah menggelontorkan sekian puluh juta rupiah untuk biaya pemasaran dan ingin nilai penjualan produk tersebut 10% di atas total biaya pemasaran. Jika setelah dikurangi 10% tersebut nilai laba residu negatif, maka itu artinya ekspektasi perusahaan terhadap tim pemasaran dan sales sebaiknya dikurangi. 

Perbedaan Residual Income dan Return on Investment dan Passive Income

Residual income berbeda dengan return on investment (ROI) dan passive income. Return on investment adalah tingkat imbal hasil yang diperoleh individu atau perusahaan atas investasi yang mereka lakukan secara umum. 

Dalam penghitungan matriks ini, keuntungan investasi hanya dibagi dengan modal investasi secara umum untuk mendapatkan persentase. Ini artinya tidak ada rincian lebih lanjut mengenai berapa return yang harus dibayarkan kepada investor atau bunga yang harus dibayarkan kepada pemberi pinjaman. 

Di sisi lain, residual income bisa jadi dihasilkan dari pendapatan pasif, namun tidak semua pendapatan pasif merupakan laba residu. Passive income adalah pendapatan yang diperoleh seseorang atau sebuah perusahaan dengan tanpa mengeluarkan keringat sedikitpun. Sebab, total dari pendapatan pasif seseorang atau sebuah perusahaan akan masuk sebagai penambah pendapatan umum sebelum dikurangi biaya. 

Misalnya, A mendapatkan gaji sebesar Rp60.000.000 per tahun dari pekerjaannya sebagai karyawan di sebuah kantor. Di sisi lain, A juga menyewakan apartemennya yang kosong kepada turis via Airbnb. Dari apartemen tersebut, tahun ini A mendapatkan penghasilan sebesar Rp10.000.000. Rp10.000.000 ini adalah pendapatan pasif A. Adapun residual income yang dimiliki A adalah Rp60.000.000 ditambah Rp10.000.000 dikurangi dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh A pada tahun tersebut.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *