Cryptocurrency merupakan instrumen investasi yang menjanjikan return yang tinggi namun memiliki risiko yang tinggi pula.
Lantas, apa saja risiko investasi pada aset yang satu ini? Berikut ini diantaranya:
1. Risiko Pasar
Risiko pasar adalah jenis risiko yang timbul dari tarik menarik antara permintaan dan penawaran sebuah aset. Risiko ini tercermin dari naik turunnya harga aset di aplikasi investasi.
Dalam kasus cryptocurrency, kenaikan dan penurunan harga aset ini bisa lebih tajam dibandingkan dengan saham. Tentu Anda masih ingat bagaimana harga koin TerraLuna anjlok hingga 98% dari ratusan USD per unit ke kurang dari 1 USD hanya dalam waktu 1 minggu? Luna dan Terra bukan satu-satunya aset crypto yang naik cepat dan turun cepat pula. Masih banyak aset crypto yang pernah mengalami hal serupa.
Kelemahan cryptocurrency adalah pasar aset ini tidak memiliki mekanisme auto reject dan suspensi sebagaimana pasar saham. Sebab sirkulasi aset crypto tidak dikontrol oleh 1 lembaga khusus sebagaimana Bursa Efek Indonesia mengelola sirkulasi saham.
Belum lagi saat ini ada isu bitcoin halving. Bitcoin halving adalah istilah untuk pemotongan keuntungan mining cryptocurrency tersebut. Pemotongan reward ini bisa berdampak pada penurunan supply bitcoin di pasar dan penurunan minat trader untuk memperjualbelikan aset tersebut.
2. Risiko Default
Risiko kedua dalam investasi cryptocurrency berkaitan dengan aspek fundamentalnya. Aset crypto, baik berupa koin atau token, umumnya dirilis untuk mengumpulkan dana yang bertujuan untuk memfasilitasi proyek tertentu. Proyek-proyek ini masih relevan dengan perkembangan teknologi blockchain, misalnya pembuatan game, aplikasi baru, dan sebagainya. Detail tentang proyek tersebut biasanya tersedia dalam dokumen white paper dari aset crypto tersebut.
Risiko default ini timbul apabila proyek yang dibangun gagal, fiktif, developer-nya kurang memadai, tidak memiliki integritas dan lain sebagainya yang bisa berakibat pada delistingnya sebuah coin dari bursa dan bangkrutnya investor. Sayangnya, banyak orang berinvestasi crypto hanya dengan modal kepercayaan saja dan menafikan aspek-aspek tersebut. Akibatnya, ketika harga turun mereka langsung jual.
3. Risiko Keamanan Digital
Saat investasi cryptocurrency, Anda akan menggunakan 3 teknologi yaitu teknologi mining (jika Anda ingin mining tentunya), crypto wallet, dan crypto exchange. Blockchain yang harus digali saat proses mining bisa jadi memang relatif aman dari cyber attack, tapi bagaimana dengan crypto wallet, dan crypto exchange?
Dua aplikasi tersebut masih memiliki kemungkinan terkena hack. Bahkan sudah banyak berita mengenai aplikasi crypto exchange yang kehilangan jutaan dana investasi akibat sistemnya diretas. Selain peretasan, dua aplikasi tadi juga masih rawan kehilangan data, entah itu karena seed key Anda hilang, gadget rusak atau masalah lainnya. Salah satu kelemahan cryptocurrency dan instrumen investasi lainnya tidak adanya jaminan uang kembali sebagaimana investasi deposito.
4. Risiko Penipuan
Seiring meningkatnya popularitas aset crypto di Indonesia, meningkat pula jumlah tindak pidana kriminal yang terkait dengan investasi ini. Modusnya bermacam-macam, mulai dari mengaku dari aplikasi trading crypto sampai menyediakan jasa titip dana investasi.
Untuk menghindari risiko ini, Anda perlu ingat 3 hal, yaitu:
- Penyedia layanan jual beli cryptocurrency wajib terdaftar di BAPPEBTI (bukan OJK).
- Tidak ada investasi yang menyediakan keuntungan tinggi dengan tanpa risiko yang tinggi pula. Keuntungan tinggi tidak bisa diperoleh secara instan.
- Sejauh ini aplikasi crypto exchange di Indonesia didesain untuk investasi jangka panjang (bukan trading jangka pendek).
Banyak juga aplikasi trading yang berasal dari luar negeri mencoba mencari peruntungan di Indonesia. Kalau Anda ingin menggunakan jasa aplikasi luar negeri ini, pastikan dulu kredibilitasnya dan legalitasnya. Sebab, kalau uang Anda hilang, polisi Indonesia dan BAPPEBTI tidak akan bisa membantu banyak.
5. Risiko Likuiditas
Risiko lain yang bisa mengancam investor crypto adalah risiko likuiditas. Sederhananya, likuiditas ini menggambarkan seberapa cepat proses jual beli crypto. Semakin cepat sebuah aset crypto terjual, maka semakin bagus pula tingkat likuiditasnya.
Biasanya, cryptocurrency dengan tingkat likuiditas bagus adalah coin yang terkenal, seperti BTC, ETH dan lain sebagainya. Sebaliknya, exotic coin cenderung kurang likuid. Likuiditas aset ini juga berkaitan dengan volatilitas harganya. Aset dengan likuiditas bagus biasanya tidak naik atau turun tajam secara tiba-tiba, begitupun sebaliknya.
Tidak hanya likuiditasnya di pasar sekunder, likuiditas crypto, khususnya bitcoin juga terancam akibat pembatasan supply bitcoin oleh developer aset ini. Selain itu, likuiditas aset crypto juga bisa berubah apabila ada satu negara (khususnya negara maju) yang memperbolehkan atau membatasi penggunaan aset ini sebagai nilai tukar.
6. Risiko Ekonomi
Meski investasi pada aset crypto tidak diatur oleh otoritas resmi dari negara manapun di seluruh dunia, tetap ada risiko terkait perubahan kondisi ekonomi global. Terutama, perubahan dalam landasan sosial ekonomi yang diinisiasi oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat, China, Inggris, dan lainnya dapat berdampak signifikan terhadap nilai aset crypto.
Katakanlah misalnya, Amerika Serikat menutup penggunaan bitcoin sebagai alat tukar untuk mengurangi potensi inflasi. Maka, cepat atau lambat banyak investor yang akan menjual bitcoin dan menukarnya dengan dolar. Akibatnya, harga mata uang crypto tersebut akan anjlok. Hal sebaliknya bisa saja terjadi apabila negara-negara maju lainnya menjadikan cryptocurrency sebagai alat tukar resmi.
7. Force Majeure
Force majeure adalah kegagalan kontrak karena pihak pertama gagal memenuhi kewajibannya kepada pihak kedua akibat hal-hal luar biasa terjadi pada pihak pertama. Contoh force majeure adalah bencana alam.
Mengapa force majeure bisa menjadi risiko investasi crypto? Sederhananya seperti ini, Anda berinvestasi cryptocurrency, lalu ada gempa dahsyat yang memutus koneksi handphone Anda dengan internet. Aset Anda bisa jadi masih ada karena datanya disimpan di cloud, namun tidak menutup kemungkinan harga aset tersebut akan menurun cukup tajam dengan tanpa Anda ketahui selama Anda masih dalam masa pemulihan.
Hal ini juga bisa terjadi apabila Anda memutuskan untuk mining crypto menggunakan jasa hosting miner. Tidak menutup kemungkinan fasilitas dari perusahaan hosting miner tersebut kebakaran, atau terkena bencana alam, sehingga proses mining tidak bisa dilanjutkan selama beberapa waktu. Tentu hal seperti ini akan merugikan investor bukan?
Nah, itu tadi beberapa risiko investasi dan dan kelemahan cryptocurrency. Instrumen yang satu ini bisa jadi menawarkan tingkat keuntungan yang besar, akan tetapi Anda juga perlu ingat kalau keuntungan besar datang dengan risiko besar juga. Selamat mencoba.