Akhir-akhir ini saat terjadi volatilitas harga saham di bursa, saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbukti perkasa. Fakta tersebut tergambarkan dari performa IDX BUMN20 sebagai juara indeks berkinerja terbaik.
Saham-saham BUMN bergabung ke daalam 2 indeks, yaitu IDX BUMN 20 dan IDX MES-BUMN. Keduanya mencakum saham-saham dari perusahaan pelat merah yang memiliki nilai kapitalisasi pasar besar dan likuiditas tinggi. Hanya saja bedanya adalah, indeks yang pertama diisi oleh 20 saham, sementara indeks kedua diisi 17 saham dan bekerjasama dengan Masyarakat Ekonomi Syariah.
Berikut 7 saham BUMN terbaik di 2023 menurut hasil evaluasi indeks IDX BUMN 20 terbaru:
1. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
Masyarakat Indonesia tentu sudah akrab dengan bank yang satu ini. Maklum, cabang Bank BRI bahkan sudah ada hingga level kecamatan. Kalau pun tidak ada cabang, saat ini sudah banyak masyarakat yang bermitra dengan bank ini dengan membuka BRILINK.
Meskipun BRI umumnya fokus pada pembiayaan mikro, namun bisnis perusahaan yang satu ini mulai bervariasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2019 misalnya, bank yang sudah ada sejak abad ke-19 ini mengakuisisi Danareksa Sekuritas untuk membuka layanan investasi, lalu perusahaan ini juga bekerja sama dengan PNM dan Pegadaian untuk membentuk holding ultra mikro (UMi) dan yang terbaru diberitakan kalau BRI mengakuisisi Pegadaian.
Dari sisi keuangan, BRI merupakan salah satu bank dengan jumlah aset tertinggi di Indonesia dengan total aset di atas 1.800 triliun rupiah. Pendapatan dan laba perusahaan ini tercatat juga mengalami peningkatan secara YoY pada triwulan pertama tahun ini. Pendapatan BBRI naik dari 35 triliun menjadi 39 triliun rupiah, sementara labanya naik dari 9,7 triliun menjadi 16 triliun rupiah.
2. Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
Dibandingkan dengan dua Bank BUMN lain, Bank Mandiri adalah perusahaan yang paling muda. Bank satu ini merupakan hasil merger 5 bank yang terdampak krisis moneter tahun 1998. Namun demikian, kinerja bank ini terbilang bagus.
Sampai triwulan 1 tahun 2023 saja, bank dengan lambang berwarna biru ini berhasil mencatatkan total aset senilai 1,908 triliun rupiah dengan kenaikan pendapatan dan laba masing-masing 21,5% dan 27%. Pendapatan perusahaan ini naik dari 22 triliun rupiah menjadi 26 triliun rupiah, sementara labanya naik dari 8 triliun menjadi 11 triliun rupiah pada Maret 2023 ini saja.
Dengan kenaikan pendapatan dan laba ini, maka tidak heran jika harga saham perusahaan ini terus naik sampai akhirnya tembus angka Rp10.000 per lembar pada Bulan April 2023 ini. Untuk menjaga likuditas saham di pasar modal, akhirnya pada April lalu perusahaan ini menerapkan kebijakan stock split atau pemecahan saham dengan rasio 1:2.
3. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
Masih dari sektor keuangan, saham BUMN terbaik ketiga menurut indeks IDX BUMN 20 adalah Bank BNI. Memang, menurut analis dari Bahana Sekuritas, saham sektor perbankan memiliki potensi cerah mengingat saham sektor ini cenderung tumbuh ketika kondisi perekonomian sedang membaik. Belum lagi fakta bahwa tahun 2024 adalah tahun pemilu yang bisa mendorong tingkat konsumsi.
Bank BNI sendiri secara konsisten terus melakukan inovasi di tengah perkembangan perbankan digital. Selain berencana akan terus menambah jumlah ATM setor tarik, bank yang satu ini di bawah anak perusahaannya, yaitu BNI Sekuritas juga menargetkan penambahan investor ritel hingga 200.000 nasabah pada tahun 2023 ini. Salah satu strategi yang mereka gunakan adalah mengintegrasikan aplikasi BIONS (aplikasi investasi saham milik BNI Sekuritas) dengan aplikasi BNI Mobile Banking.
4. Telkom Indonesia (TLKM)
Telkom Indonesia mencatatkan sedikit kenaikan pendapatan pada triwulan pertama tahun 2023 ini. Tercatat, perusahaan ini membukukan pendapatan hingga 36,09 triliun rupiah atau naik sekitar 700 miliar apabila dibandingkan dengan pendapatan pada bulan Maret tahun sebelumnya. Beberapa komponen beban perusahaan juga mengalami peningkatan, namun dengan kualitas manajemen yang baik, perusahaan ini berhasil mencatatkan laba hingga 8,4 triliun atau lebih tinggi 600 miliar dibandingkan laba pada Bulan Maret tahun 2022.
TLKM sudah menjadi perusahaan telekomunikasi paling bagus dalam beberapa dekade belakangan. Tidak ada brand yang bisa menyamainya dalam sektor telekomunikasi. Tidak hanya itu, perusahaan ini juga digadang-gadang menjadi salah satu perusahaan telekomunikasi tertua di dunia karena didirikan pada tahun 1856, ketika Indonesia masih bernama Hindia Belanda.
Tidak hanya fokus pada bisnis telekomunikasi dan penyediaan infrastruktur Telekomunikasi, Telkom beberapa tahun ini juga mengembangkan bisnis paylater. Pertama, pengguna aplikasi MyTelkomsel bisa mengajukan paylater untuk pembelian produk-produk digital tertentu, kedua Telkom mengembangkan Telkom Klob, sebuah platform agregator pinjaman online yang memungkinkan pengguna untuk memilih pinjaman online sesuai dengan kebutuhan.
5. Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR)
Perusahaan pelat merah terbaik selanjutnya adalah produsen semen, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Perusahaan yang bermarkas di Gresik, Jawa Timur ini sepanjang triwulan 1 tahun 2023 menunjukkan kinerja yang stabil. Laba perusahaan ini memang menurun dari 632 miliar pada Maret 2022 menjadi 505 miliar rupiah pada Maret 2023. Namun demikian, pendapatannya meningkat dari 8,5 triliun menjadi 8,9 triliun rupiah, sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan laba ini lebih disebabkan karena pembengkakan pada komponen biaya, alih-alih pada faktor kinerja.
Meskipun fokus bisnis utamanya tetap semen, namun perusahaan ini juga memproduksi bahan bangunan lainnya, seperti precast, mortar, beton dan bahkan perusahaan ini kini juga membuka jasa konstruksi. Lini bisnis yang lengkap ini dipadukan dengan citra bagus sejak pendiriannya, membuat saham SMGR patut untuk dipertimbangkan untuk dibeli.
6. Perusahaan Gas Negara (PGAS)
Perusahaan Gas Negara atau yang juga dikenal dengan Pertamina Gas Negara adalah perusahaan BUMN yang bergerak di bidang distribusi dan transportasi gas alam di Indonesia. Didirikan pada tahun 1859 oleh sebuah perusahaan asal Belanda bernama L.J.N Eindhoven & Co, perusahaan ini dinasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1945. Sempat dijadikan satu dengan PLN, PGAS kemudian secara resmi menjadi perusahaan terpisah pada tahun 1965.
Tahun 2022 tercatat sebagai tahun yang cukup baik bagi PGAS. Pendapatan tahunan perusahaan ini naik dari 3 miliar dolar menjadi 3,5 miliar dolar. Meskipun bukan angka pendapatan tertinggi dalam 5 tahun terakhir, namun laba perusahaan ini tercatat merupakan laba tertinggi dengan angka 389 juta dolar atau sekitar 50 juta lebih besar dibandingkan dengan laba perusahaan pada tahun 2018 (sebelum pandemi).
Lalu, apakah kesuksesan ini akan berlanjut pada tahun 2023? Pendapatan perusahaan ini memang mengalami kenaikan dari 836 juta USD menjadi 933 juta USD. Namun, labanya berkurang dari 139,7 juta USD menjadi 118 juta USD. Meskipun demikian, dalam konferensi pers yang diselenggarakan oleh perusahaan ini pasca RUPS pada Bulan Mei lalu, perusahaan percaya bahwa kinerja tahun ini akan meningkat sehingga laba yang dapat diatribusikan kepada investor juga bisa meningkat (Liputan 6).
PGAS kini berkonsentrasi untuk pembangunan infrastruktur dalam jangka panjang. Langkah tersebut sesuai permintaan dari bisnis liquefied natural gas (LNG) yang dianggap prospektif 20 tahun mendatang. Statusnya yang mentereng membuat PGAS menjadi salah satu saham energi top di Indonesia.
7. Bukit Asam Tbk (PTBA)
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya sepanjang tahun 2021, industri tambang dan energi adalah primadona. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan pendapatan dan laba PT Bukit Asam Tbk (PTBA) secara yoy pada September tahun 2022 lalu. Ketika itu, pendapatan perusahaan ini naik dari dari 19 triliun menjadi 31 triliun lebih, sementara labanya naik dari 4,8 triliun menjadi 10 triliun lebih.
Terlepas dari trend positif tahun lalu, beberapa ahli memperkirakan trend kenaikan harga komoditas tidak akan berlanjut tahun ini. Namun demikian, PTBA tetap bertekad untuk meningkatkan produksinya hingga 40 juta ton tahun ini dengan bekerjasama dengan perusahaan tambang lainnya, PT RMK Energy Tbk (RMKE) dan PT KAI untuk mengatasi masalah distribusi.
8. Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Sebagian besar masyarakat Indonesia tentunya mengenal perusahaan yang satu ini sebagai produsen emas utama di negeri ini. Memang, kurang lebih emas Antam menguasai 90% pasar emas batangan di Indonesia. Meskipun demikian, Antam tidak hanya menambang emas, tetapi juga sumber daya alam lainnya, seperti peral, batubara, bauksit dan nikel.
Perusahaan ini lahor pada tahun 1968 hasil dari meger beberapa perusahaan milik negara, termasuk perusahaan tambang emas Tjiktok yang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda di Cikotok, Banten. Namun, saat ini fasilitas penambangan dan pengolahan bahan tambang perusahaan ini tidak hanya di Cikotok saja, melainkan juga di berbagai daerah di seluruh Indonesia, seperti Gunung Pongkor, Bogor, Pulau Gebe Maluku Utara, daerah Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan masih banyak lainnya.
Sebagaimana perusahaan tambang lain, tahun 2022 adalah tahun yang baik bagi Antam. Baik pendapatan maupun laba perusahaan ini menyentuh titik tertinggi dalam 5 tahun terakhir dengan pendapatan sebesar 45,9 triliun rupiah dan laba sebesar 3,8 triliun rupiah. Hal ini disinyalir karena pada tahun lalu, penjualan emas Antam juga mencapai titik tertinggi sepanjang masa dengan penjualan sebanyak 34,97 ton.
Lalu, bagaimana dengan tahun 2023? Laporan keuangan triwulan pertama Antam pada tahun ini menunjukkan kinerja positif dengan pendapatan sebesar 11,5 triliun rupiah dan laba sebesar 1,6 triliun rupiah. Jumlah ini secara YoY masih lebih tinggi dibandingkan Maret tahun lalu yang mencapai 9,7 triliun (pendapatan), dan 1,4 triliun (laba). Analis dari KB Valbury Sekuritas dan JP Morgan juga percaya bahwa kinerja emiten tambang, khususnya tambang nikel tahun ini masih akan cukup baik dan punya potensi untuk terus tumbuh.