Seiring dengan melejitnya harga bahan baku dalam beberapa tahun terakhir, terutama kelapa sawit, membuat perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan semakin mantap jejaknya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tren saham yang cenderung selalu naik membuat investor semakin tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan-perusahaan ini.
Industri penghasil bahan baku merupakan bagian dari sektor pertanian dan sub-sektor perkebunan. Mayoritas emiten yang berada pada sektor ini adalah emiten yang bergerak di bidang perkebunan sawit dari hulu hingga hilir. Hal ini mengingat bahwasanya tanaman sawit dalam 40 tahun terakhir merupakan salah satu komoditas ekspor pertanian paling besar di Indonesia. Sawit sendiri tidak hanya merupakan bahan baku dari minyak goreng, tetapi juga bisa diolah menjadi bahan kimia lain yang juga bermanfaat untuk masyarakat.
Banyak pihak yang memperkirakan kalau industri ini akan mengalami kontraksi pada tahun 2023. Hal ini berkenaan dengan pembatasan impor minyak nabati yang dilakukan oleh Uni Eropa sebagai bentuk perang terhadap deforestasi dan komitmen pemerintah Indonesia untuk meningkatkan biodiesel. Pembatasan impor tersebut mengakibatkan, Malaysia sebagai negara produsen minyak kelapa sawit juga membatasi ekspor. Apabila Indonesia tidak mengikuti langkah negeri jiran ini, bukan tidak mungkin trend harga saham perkebunan di negara ini justru akan bullish, mengingat terbatasnya supply dapat membuat harga minyak sawit dunia meningkat.
Sebelum resmi membeli saham sektor ini, sebaiknya Anda melihat dulu siapa saja perusahaan yang bergerak di bidang ini:
1. Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
PT Astra Agro Lestari Tbk adalah perusahaan perkebunan terbaik saat ini. Emiten dengan kode perdagangan AALI ini merupakan merger dari beberapa perusahaan dan telah berkecimpung di industri perkebunan Indonesia selama lebih dari 30 tahun.
Sampai tahun 2019, perusahaan ini mengelola 287.604 hektar perkebunan yang tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Karena merupakan perusahaan besar dan terpercaya, AALI masuk dalam indeks saham KOMPAS100.
Penawaran saham perdana oleh Astra Agro Lestari dilakukan pada 9 Desember 1997. Saat ini kepemilikan saham publik di perusahaan ini mencapai 20,32% dari total 1.925 saham yang beredar, dan telah mengaktifkan saham syariah. Dalam satu tahun terakhir, harga saham emiten dari grup Astra ini sempat dijual dengan harga di atas Rp9.400 per lembar sebelum kemudian turun hingga 7.000 rupiah per lembar pada Mei 2023 lalu. Namun per 9 Agustus 2023, harga saham ini sudah rebound dan menyentuh angka Rp7.600 per lembar.
2. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR)
PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk merupakan perusahaan berbasis kelapa sawit. Didirikan pada 1962, perusahaan ini mengelola 137.000 hektar perkebunan, menghasilkan 19,9 ton sawit per hektar dengan total kapasitas sebesar 4,4 juta ton sawit per tahun.
Paruh awal tahun 2023 adalah masa-masa kontraksi bagi saham SMAR. Sempat dijual dengan harga Rp5.600 per lembar pada pertengahan April 2023, saham ini kini dijual dengan harga Rp4.300 per lembar (Agustus 2023). Hal ini merupakan buntut dari kinerja keuangan perusahaan ini. Dilansir dari laporan keuangan tengah tahunnya, baik pendapatan maupun laba SMAR mengalami penurunan secara YoY. Pendapatan turun dari 36 triliun menjadi 32 triliun rupiah sementara laba turun dari 1,9 triliun menjadi 280 miliar rupiah.
3. Triputra Agro Persada Tbk (TAPG)
Triputra Agro Persada adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit di Jambi, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Hingga tahun 2021, perusahaan ini telah mengelola 158.000 Ha kebun kelapa sawit dan 1.400 Ha kebun karet.
Dari segi kapitalisasi pasar, Triputra Agro adalah salah satu perusahaan perkebunan dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar, yaitu sebesar 11,42 triliun rupiah, meskipun perusahaan ini baru IPO pada tahun 2021 lalu. Sama seperti AALI, harga saham perusahaan ini juga sempat turun hingga 15% pada pertengahan bulan Mei lalu dari 615 rupiah per lembar menjadi 516 rupiah. Harga saham ini kemudian naik kembali dan kini mencapai 560 rupiah per lembar.
Pada tahun 2023 ini TAPG berencana untuk meningkatkan belanja modal mereka hingga 1 triliun rupiah. Selain untuk memenuhi kebutuhan dasar tanaman sawit, uang ini juga digunakan untuk membangun sarana infrastruktur. Hal ini mengingat bahwasanya TAPG berencana untuk masuk industri hilir sawit pada tahun ini.
4. Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS)
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk adalah perusahaan sawit yang membawahi 19 anak perusahaan di Kalimantan Tengah. Luas lahan yang dikelola mencapai 81.000 hektar. Perusahaan ini mulai melantai bursa pada 12 Desember 2013.
Paruh pertama tahun 2023 juga bukan merupakan masa yang baik untuk investor pemilik saham ini. Pasalnya, baik kondisi keuangan perusahaan maupun harga sahamnya mengalami penurunan. Dalam rentang waktu Januari 2023- 9 Agustus 2023, harga saham emiten ini turun dari Rp1.500-an per lembar menjadi Rp1.130-an per lembar meskipun sempat naik hingga Rp1.700 per lembar pada bulan April.
Hal ini menyusul penurunan pendapatan dan laba perusahaan yang turun secara YoY dari 2,1 triliun (Maret 2022) menjadi 1,2 triliun rupiah (Maret 2023). Adapun laba SSMS turun dari 996 miliar rupiah menjadi 243 miliar rupiah.
5. PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP)
Berdiri sejak 1906, PP London Sumatera Indonesia adalah salah satu saham perkebunan terbaik di Indonesia. Emiten ini bergerak di industri perkebunan kelapa sawit dan karet, serta membawahi beberapa anak perusahaan. Perusahaan ini menawarkan saham pertama kali pada 5 Juli 1996 dan saat ini telah memiliki saham syariah.
Per Agustus 2023, saham perusahaan ini dijual dengan harga Rp1.015 per lembar atau turun 200 rupiah dibandingkan dengan harganya pada Agustus tahun 2022 lalu. Penurunan ini merupakan hal yang relatif wajar mengingat kinerja perusahaan ini juga mengalami kontraksi pada triwulan pertama tahun ini. Pendapatan Lonsum memang naik dari 764 miliar rupiah menjadi 904 miliar rupiah. Namun demikian, beban penjualan yang membengkak hingga lebih dari 2 kali lipat membuat laba perusahaan ini turun dari 304 miliar rupiah menjadi 111 miliar rupiah.
6. Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP)
PT Salim Ivomas Pratama adalah perusahaan dalam Indofood Sukses Makmur yang bergerak di bidang agribisnis, sekaligus pemegang brand minyak goreng Bimoli. Perusahaan berkode perdagangan SIMP ini juga terafiliasi dengan PP London Sumatera Indonesia.
Tidak jauh berbeda dengan saham pertanian lainnya, kinerja perusahaan ini pada tahun 2023 juga mengalami kontraksi. Dari segi pendapatan, pendapatan SIMP turun dari 8 triliun menjadi 7,6 triliun. Penurunan yang lebih tajam terjadi pada laba yang turun dari 642 miliar menjadi 126 miliar rupiah. Maka dari itu, tidak heran jika harga saham perusahaan ini turun dari 460 rupiah per lembar menjadi 400 rupiah per lembar atau turun sekitar 13% dalam satu tahun terakhir.
7. Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)
PT Dharma Satya Nusantara merupakah salah satu saham terbaik di bidang agribisnis sawit dan perkayuan. Perusahaan perkebunan ini mulai menawarkan saham kepada publik pada 14 Juni 2013. Saat ini investor publik menguasai 12,9% dari perusahaan ini.
Laporan keuangan triwulan ke-2 tahun 2023 dari perusahaan ini secara garis besar menunjukkan kinerja yang relatif stabil meskipun ada penurunan laba. Penurunan laba ini lebih disebabkan karena meningkatnya beban penjualan dari 2,6 triliun rupiah menjadi 3,3 triliun rupiah. Padahal pada saat yang bersamaan, pendapatan perusahaan ini naik dari 3,7 triliun rupiah menjadi 4,6 triliun secara YoY. Akibatnya, laba perusahaan pada periode Juni 2022-Juni 2023 “hanya” turun 107 miliar rupiah dari 467 miliar menjadi 360 miliar rupiah.
8. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
PT Tunas Baru Lampung beroperasi di bidang perkebunan kelapa sawit, nanas dan tebu. Penawaran saham perdananya adalah pada 14 Februari 2000, dan saat ini pemilik saham publiknya 41,24%.
Sedikit berbeda dibandingkan saham-saham sebelumnya, trend bullish pada TBLA dalam 2 bulan terakhir cenderung kuat. Pada awal Bulan Juni, saham kode ini dijual dengan harga Rp627 per lembar dan pada akhir Juli 2023 lalu sempat menembus Rp827 rupiah atau naik sekitar 30% sebelum kemudian kembali turun. Kini harga saham perusahaan ini dijual dengan harga 760 rupiah per lembar.
Kenaikan harga saham pada Bulan Juni ini bukan tanpa sebab. TBLA membuktikan bahwa kinerja perusahaannya relatif stabil dibandingkan dengan perusahaan lain meskipun di tengah ketidakpastian ekonomi. Pada paruh awal tahun ini, pendapatan perusahaan sedikit naik secara YoY dari 8,003 triliun menjadi 8,015 triliun, meskipun labanya turun dari 384 miliar menjadi 336 miliar rupiah.
9. Sampoerna Agro Tbk (SGRO)
PT Sampoerna Agro Tbk yang beroperasi di Sumatera dan Kalimantan bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet, pabrik penghancur karnel, produksi benih perkecambahan, pemanfaatan produk kehutanan non-kayu (sagu), dan lain-lain. Perusahaan ini mulai menawarkan sahamnya pada 18 Juni 2007. Saat ini pemegang saham publik sebesar 32,95% dari total saham yang beredar.
Saham kode SGRO ini juga membukukan kontraksi keuangan pada paruh pertama tahun 2023. Dari sisi pendapatan, bisnis SGRO tampak tidak terganggu karena pendapatan hanya sedikit menurun. Lain halnya dengan laba. Profit perusahaan ini turun dari 717 miliar rupiah pada Juni 2022 menjadi 217 miliar rupiah pada Juni 2023. Sama seperti perusahaan lainnya, hal ini juga disebabkan oleh peningkatan beban penjualan yang cukup tajam.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pada paruh awal tahun 2023 ini, saham sektor perkebunan cenderung mengalami penurunan. Hal ini utamanya disebabkan karena harga komoditas sawit di pasar internasional dan harga sebagian bahan baku yang harus diimpor. Akibatnya, beban bisnis perusahaan juga mengalami peningkatan.
Namun demikian, kontraksi pada harga saham ini bisa Anda lihat sebagai kesempatan untuk membeli saham bagus di harga yang murah. Hanya saja untuk menentukan saham perkebunan apa yang akan Anda pilih, tentunya Anda harus melakukan analisis yang lebih dalam terhadap kondisi keuangan dan bisnis mereka terlebih dahulu. Jangan lupa juga untuk menganalisis berita ekonomi terkini di aplikasi berita saham terbaik. Semakin rendah harga beli saham Anda, maka semakin besar pula potensi keuntungan yang bisa Anda peroleh.