Lompat ke konten
Daftar Isi

Mengenal Saham Undervalued, Ciri-Ciri & Cara Menghitungnya

Saham undervalued

Seringkali saat membeli sebuah saham, seorang investor disarankan untuk membeli saham yang sedang undervalued. Hal ini karena cara ini direkomendasikan oleh Warren Buffett, salah seorang investor terkemuka di dunia. Apa itu saham undervalued dan bagaimana cara menemukannya? Simak ulasan lengkapnya berikut ini:

Pengertian Saham Undervalued

Secara bahasa, undervalue artinya diremehkan. Secara istilah, saham undervalue adalah saham yang dijual dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai intrinsiknya. Apabila perhitungan investor benar, maka terdapat kemungkinan harga saham tersebut akan naik, sehingga mendatangkan keuntungan di masa depan. 

Nilai intrinsik adalah nilai dari hal-hal dasar yang membangun harga atau nominal sebuah barang. Misalnya, dalam pembuatan baju, nilai intrinsik baju tersebut adalah biaya bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi baju tersebut, sementara nilai nominal adalah harga jualnya di pasaran. 

Dalam konteks saham, nilai intrinsik sebuah saham adalah kondisi fundamental perusahaan yang menerbitkan saham tersebut, mulai dari kondisi bisnis hingga keuangan. Sederhananya, asumsinya adalah sebuah perusahaan dengan kondisi fundamental yang bagus pasti memiliki harga jual yang mahal, begitupun sebaliknya. 

Kebalikan dari saham undervalued adalah saham overvalued. Dalam kondisi yang terakhir ini, nilai nominal atau harga saham melebihi nilai intrinsiknya. Dengan kata lain, kondisi finansial perusahaan penerbit saham tersebut tidak terlalu bagus, namun harganya di pasaran tinggi. 

Penyebab Saham Undervalued

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan sebuah saham “diremehkan” oleh pasar:

1. Tidak diterbitkan oleh perusahaan terkenal

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya seorang investor terkadang mempertimbangkan untuk membeli saham sebuah perusahaan karena perusahaan tersebut merupakan perusahaan terkemuka. Misalnya, karena merupakan perusahaan BUMN atau produknya bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 

Sebaliknya, sebuah perusahaan yang target konsumennya adalah sesama perusahaan lain, bisa jadi tidak terlalu terkenal di mata masyarakat, sehingga investor yang ingin membeli saham perusahaan tersebut juga sedikit. 

2. Kondisi ekonomi makro

Kondisi ekonomi makro dan kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi penurunan atau peningkatan harga saham karena perubahan sentimen masyarakat. Tahun 2022 lalu misalnya, kondisi ekonomi global ditambah dengan kebijakan pemerintah membuat sentimen positif terhadap saham perusahaan tambang batubara. 

Sebaliknya, apabila kondisi ekonomi makro dan kebijakan pemerintah tidak “pro” terhadap industri terkait, bukan bukan tidak mungkin investor akan kehilangan minat untuk membeli saham perusahaan tersebut, meskipun pada dasarnya kondisi keuangan perusahaan tersebut baik-baik saja. 

3. Kondisi permintaan barang dan jasa perusahaan

Sederhananya, apabila permintaan terhadap barang dan jasa yang dijual oleh perusahaan menurun, maka harga saham perusahaan tersebut juga akan turun. Hal ini karena investor akan menilai kalau potensi bisnis perusahaan tersebut tidak akan baik. 

4. Kondisi internal perusahaan

Secara tata kelola, kondisi internal perusahaan penerbit saham yang undervalued bisa jadi baik-baik saja. Namun karena satu dan lain hal, seperti sentimen negatif terhadap salah seorang investor atau pejabat atau hanya karena orang-orang dibalik perusahaan tersebut kurang terkenal, harga saham perusahaan itu jadi lebih rendah dibandingkan dengan yang seharusnya. 

Ciri- Ciri Saham Undervalued

Selain kondisi bisnis yang memungkinkan perusahaan untuk berkembang, berikut ini ciri-ciri atau karakteristik saham yang undervalue:

  1. Pendapatan dan laba perusahaan relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir. 
  2. Perusahaan tidak bergerak di bidang teknologi yang terlalu fluktuatif. 
  3. Perusahaan tidak sedang dan tidak pernah berada dalam skandal keuangan selama beberapa tahun terakhir. 
  4. Rendahnya nilai price to earning ratio (P/E) saham tersebut bukan karena banyak investor atau trader yang mengambil keuntungan ketika harganya sedang naik.
  5. Rendahnya nilai price to earning ratio (P/E) saham tersebut bukan karena besarnya penurunan pendapatan dan laba perusahaan. 
  6. Nilai rata-rata P/E ratio perusahaan tersebut lebih rendah dibandingkan perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama selama 10 tahun terakhir
  7. Nilai kapitalisasi pasar perusahaan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai total asetnya.
  8. Laba perusahaan tersebut meningkat selama 3 tahun terakhir
  9. Perusahaan tersebut mendapatkan peringkat A, AA atau AAA dari lembaga pemeringkat efek. Perusahaan juga bisa saja tidak mendapatkan peringkat sama sekali karena memang tidak memiliki utang. 
  10. Perusahaan tersebut tidak merugi ketika ekonomi makro sedang mengalami resesi
  11. Nilai PEG ratio perusahaan tersebut rendah. Nilai PEG ratio yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa nilai P/E ratio perusahaan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai pertumbuhannya.

Cara Mencari Saham Undervalued

Dalam menentukan nilai intrinsik sebuah saham demi mencari saham yang undervalue, terdapat dua hal yang harus Anda perhatikan, yaitu hal-hal bersifat keuangan dan non-keuangan. Adapun hal-hal yang bersifat keuangan dapat dihitung, sementara non-keuangan tidak. 

1. Aspek non-keuangan

Ada banyak aspek non-keuangan yang bisa mendefinisikan kualitas kinerja sebuah perusahaan. Aspek-aspek tersebut, seperti:

  1. Bidang bisnis perusahaan. Untuk mencari sebuah saham yang undervalue, pastikan Anda memilih perusahaan yang bergerak di bidang bisnis yang berpotensi untuk berkembang. 
  2. Tata kelola perusahaan. Hal ini meliputi kredibilitas dewan direktur dan dewan komisaris, bagaimana perusahaan tersebut mengelola bisnisnya, dan lain sebagainya. 
  3. Kondisi ekonomi makro dan kebijakan pemerintah. Seperti yang telah disebutkan di atas, hal ini berpengaruh kepada sentimen masyarakat terhadap perusahaan. 

2. Aspek keuangan

Terdapat beberapa rasio keuangan yang bisa Anda gunakan untuk memperkirakan apakah sebuah saham undervalue atau tidak. Beberapa rasio keuangan tersebut adalah:

1. Price to earning ratio

Price to earning ratio (P/E) adalah rasio perbandingan antara harga saham sebuah perusahaan di pasar modal dengan earning per share (EPS) atau pendapatan yang bisa diterima oleh investor per lembar saham yang dia miliki. Rumusnya adalah:

P/R = Harga Saham / EPS

Umumnya, investor mencari P/E ratio yang rendah. Hal ini karena jika nilai EPS> harga saham, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan tersebut dalam mencetak pendapatan lebih besar dibandingkan dengan yang diperkirakan oleh mayoritas investor. 

2. Price/Earnings-to-Growth (PEG) Ratio

Sesuai dengan namanya, Price/Earnings-to-Growth (PEG) Ratio adalah rasio yang membandingkan antara P/E ratio dengan tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Rumusnya adalah:

PEG = (P/E) / (pertumbuhan EPS)

Seperti yang telah disebutkan di atas, semakin rendah nilai PEG ratio semakin baik, karena itu artinya pertumbuhan laba perusahaan lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan harga saham perusahaan tersebut. 

Selain kedua indikator keuangan di atas, Anda juga bisa menggunakan indikator lain, seperti Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI), Discounted Cash Flow (DCF) dan banyak indikator lainnya untuk menilai kapabilitas kinerja sebuah perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 

Terlepas dari apapun indikator keuangan yang Anda gunakan, sebaiknya Anda menggunakan data indikator keuangan tersebut selama beberapa tahun untuk mendapatkan hasil analisis yang komprehensif. Hal ini penting sebab, sebagai seorang investor Anda tidak akan tahu kapan harga saham undervalue tersebut akan menyesuaikan kinerjanya, sehingga tidak jarang Anda perlu memiliki saham tersebut dalam beberapa tahun.

Penggunaan data indikator keuangan selama beberapa tahun bermanfaat untuk meminimalisir bias musiman atau tahunan. Selain harus melakukan analisis fundamental yang cukup komprehensif, tantangan lain dalam menentukan saham undervalue adalah perbedaan penilaian antara satu investor dengan investor lainnya karena satu dan lain hal. Oleh sebab itu, sebaiknya Anda melakukan analisis ini sendiri atau mengikuti ahli keuangan yang Anda percayai daripada menggunakan hasil analisis investor lain.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *