Lompat ke konten
Daftar Isi

5 Sektor Saham Paling Stabil

Sektor saham paling stabil

Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan saat memilih saham. Salah satu diantaranya adalah sektor industri bisnis tersebut. Hal ini karena setiap sektor memiliki karakteristik tersendiri dan seringkali kondisi makro ekonomi menguntungkan satu sektor dan merugikan sektor lain. 

Pada Januari 2021, Bursa Efek Indonesia (BEI atau IDX) menerbitkan sejumlah indeks saham baru yang beranggotakan saham-saham dari masing-masing kategori. Dengan adanya indeks-indeks ini, Anda bisa melihat kinerja saham sektor tertentu sesuai dengan kondisi ekonomi yang berlaku. Berikut ini beberapa sektor saham yang paling stabil dan menguntungkan sejak tahun 2021:

1. Sektor Konsumen Non Siklis (IDXNONCYC)

Sektor saham yang paling stabil pertama adalah saham sektor saham konsumen non siklis. Sesuai dengan namanya, sektor ini berisi saham-saham yang harganya tidak mudah berubah mengikuti kondisi musim. Biasanya hal ini karena produk perusahaan yang menjadi konstituen indeks ini tetap dibutuhkan oleh konsumen dalam kondisi apapun. 

Termasuk dalam sektor saham ini adalah saham-saham sektor fast moving consumer goods (FMCG), seperti Unilever (UNVR), Indofood (ICBP dan INDF), Japfa (JPFA) dan lain sebagainya. Sederhananya, meskipun kondisi ekonomi kurang bagus, tentu masyarakat tetap akan membutuhkan produk-produk perusahaan tersebut, entah itu pasta gigi, sabun mandi, mie instan atau pakan ternak. Maka dari itu, tidak heran jika harga saham perusahaan-perusahaan ini cenderung stabil. 

Walaupun demikian, bukan berarti sektor saham ini tidak memiliki risiko. Di satu sisi, membeli saham dari sektor yang stabil bisa menekan risiko volatilitas harga, namun di sisi lain hal ini juga dapat membatasi potensi keuntungan yang bisa Anda peroleh. Ini karena kenaikan harga saham sektor ini juga tidak terlalu tajam. Selain itu, bisnis saham non siklis juga bisa tetap terganggu jika ada kenaikan harga bahan baku, biaya tenaga kerja maupun pelemahan kondisi ekonomi. 

2. Sektor Keuangan (IDXFinance)

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya IDXFinance adalah salah satu sektor saham paling populer di pasar modal Indonesia. Maklum, beberapa konstituen indeks ini merupakan perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, seperti Bank BCA (BBCA), Bank Mandiri (BMRI), Bank BRI (BBRI) dan masih banyak lainnya. 

Selain perbankan, sektor finansial juga termasuk perusahaan multifinance (leasing), perusahaan asuransi, perusahaan investasi, beberapa perusahaan sekuritas dan manajemen investasi, dan perusahaan dengan bisnis keuangan khusus. Namun terlepas dari apapun jenis bisnisnya, umumnya sektor IDXFinance ini cukup adaptif terhadap perubahan ekonomi. Artinya, kalau ekonomi membaik, maka kondisi bisnisnya membaik dan jika ekonomi memburuk maka kondisi bisnisnya juga memburuk. 

Tidak hanya rentan dengan kondisi ekonomi nasional,sektor keuangan menurut hemat penulis juga merupakan sektor yang paling rentan terhadap perubahan ekonomi global. Hal ini karena lalu lintas modal dari dalam ke luar negeri dan sebaliknya melalui perusahaan-perusahaan ini sangat likuid. 

IDXFinance juga memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap IHSG. Namun, hal ini lebih karena beberapa anggota indeks ini merupakan perusahaan dengan market cap besar. Artinya secara kapitalisasi perusahaan, konstituen indeks ini bisa sangat besar, seperti BBCA namun juga bisa sangat kecil. Padahal pada perusahaan keuangan, kapitalisasi pasar adalah hal yang sangat penting karena menyangkut risiko default dan likuiditas. 

3.  Sektor Energi (IDXEnergy)

Saham-saham yang memproduksi barang tambang dan terkait dengan energi, seperti batubara, gas dan nikel masuk ke dalam IDXEnergy. Maka dari itu, indeks ini berisi saham dari perusahaan-perusahaan besar, seperti Adaro, Bukit Asam (PTBA), Bayan Resources, Pertamina Gas Negara (PGAS) dan lain sebagainya. 

Sejak diterbitkan pada awal tahun 2021 lalu, IDXEnergy menjadi salah satu indeks dengan perkembangan terpesat. Tercatat kenaikan nilai indeks ini mencapai lebih dari 137%. Ini artinya, rata-rata harga saham energi pada Januari 2021 masih 740 per lembar, namun saat ini sudah menjadi 1.755 per lembar. 

Hal ini salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga komoditas energi di seluruh dunia. Perlu Anda ketahui bahwasanya produk energi, seperti batubara, gas, minyak dan nikel di Indonesia tidak hanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, melainkan juga untuk diekspor. Oleh sebab itu, perubahan harga komoditas tersebut di pasar internasional menjadi sangat penting. 

Pasar ekspor ini juga mengakibatkan sektor ini rentan terhadap perubahan ekonomi internasional. Sepanjang 2021- paruh awal 2022 lalu misalnya, kenaikan harga di pasar internasional membuat pendapatan dan laba perusahaan-perusahaan energi naik, sehingga harga sahamnya naik pula. Akan tetapi, pasca pengumuman inflasi di Amerika Serikat dan ancaman resesi internasional membuat harga saham perusahaan-perusahaan ini mengalami penurunan. 

4. Sektor Kesehatan

Memiliki tubuh dan jiwa yang sehat adalah hak setiap manusia. Maka dari itu, industri kesehatan adalah salah satu industri yang tidak perlu diragukan stabilitasnya. IDXHealthcare adalah indeks saham yang berisi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang ini. 

Tidak hanya rumah sakit seperti Siloam (SILO) dan Mitra Keluarga (MIKA), konstituen indeks ini juga termasuk perusahaan-perusahaan farmasi, seperti KLBF dan perusahaan laboratorium kesehatan, seperti Prodia. Dengan jaringan puluhan fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia, perusahaan-perusahaan ini siap menghadirkan fasilitas kesehatan dan obat-obatan terbaik di negeri ini. 

Walaupun merupakan sektor yang memenuhi kebutuhan dasar, namun harga saham sektor ini juga memiliki risiko sebagaimana sektor lainnya. Pada saat pandemi covid19 misalnya, meskipun masyarakat membutuhkan layanan kesehatan yang memadai, namun pihak rumah sakit maupun penyedia fasilitas kesehatan lainnya harus memutar otak keras untuk menemukan inovasi demi mencegah penularan. 

5. Sektor Konsumen Siklis

Kebalikan dari sektor konsumen non siklis, konstituen indeks  IDX Sector Consumer Cyclicals adalah perusahaan yang memproduksi barang-barang konsumen yang mudah terpengaruh kondisi musim. Termasuk ke dalam indeks ini adalah perusahaan produsen produk-produk fashion, seperti BATA, perusahaan tekstil, perusahaan perhotelan hingga perusahaan produksi ban sepeda dan sepeda motor, seperti Goodyear (GDYR) dan Gajah Tunggal (GJTL). 

Sesuai dengan namanya, kinerja bisnis perusahaan-perusahaan ini tergantung musim. Dalam industri perhotelan misalnya, kinerja bisnis cenderung membaik menjelang libur panjang, entah itu natal dan tahun baru, idul fitri dan lain sebagainya. Kondisi bisnis yang sesuai musim ini adalah risiko pertama yang harus Anda hadapi jika Anda membeli saham sektor ini. 

Risiko kedua adalah penurunan kinerja bisnis karena adanya penurunan daya beli konsumen. Sederhananya, tentu masyarakat tidak akan pergi berlibur apabila mereka tidak memiliki uang yang dibutuhkan. Maka dari itu tidak heran jika saham-saham sektor ini terpukul keras ketika terjadi pandemi covid19. 

Meskipun terbilang stabil, namun saham dari sektor-sektor di atas masih memiliki risiko. Minimalisir risiko ini dengan cara memahami kinerja bisnis perusahaan yang Anda tuju dan berbagai ancamannya.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *