Lompat ke konten
Daftar Isi

Sistem Ekonomi Tradisional: Pengertian, Ciri, Kelebihan, dan Kelemahan

Sistem ekonomi tradisional

Untuk mengatur perekonomian di negaranya, pemerintah suatu negara membutuhkan sebuah sistem ekonomi. Sistem ekonomi ini ada berbagai macam tergantung dengan paham ideologis yang dianut oleh negara tersebut. Saat ini 2 sistem ekonomi yang paling dikenal di dunia adalah sistem kapitalis, seperti Amerika Serikat dan sistem komunis sosialis ala Uni Soviet, China dan lain sebagainya. 

Namun sebelum dua sistem ini muncul, terdapat sistem lain yang lebih tua, yaitu sistem ekonomi tradisional. Ketahui apa itu sistem ekonomi tradisional dengan membaca artikel berikut ini. 

Pengertian Sistem Ekonomi Tradisional

Sistem ekonomi tradisional adalah sistem perekonomian yang didasarkan nilai, pengetahuan dan adat yang dianut secara turun temurun oleh masyarakat tradisional. Berbeda dengan sistem yang kebanyakan dianut saat ini, pada sistem ini, masyarakat belum banyak menggunakan uang, masih tergantung pada sumber daya alam dan kegiatan ekonomi hanya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan. 

Untuk memahami kinerja sistem ini, Anda harus memahami terlebih dahulu proses perkembangan umat manusia. Pada zaman sebelum peradaban, manusia adalah makhluk yang hidup berpindah-pindah (nomaden) dan mencari makan dengan mengumpulkan makanan dan berburu (food gathering and hunting). Pada masa ini, manusia hanya mencari makanan sesuai dengan kebutuhan dan bukan keinginan, sehingga tidak mengalami kekurangan atau kelebihan (surplus) dan berpindah tempat jika makanan di suatu sumber habis. 

Lambat laun seiring ditemukannya alat-alat pertanian, manusia mulai mencari makanan dengan bercocok tanam (food producing). Pada fase ini, manusia mulai mengalami surplus dan shortage (kekurangan), sehingga terjadi perdagangan antara masyarakat yang mengalami surplus dan masyarakat yang mengalami shortage

Misalnya, masyarakat yang bercocok tanam di pedalaman kelebihan beras dan membutuhkan ikan, sehingga akan terjadi perdagangan antara mereka dengan masyarakat yang hidup di pesisir dan memproduksi ikan. Namun pada fase ini, transaksi perdagangan tidak dilakukan dengan uang sebagai alat tukar, melainkan dengan barter, alias ikan ditukar dengan beras. 

Pada tahap food gathering and hunting dan food producing awal inilah sistem ekonomi ini umumnya diterapkan. 

Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Tradisional

1. Bertukar barang dengan sistem barter

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwasanya pada masyarakat ekonomi tradisional, pertukaran barang dan jasa masih menggunakan sistem barter atau barang ditukar dengan barang, beras ditukar dengan ikan dan lain sebagainya. Meskipun efektif, namun sistem ini memiliki kekurangan, seperti tidak bisa digunakan untuk menukar barang dengan satuan terkecil, adanya perbedaan nilai tukar dan masih banyak lainnya. 

2. Produksi barang dan jasa sesuai kebutuhan

Pada masyarakat tradisional, produksi barang dan jasa tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, melainkan untuk memenuhi kebutuhan. Maka dari itu tidak heran apabila dalam sistem ekonomi ini,  masyarakat relatif tidak mengalami kelebihan maupun kekurangan barang dan jasa. 

3. Mengandalkan sumber daya alam

Meskipun sudah tidak lagi nomaden, namun masyarakat ekonomi tradisional masih sangat bertumpu pada kondisi alam alias masih berpusat pada sektor agraris seperti pertanian, perikanan atau peternakan. Bahkan tidak jarang masyarakat yang sudah mulai bertani akan berpindah tempat apabila lokasi pertanian sebelumnya mengalami kekeringan atau sudah tidak produktif lagi. 

4. Penggunaan teknologi masih minim

Teknologi yang digunakan oleh masyarakat untuk memutar roda ekonomi juga masih sebatas alat-alat sederhana, seperti cangkul, karambit, kapak dan berbagai alat tradisional lain yang memang dibutuhkan untuk pertanian. Hal ini tentu berbeda dengan masyarakat ekonomi modern yang sudah menggunakan berbagai alat berbasis internet. 

5. Belum ada spesialisasi kerja dalam ekonomi

Pada tingkat tertentu, masyarakat ekonomi tradisional masih belum mengenal spesialisasi kerja yang rumit. Mereka hanya mengenal spesialisasi kerja secara umum, misalnya petani dan peternak dan belum mengenal spesialisasi kerja yang lebih khusus, misalnya peternak ayam petelur atau peternak ayam pedaging. 

6. Kegiatan ekonomi masih bertumpu pada adat istiadat

Tidak hanya proses produksi dan konsumsi, masyarakat ekonomi tradisional tidak jarang juga menyelenggarakan upacara khusus yang terkait dengan kegiatan ekonomi. Di beberapa daerah di Indonesia misalnya masih ada upacara perayaan panen raya untuk mengucap syukur kepada tuhan yang maha esa atau leluhur atas panen yang terjadi tahun itu. 

Di satu sisi, upacara seperti ini menunjukkan keterkaitan antara kegiatan ekonomi dengan adat, namun di sisi lain, hal ini juga menunjukkan penghormatan masyarakat tradisional terhadap alam sekitar mereka. Karena bagi mereka, alam memberikan rezeki, sehingga mereka harus merawat alam dengan sebaik mungkin juga. 

7. Diterapkan dalam skala kecil

Masyarakat tradisional umumnya terbentuk dalam satuan kecil, mulai dari ratusan hingga ribuan individu. Dari ratusan atau ribuan individu ini ada satu atau beberapa orang yang ditunjuk sebagai tetua adat. Tugas para tetua ini tidak hanya memimpin upacara saja, tetapi juga mengatur masalah perekonomian. 

Contoh Sistem Ekonomi Tradisional

Meskipun perkembangan teknologi secara perlahan-lahan menekan sistem ekonomi ini, namun pada tingkat tertentu sistem ini masih diterapkan oleh banyak masyarakat pedalaman. Masyarakat baduy misalnya. 

Masyarakat adat yang tinggal di pedalaman Banten ini masih cukup bergantung dengan komoditas pertanian, seperti madu dan beras. Mereka juga menolak banyak eksposur teknologi, seperti kendaraan bermotor. Namun di sisi lain, kini mereka juga mulai beradaptasi dengan menjual berbagai komoditas pertanian mereka secara online. 

Kelebihan Sistem Ekonomi Tradisional

1. Minim eksploitasi alam

Kelebihan sistem ini yang utama adalah minimnya eksploitasi alam. Hal ini karena dua hal, yaitu pertama masyarakat tradisional hanya melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dan kedua nilai-nilai yang mereka anut ditujukan untuk menghormati alam.

Karena hanya melakukan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan, pada sistem ekonomi ini tidak ada barang yang diproduksi dan dikonsumsi secara berlebihan. Akibatnya, sampah lingkungan juga minim. Pada alasan yang kedua, nilai-nilai masyarakat tradisional ditujukan untuk menghormati alam entah itu dengan cara mistis atau tidak, sehingga mereka tidak akan melakukan hal sembarangan jika terkait dengan alam. 

2. Perekonomian cenderung stabil

Pada sistem ini, masyarakat jarang melakukan ekspor dan impor. Akibatnya, guncangan ekonomi yang diakibatkan oleh pengaruh dari luar negeri juga minim. Masyarakat pada sistem ini cenderung menerapkan sistem swasembada, atau memenuhi kebutuhan sendiri dari lingkungan sendiri, sehingga mereka baru melakukan perdagangan dengan orang lain jika barang yang mereka butuhkan tidak ada. 

3. Terhindar dari persaingan tidak sehat

Karena tidak berproduksi untuk mencari keuntungan dan umumnya diterapkan dalam masyarakat skala kecil yang diawasi oleh tetua adat, sistem ini memungkinkan masyarakat tersebut untuk terhindar dari persaingan tidak sehat. Akibatnya, masyarakat juga lebih aman dan damai. 

Kelemahan Sistem Ekonomi Tradisional

1. Produktivitas rendah

Karena tidak menggunakan mesin dan berbagai inovasi teknologi dari luar komunitas mereka, produktivitas masyarakat dengan sistem ekonomi tradisional cenderung rendah. Namun, tidak jarang barang-barang yang mereka produksi diburu oleh masyarakat lain karena cenderung alami, berkualitas lebih baik dan memiliki nilai budaya tinggi. 

2. Rentan terhadap tantangan ekonomi internal

Misalnya, masyarakat tradisional di sebuah daerah hanya memproduksi beras dan sayur serta jarang berdagang dengan masyarakat lain di luar komunitas mereka. Ketika lingkungan masyarakat tradisional tersebut mengalami kekeringan atau bencana alam, maka mereka bisa terancam kelaparan. 

3. Sistem barter tidak memungkinkan adanya pertukaran dengan satuan terkecil

Dalam sistem ini, 5 kilogram beras dapat ditukar dengan 1 ekor sapi apabila penjual dan pembeli sepakat. Tentunya hal ini akan merugikan peternak sapi. Oleh sebab itu, sistem barter merupakan sistem tukar yang kurang likuid dan efektif. Jadi tidak heran jika sistem ini kemudian digantikan dengan uang perak dan emas ribuan tahun silam. 

Walaupun sudah tidak menjadi sistem ekonomi yang banyak digunakan dalam masa ini, namun nilai-nilai dalam sistem ekonomi tradisional, seperti menghormati alam, hemat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kerukunan dalam hidup bertetangga seyogianya tetap dipertahankan.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *