Salah satu indikator teknis yang terkenal dan banyak dipakai oleh trader instrumen apapun adalah indikator stokastik atau stochastic oscillator. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas apa itu indikator stokastik, bagaimana cara menginterpretasikannya dan bagaimana cara memakainya di aplikasi trading. Yuk simak!
Pengertian Stochastic Oscillators
Stochastic oscillator (indikator stokastik) adalah indikator teknis yang membandingkan harga penutupan suatu aset dengan harga tertinggi dan terendahnya dalam periode tertentu. Logikanya cukup sederhana, jika trend naik maka harga penutupan akan mendekati harga tertinggi, dan sebaliknya.
Stochastic oscillator masuk ke dalam kategori leading indicator atau indikator yang menemukan sinyal sebelum pergerakan harga aset benar-benar terjadi. Maka dari itu, umumnya indikator ini digunakan untuk menentukan kapan harus jual dan kapan harus beli.
Indikator ini pertama kali ditemukan oleh George Lane, seorang trader asal Amerika Serikat pada tahun 1950. Dalam hal ini, Lane menyebutkan bahwa stochastic oscillator bagus untuk digunakan dalam menganalisis pergerakan harga selama 14 periode. 14 periode ini bisa berbentuk 14 menit, 14 jam atau bahkan 14 hari dan minggu.
Rumus Stochastic Oscillators
Terdapat dua garis yang akan muncul di bawah kurva harga jika Anda menggunakan indikator ini. Dua garis tersebut adalah garis %K dan %D. %K disebut sebagai “fast stochastic indicator” dan %D disebut sebagai “slow stochastic indicator”. %K diperoleh dengan cara:
%K= ((C-L14)/(H14-L14)) x 100.
Keterangan:
%K : Fast stochastic indicator.
C : Harga penutupan aset paling terakhir.
H14 : Harga tertinggi aset tersebut selama 14 periode penghitungan.
L14 : Harga terendah aset selama 14 periode penghitungan.
Adapun %D diperoleh dari rata-rata %K selama 3 periode (3-period moving average).
Contohnya:
Diketahui harga tertinggi sebuah saham dalam 14 hari terakhir adalah Rp. 2.500, sementara harga terendahnya sebesar Rp. 1.750 dan harga penutupan terakhir sebesar Rp. 2250. Maka, nilai %K adalah:
%K = ((2.250-1.750)/(2.500-1.750)) x 100
%K = (500/750) x 100
%K = 66,6
Dalam kasus ini, sinyal trading akan terjadi apabila nilai rata-rata moving average yang digunakan (%D) juga 66,6. Karena itu artinya garis %K dan %D akan berpotongan.
Setting Stochastic Oscillators
Metatrader 4
Prosedur pengaturan indikator stokastik dapat berbeda-beda pada setiap aplikasi. Berikut adalah panduan untuk memasang indikator ini pada aplikasi Metatrader 4:
- Buka aplikasi MT4.
- Pilih aset yang ingin Anda periksa.
- Klik menu “insert” pada bagian kanan atas.
- Pilih “indicator”.
- Pilih “oscillators”.
- Pilih “stochastic”.
- Masukkan periode %K, %D, dan jenis moving average yang Anda inginkan.
- Klik “Ok”.
Menghitung Stochastic Indicators di Excel
Berikut adalah cara menghitung Stochastic Indicators menggunakan Excel:
- Siapkan tabel dengan 9 kolom.
- Kolom pertama berisi tanggal, kolom kedua berisi harga pembukaan, kolom ketiga berisi harga tertinggi, kolom keempat berisi harga terendah, dan kolom kelima berisi harga penutupan.
- Kolom keenam berisi harga tertinggi selama periode tertentu. Gunakan rumus =MAX(nomor sel awal:nomor sel akhir) untuk menghitung nilai tertinggi.
- Kolom ketujuh berisi harga terendah selama periode tersebut. Isi dengan rumus =MIN(nomor sel awal:nomor sel akhir).
- Kolom ke-8 berisi penghitungan %K. Hitung variabel ini dengan memasukkan data dari kolom sebelumnya ke dalam rumus %K.
- Kolom terakhir berisi %D. Gunakan rumus rata-rata (average) untuk menghitung nilai ini dengan mengambil data dari kolom %K (nomor sel awal hingga nomor sel akhir).
Cara Membaca Stochastic Oscillators
Gambar 1 di atas menunjukkan bagaimana tampilan indikator oscillator pada aplikasi trading yang Anda gunakan. Garis berwarna biru menunjukkan %K dan garis berwarna merah menunjukkan %D. Persilangan antara %K dan %D lah yang bisa menunjukkan sinyal jual atau beli.
Satu hal yang tidak ditunjukkan dalam gambar di atas adalah skor yang digunakan dalam indikator stokastik. Skor indikator stokastik berkisar antara 0-100 dengan skor di bawah 20 terbilang oversold (lebih banyak yang jual dibanding yang beli) dan skor di atas 80 terbilang overbought (lebih banyak yang beli dibanding yang jual).
Meskipun demikian, nilai indikator stokastik yang tinggi atau rendah tidak melulu menunjukkan adanya potensi pembalikan (reversal). Oleh sebab itu, sebaiknya Anda tetap menggunakan sinyal lain sebagai konfirmasi.
Kegunaan Stochastic Oscillators
- Untuk menjadi indikator overbought dan oversold. Overbought dan oversold adalah dua hal yang menunjukkan kalau supply dan demand aset tersebut sedang tidak seimbang sehingga berpotensi menghasilkan pembalikan trend.
- Untuk menunjukkan adanya divergence. Divergence dalam indikator stokastik digambarkan dengan bentuk gelombang high dan low. Apabila antara satu gelombang high dan low ada penurunan, maka itu artinya momentum trend yang sedang berlangsung juga menurun. Di sisi lain kalau besaran gelombang semakin meningkat, maka momentum trend terkait juga sedang meningkat. Divergence ini bermanfaat untuk mengantisipasi perubahan trend. Misalnya, kalau kurva harga aset menunjukkan penurunan tapi kurva indikator stokastik dibawahnya menunjukkan lower low, maka bisa jadi ada kemungkinan permintaan mulai naik sehingga harga akan berbalik naik.
- Indikator stochastic termasuk leading indicator sehingga bisa dijadikan pertimbangan oleh trader dalam mengambil keputusan trading sebelum terjadinya perubahan harga.
Perbedaan Stochastic Oscillator dengan RSI
Baik indikator stokastik maupun indikator relative strength index (RSI) sama-sama dapat digunakan untuk mengindikasikan apakah sebuah aset sedang overbought atau oversold dan divergence sehingga tidak heran kalau keduanya sering digunakan secara berdampingan.
Namun kedua indikator ini berbeda. Sebab, indikator stokastik berangkat dari asumsi bahwa harga penutupan akan bergerak ke arah yang sama dengan pergerakan trend sedangkan indikator RSI mengukur magnitudo perubahan harga. Maka dari itu, rumus yang digunakan kedua indikator ini juga berbeda.
Limitasi Stochastic Oscillators
Kekurangan utama dari indikator stokastik adalah seringnya indikator ini dalam memunculkan sinyal perdagangan palsu. Hal ini sering terjadi khususnya ketika pasar sedang sangat fluktuatif.
Untuk mengatasi hal ini, Anda bisa melengkapi analisis Anda dengan indikator teknis yang lain seperti relative strength index (RSI), bollinger bands atau bahkan dengan analisis fundamental yang mencukupi.
Misalnya, Anda baru akan membuka posisi jika indikator stokastik dan RSI sama-sama mengindikasikan adanya oversold dan overbought. Walau bagaimanapun, sinyal trading yang dihasilkan dari beberapa indikator sekaligus terbukti lebih komprehensif dibandingkan sinyal yang berasal dari satu indikator saja.