Dilansir dari Euro Change, saat ini ada 180 mata uang yang digunakan di 190 negara di seluruh dunia. Umumnya, 190 negara tersebut menerbitkan mata uang resminya masing-masing. Mata uang resmi tersebut hanya bisa dipakai di dalam batas-batas negara penerbit tersebut.
Misalnya, Bank Indonesia menerbitkan uang bernama rupiah. Rupiah hanya bisa dipakai di Sabang sampai Merauke, tidak bisa dipakai di Timor Leste, Papua Nugini atau Malaysia. Oleh sebab itu, apabila Anda ingin bepergian ke negara tetangga tersebut, Anda harus menukar rupiah dengan mata uang resmi mereka di money changer, begitupun sebaliknya.
Akan tetapi seiring dengan tingginya globalisasi saat ini, kini ada beberapa mata uang yang bisa digunakan sebagai alat tukar di banyak negara sekaligus dalam konteks tertentu. Mata uang seperti ini disebut dengan xenocurrency.
Pengertian Xenocurrency
Xenocurrency adalah mata uang yang dapat digunakan sebagai alat tukar di luar batas geografi maupun yurisdiksi negara penerbitnya. Biasanya, xenocurrency digunakan sebagai alat pembayaran perdagangan internasional. Nama lain dari istilah ini adalah foreign currency atau forex atau valuta asing alias valas.
Secara bahasa, xenocurrency berasal dari Bahasa Yunani “Xeno” yang berarti “luar negeri”. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Fritz Machlup, Presiden the International Economic Association pada tahun 1974. Akan tetapi karena konotasi negatif kata “xeno” di Bahasa Inggris, frasa foreign currency atau forex lebih sering digunakan dibandingkan dengan xenocurrency.
Saat ini istilah xenocurrency juga bisa diasosiasikan dengan dua mata uang, yaitu Euro dan cryptocurrency. Euro dapat diasosiasikan dengan istilah ini sebab mata uang tersebut merupakan alat tukar resmi di 19 negara berdaulat yang tergabung dalam Uni Eropa. Adapun cryptocurrency bisa diasosiasikan dengan xenocurrency karena pada dasarnya mata uang jenis baru ini tidak diterbitkan oleh bank sentral manapun dan dapat diperdagangkan di berbagai negara sekaligus.
Contoh Perdagangan Xenocurrency
Contoh sederhana perdagangan xenocurrency dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika Anda berangkat haji ke tanah suci. Alih-alih menggunakan rupiah untuk membeli berbagai oleh-oleh haji, Anda akan diminta untuk menukar uang Anda dengan Riyal terlebih dahulu.
Contoh lainnya adalah ketika sanak saudara Anda mengirim uang dari luar negeri ke Indonesia sebagai penghasilan menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Di penyedia jasa remitansi, seperti bank atau pos, uang tersebut akan ditukar menjadi rupiah terlebih dahulu sesuai dengan nilai tukar rupiah dengan mata uang terkait.
Dalam kasus yang sedikit kompleks, beberapa mata uang dunia, seperti dolar, yen atau euro banyak digunakan sebagai alat pembayaran ketika melakukan ekspor impor. Jika Anda mengimpor barang dari Jepang misalnya, Anda harus menggunakan yen atau ketika Anda mengekspor barang ke Amerika Serikat, Anda akan mendapatkan pembayaran dalam bentuk USD.
Selain perdagangan di dunia nyata, kini xenocurrency dapat dijadikan instrumen investasi dan trading. Beberapa bank di Indonesia kini telah menyediakan investasi deposito dalam bentuk valas, sementara saat ini perdagangan atau trading forex telah menjadi kegiatan trading yang diperbolehkan oleh BAPPEBTI.
Risiko Trading dan Investasi Xenocurrency
Anda tertarik trading dan berinvestasi pada xenocurrency? Berikut ini beberapa risiko dan tantangannya:
- Perubahan nilai tukar. Forex (istilah lain dari xenocurrency) adalah instrumen trading dengan tingkat likuiditas tertinggi di dunia. Ini artinya, perubahan harga pada instrumen yang satu ini juga bisa sangat cepat. Tidak hanya harian, nilai tukar valas bahkan bisa berubah dalam hitungan menit dan detik.
- Perubahan biaya transaksi. Dalam dunia trading forex, biaya transaksi ini dikenal dengan istilah spread. Banyak broker penyedia trading forex membebankan nilai spread ini dalam bentuk persentase terhadap nilai transaksi (float). Oleh karena itu, kalau jumlah transaksinya besar, spread juga akan berubah. Belum lagi fakta bahwa spread antara currency pair satu dan yang lainnya juga berubah. Selain spread, broker forex juga seringkali membebankan biaya komisi, khususnya apabila akun dalam kondisi tidak aktif.
- Risiko fundamental. Selain faktor yang terkait dengan permintaan dan penawaran forex, harga atau nilai tukar mata uang terhadap mata uang yang lain juga bisa berubah akibat hal-hal yang bersifat fundamental atau hal-hal yang mendasari perekonomian negara terkait. Faktor-faktor fundamental ini, seperti tingkat suku bunga acuan negara terkait, inflasi, kebijakan pajak, hingga stabilitas sosial, politik dan ekonomi negara terkait. Hal ini karena apapun kondisi ekonomi yang terjadi di suatu negara pasti akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.
Namun keuntungannya adalah, jika Anda sukses trading atau berinvestasi menggunakan xenocurrency, potensi keuntungan yang bisa Anda peroleh tinggi juga. Khususnya apabila kondisi perekonomian Indonesia sedang melemah, sehingga nilai tukar rupiah terhadap dolar naik, seperti saat ini.