Lompat ke konten
Daftar Isi

Cara Menggunakan Indikator Commodity Channel Index (CCI)

Cara Menggunakan Indikator Commodity Channel Index (CCI)

Ada banyak indikator oscillator yang bisa Anda gunakan untuk memperkirakan kondisi oversold (banyak yang jual tapi minim yang beli) atau overbought (banyak yang beli tapi sedikit yang jual). Selain relative strength index (RSI), average directional index (ADX), dan indikator stokastik, Anda juga bisa menggunakan indikator commodity channel index (CCI).

Apa itu indikator commodity channel index (CCI) dan bagaimana cara menggunakannya? Simak ulasannya berikut ya.

Pengertian CCI

Commodity channel index (CCI) adalah indikator momentum yang digunakan untuk memperkirakan kondisi oversold dan overbought dari pasar sebuah instrumen. Berbeda dengan RSI, skor CCI bisa minus hingga di atas 100 sehingga trader perlu mengidentifikasi sendiri kapan harga aset terbilang oversold dan overbought.

Indikator ini pertama kali dikembangkan oleh Donald Lambert pada tahun 1980 untuk mengidentifikasi trend musiman dalam pasar komoditas. Namun saat ini, indikator CCI sudah banyak digunakan untuk menganalisis pasar lain juga seperti, saham atau forex.

Rumus CCI

Rumus commodity channel index (CCI) adalah CCI = (1/0.05) x ((Pt-SMA (Pt))/MD(Pt)).

Di mana:

Pt = Typical price. Typical price diperoleh dari = (Phigh + Plow +Pclose)/3. 

SMA (Pt) = Simple moving average dari typical price. 

MD(Pt) = Rata-rata deviasi. Nilai MD bisa diperoleh dari Typical price dikurangi SMA. 

Cara Mencari Nilai CCI

Dalam menghitung nilai CCI, Anda disarankan untuk menggunakan aplikasi spreadsheet seperti Google Spreadsheet atau Microsoft Excel. Berikut ini caranya:

  1. Tentukan periode analisis. Umumnya periode analisis yang digunakan adalah 20 periode perdagangan. Periode yang lebih pendek jarang digunakan sebab, pada periode yang lebih pendek skor CCI cenderung lebih volatile sehingga berpotensi untuk memberikan sinyal palsu. 
  2. Cari harga tertinggi, terendah dan penutupan pada masing-masing periode perdagangan lalu hitung typical price-nya. 
  3. Setelah menghitung typical price selesai, maka hitung nilai moving average-nya. Caranya dengan menambahkan nilai typical price dalam 20 sesi perdagangan terakhir lalu dibagi dengan 20. Di aplikasi spreadsheet Anda bisa menggunakan rumus Average.
  4. Hitung nilai rata-rata deviasi-nya dengan cara:
    • Kurangi typical price masing-masing periode perdagangan dengan nilai MA. 
    • Hilangkan tanda positif dan negatifnya (dibuat absolut).
    • Lalu jumlahkan seluruh hasil pengurangan tersebut.
    • Setelah selesai dijumlahkan, maka dibagi dengan 20.
    • Di aplikasi spreadsheet Anda bisa menggunakan rumus Avedev saja.
  5. Masukkan nilai typical price yang terakhir, nilai SMA dan nilai deviasi rata-rata ke dalam rumus CCI di atas. Untuk tutorial praktiknya, Anda bisa membuka tautan di video dari Exfinsis.

Tahu cara menghitung nilai CCI ini penting sebab meskipun saat ini banyak aplikasi trading saham yang sudah menyediakan penghitungan indikator ini secara otomatis, namun dengan rumus di atas, Anda bisa tahu mengapa nilai CCI bisa berbeda dengan RSI atau indikator oscillator lainnya sehingga Anda bisa menggunakannya untuk menentukan keputusan yang tepat.

Cara Menggunakan Indikator Commodity Channel Index (CCI)

1. Baca skornya

Indikator commodity channel index (CCI) hanya terdiri dari satu garis dan beberapa nilai panduan yang terletak di bawah kurva harga. Pergerakan garis tersebut bisa menyentuh angka di atas 100 maupun angka minus. Berikut ini contoh gambarnya:

Contoh commodity channel index atau CCI
Gambar 1: Contoh commodity channel index atau CCI (Sumber: Wikipedia)

Apabila garis CC bergerak dari minus atau sedikit di atas 0 hingga lebih dari 100, maka itu artinya ada trend bullish baru yang sedang terbentuk. Begitu pula apabila garis CCI bergerak turun dari 100 hingga menyentuh 0 atau bahkan negatif, maka ada potensi trend penurunan harga (bearish trend).

Untuk membaca CCI, Anda harus memiliki ilmu membaca grafik candlestick.

2. Overbought dan oversold

Beberapa pihak menyebutkan bahwa apabila garis CCI ini menembus angka 100, maka itu artinya overbought (banyak yang beli tapi nggak ada yang jual). Sebaliknya, kalau harga tembus di bawah 0 (minus), maka tandanya oversold. Baik overbought maupun oversold mengindikasikan kalau trend harga akan segera berbalik. 

Namun beberapa sumber lain menyebutkan bahwa indikator CCI tidak bisa mengidentifikasi overbought dan oversold secara rinci karena nilainya yang tidak terbatas (bisa minus dan lebih dari 100) sehingga trader harus melihat riwayat perkembangan CCI harga aset terkait. 

3. Divergence

Kegunaan lain dari indikator CCI adalah mengukur kekuatan trend yang sedang berlangsung. Trend pergerakan harga saham terbilang kuat apabila garis CCI bergerak searah dengan pergerakan kurva harga. Pergerakan ini bisa menandakan divergence berupa bullish maupun bearish.

Sebaliknya, apabila garis CCI bergerak ke arah yang berlawanan dengan trend harga, itu artinya kekuatan trend yang sedang berlangsung lemah sehingga berpotensi adanya pembalikan (reversal). 

Kekurangan CCI

Seperti indikator teknis pada umumnya, indikator CCI juga lebih baik digunakan bersamaan dengan indikator teknis lainnya. Alasannya adalah:

  1. Nilai overbought dan oversold dalam indikator ini bersifat subjektif. Seperti yang telah disebutkan di atas, hal ini disebabkan nilai CCI yang tidak terbatas (bisa minus dan di atas 100) sehingga tergantung jenis aset yang sedang diperdagangkan. 
  2. Volatilitas garis CCI tergantung dengan time frame yang digunakan karena memang indikator ini ditujukan untuk mengidentifikasi tren musiman. Semakin pendek time frame, maka semakin volatile garis CCI. Akan tetapi, hal ini bukan berarti semakin panjang time frame dan semakin lurus garis CCI semakin bagus. Alasannya adalah tidak menutup kemungkinan garis CCI yang lurus dan panjang gagal menangkap momentum musiman yang bisa menguntungkan trader. Oleh sebab itu, banyak trader yang menggunakan CCI dengan time frame sedang seperti 20 periode perdagangan (1 bulan) saja.
  3. Indikator CCI termasuk ke dalam lagging indicator atau indikator yang seringkali muncul setelah pergerakan harga terjadi. Indikator jenis ini cocok untuk sinyal konfirmasi tetapi kurang cocok untuk sinyal antisipasi karena bisa jadi ketika indikator CCI memberikan sinyal, pergerakan harga yang dimaksud sudah terjadi. 
  4. Potensi sinyal palsu atau whipsaw. Karena termasuk lagging indicator, indikator CCI juga berpotensi untuk memunculkan whipsaw. Fenomena whipsaw terjadi apabila kurva harga tidak bergerak sesuai dengan arah yang diperkirakan oleh CCI, akibatnya sinyal palsu muncul. 

Untuk mengatasi hal ini, Anda bisa menggunakan CCI bergantian atau bersamaan dengan indikator oscillator lainnya seperti, bollinger band, RSI atau ADX. Sebab meskipun sama-sama tampil sebagai garis di bawah kurva harga, rumus CCI berbeda dengan RSI dan ADX sehingga tidak menutup kemungkinan bisa saling melengkapi. 

Kesimpulan

Commodity channel index (CCI) adalah indikator oscillator yang bisa dipakai untuk mengidentifikasi kekuatan trend harga dan potensi pembalikan. Indikator ini hanya terdiri dari 1 garis yang terletak di bawah kurva harga dan bisa bergerak ke angka di atas 100 maupun minus. Supaya hasil analisis lebih akurat, indikator CCI harus dibarengi dengan indikator teknis lain.

Farichatul Chusna

Farichatul Chusna

Setelah lulus dari Ilmu Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Farichatul Chusna aktif sebagai penulis artikel ekonomi, investasi, bisnis, dan keuangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *