Lompat ke konten
Daftar Isi

Cara Menghitung Harga Wajar Saham, Menentukan Murah atau Mahal

Menentukan Harga Wajar Saham

Menghitung harga wajar saham merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh investor untuk mengetahui berapa nilai yang pantas sebuah saham. Dengan mengetahui apakah sebuah saham sedang undervalued atau overvalued, seorang investor dapat dengan mudah menganalisis valuasi perusahaan dan menentukan emiten mana yang layak dikoleksi.

Untuk menentukan nilai wajar sebuah saham, seorang investor perlu melakukan analisis fundamental saham dengan menggunakan metode nilai intrinsik ala Benjamin Graham dan menganalisis rasio keuangan perusahaan.

Rasio Keuangan Dalam Menghitung Harga Wajar Saham

Untuk mengetahui apakah sebuah saham sudah dihargai sesuai atau tidak, para investor, baik pemula maupun profesional, sering menggunakan beberapa rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut antara lain meliputi EPS, PBV, PER, dan ROE, yang memungkinkan investor untuk memperoleh informasi tentang kinerja perusahaan baik dalam tahun berjalan maupun periode sebelumnya.

Untuk investor pemula, sangat disarankan untuk memahami perhitungan rasio keuangan ini agar dapat membuat keputusan investasi yang lebih matang sebelum membeli saham melalui aplikasi online.

Terdapat beberapa faktor yang biasanya menjadi pertimbangan investor dalam membeli saham, seperti jumlah aset atau kekayaan bersih perusahaan, jumlah utang, dan jumlah pendapatan yang diperoleh dari tahun ke tahun. Dalam menghitung valuasi perusahaan, kombinasikan pengetahuan ini agar mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif tentang emiten yang dituju.

Melalui valuasi saham yang tepat, investor dapat memperoleh panduan yang lebih jelas dalam membeli saham dengan harga yang terjangkau dan menghindari saham dengan valuasi yang mahal.

Cara Menghitung Harga Wajar Saham dengan Rasio Keuangan

Berikut 4 cara untuk menghitung harga wajar saham yang mudah bagi investor pemula.

Earnings Per Share (EPS)

Earnings Per Share (EPS) adalah rasio keuangan yang mengukur pendapatan bersih perusahaan dalam setahun setelah dikurangi dividen untuk saham preferen, kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar. EPS juga dapat diartikan sebagai jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham.

Dengan kata lain, EPS adalah rasio untuk mengetahui berapa jumlah laba bersih yang didapat dari setiap lembar saham yang beredar. Jadi semakin tinggi pendapatan perusahaan, maka nilai EPS nya akan semakin besar.

Dari perhitungan EPS kita bisa mengetahui bagaimana prospek pendapatan perusahaan dari tahun ke tahun. Sebagai contoh, mari kita ambil kasus Perusahaan A yang memiliki nilai EPS sebesar Rp. 850 per saham. Hal ini berarti bahwa setiap lembar saham Perusahaan A menghasilkan laba sebesar Rp. 850.

Lalu bagaimana cara menghitung Earnings Per Share untuk menentukan apakah sebuah saham mahal atau murah?

Earning Per Share (EPS) = (Laba bersih – Dividen preferen) / Jumlah saham yang beredar pada akhir periode

Price to Book Value (PBV)

PBV atau Price to Book Value adalah rasio harga saham terhadap nilai buku (nilai aset dalam pembukuan) perusahaan. Nilai buku diperoleh dari Aktiva – Kewajiban. Misalnya perusahaan A memiliki total aset / aktiva senilai 135.000.000, kemudian total kewajiban sebesar 50.000.000, jadi sisa kekayaan perusahaan adalah 85.000.000. Jika suatu saat perusahaan A dijual, maka sisa kekayaan tersebut yang akan dibagikan kepada seluruh pemegang saham.

Melalui PBV kita bisa melihat apakah harga saham suatu emiten tersebut sesuai dengan jumlah nilai aset yang dimiliki perusahaan saat ini. Sehingga perhitungan PBV termasuk salah satu rasio keuangan yang biasa digunakan para investor untuk menghitung harga wajar saham dan sebagai pertimbangan dalam memilih suatu saham.

Umumnya hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa suatu emiten memiliki nilai PBV lebih dari 1, maka harga suatu saham dinyatakan mahal atau overvalued. Sebaliknya, jika nilai PBV kurang dari 1, maka harga saham termasuk murah atau undervalued.

Misalnya diketahui nilai PBV sebesar 2x, artinya harga saham sudah mencapai 2 kali lipat dibandingkan nilai aset atau kekayaan bersih perusahaan.

Lalu bagaimana cara menghitung PBV? Simak penjelasan rumus dan contoh PBV berikut ini.

Price to book Value (PBV) = Harga Saham / Nilai Buku perlembar saham

Contoh: Bank BRI memiliki harga saham 3.930 dan nilai buku per lembar saham 1.600 maka nilai PBVnya adalah 3.930 / 1.600 = 2.45.

Bagi para investor, terutama bagi investor pemula yang ingin menilai harga wajar saham menggunakan Price-to-Book Value (PBV), disarankan untuk memperhatikan nilai PBV pada industri yang sejenis. Jika nilai PBV pada industri tersebut tidak berbeda jauh, maka harga saham tersebut masih dapat dikatakan wajar.

Hal ini dikarenakan setiap jenis industri memiliki nilai wajar PBV yang berbeda-beda. Sebagai contoh, industri keuangan dan pembiayaan biasanya memiliki nilai PBV yang lebih dari 1. Hal ini disebabkan karena aset atau kekayaan pada industri perbankan umumnya bukan dalam bentuk aset tetap, melainkan berupa aset finansial seperti investasi, pembiayaan kredit, dan tagihan.

Sebagai contoh, PBV bank BCA mencapai hampir 5 kali lipat, namun saham BCA masih tetap diminati oleh para investor karena optimis dengan kinerja industri perbankan yang dijalankan oleh BCA. Oleh karena itu, nilai PBV yang tinggi pada industri ini tidak selalu dianggap overvalued dan berpotensi merugikan.

Price to Earnings Ratio (PER)

Alternatif cara menghitung berapa harga wajar sebuah saham dapat menggunakan Price to Earnings Ratio (PER). Analisis teknikal PER juga direkomendasikan untuk para investor pemula untuk melihat suatu saham apakah layak dibeli atau tidak.

Apa itu PER? PER adalah rasio untuk menilai emiten berdasarkan harga saham terhadap laba bersihnya atau Earning Per Share (EPS). Seperti pada perhitungan PBV, untuk mencari harga wajar saham menggunakan PER sebaiknya dengan membandingkan PER dengan industri yang sejenis. Jika diketahui nilai PER perusahaan tidak jauh berbeda dengan perusahaan sejenis, maka harga saham bisa dianggap wajar.

Rumus PER adalah:

Price To Earnings Ratio (PER) = Harga Saham / Laba Per Saham (EPS)

Jika PER suatu perusahaan lebih besar dari rata-rata perusahaan sejenis, maka harga saham dianggap mahal. Sebaliknya, semakin kecil nilai PER suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan sejenis, maka harga saham dianggap murah.

Perhitungan PER dapat memberikan gambaran bahwa harga saham Rp. 3000 kadang-kadang bisa lebih murah dibandingkan dengan harga saham Rp. 400. Hal ini dikarenakan harga saham Rp. 3000 mungkin memiliki nilai PER sebesar 10x, sedangkan harga saham Rp. 400 memiliki PER sebesar 17x.

Namun saat ini, untuk memeriksa kewajaran harga saham, telah tersedia berbagai aplikasi dan situs web yang menyediakan laporan saham lengkap dengan analisis fundamental secara otomatis, seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal ini memudahkan investor, terutama bagi investor pemula, untuk melakukan penilaian saham secara lebih akurat dan efisien.

Return On Equity (ROE)

Valuasi ROE berfungsi untuk mengukur kemampuan pada suatu perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi yang disetorkan oleh pemilik saham. Jadi semakin besar nilai ROE maka menunjukkan bahwa perusahaan bisa mengelola modal dengan baik dan menghasilkan laba yang besar.

Rumus ROE adalah:

Return On Equity (ROE) = Laba Bersih Setelah Pajak / Total Ekuitas

Contohnya:

Perusahaan A memiliki modal dari pemegang saham biasa sebesar Rp. 500.000.000 dan bisa menghasilkan laba bersih sebesar Rp.300.000.000. Maka ROE nya adalah

Rp. 300.000.000 / Rp. 500.000.000 = 0.6 atau 60% ROE.

Maka rasio pengembalian modal dari Perusahaan A adalah sebesar 60%.

Pratomo Eryanto

Pratomo Eryanto

Pratomo Eryanto memiliki motto "Investasi tidak harus membosankan". Sebagai penggiat dunia pasar saham, Pratomo memiliki misi meningkatkan literasi finansial masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *