Lompat ke konten
Daftar Isi

Earnings Per Share (EPS): Pengertian, Cara Menghitung, dan Contoh

Rasio Earnings Per Share

Banyak istilah dalam dunia saham yang harus dikuasai investor. Salah satunya adalah Earnings Per Share (EPS) yang sering menjadi bagian dari analisis fundamental. Rasio ini adalah aspek penting untuk analisa fundamental dalam menghitung kinerja emiten.

Pengertian Earnings per Share (EPS)

Earnings Per Share (EPS) adalah rasio keuangan yang mengukur pendapatan bersih suatu perusahaan dalam satu tahun dibagi dengan jumlah rata-rata lembar saham yang beredar. Nilai EPS memberikan gambaran mengenai profitabilitas perusahaan dengan cara melihat laba bersih yang dihasilkan per lembar saham.

Ketika seorang investor saham melakukan analisis fundamental, nilai EPS menjadi faktor yang paling penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan nilai EPS dapat memberikan gambaran tentang keuntungan dan kerugian perusahaan dalam satu periode tertentu. Dengan demikian, investor dapat mengevaluasi performa suatu perusahaan dengan melihat nilai EPS yang dihasilkan.

Nilai yang didapat bisa digunakan investor untuk menghitung harga wajar saham. Bila angka EPS negatif artinya emiten itu merugi, jika positif artinya emiten untung. Bila menjumpai saham dengan nilai EPS negatif, investor pasti akan langsung meninggalkannya.

EPS adalah tool analisis tingkat profitabilitas perusahaan menerapkan metode laba konvensional. EPS merupakan diantara dua alat ukur yang kerap diandalkan dalam menilai saham bersama dengan nilai Price Earning Ratio (PER).

Faktor yang mempengaruhi earning per share adalah tingkat revenue yang dimiliki sebuah emiten. Di sebuah perusahaan, earnings per share lazimnya sebanding dengan revenue. Karena melihat jumlah keuntungan emiten, EPS termasuk dalam rasio profitabilitas.

Berarti, jika perusahaan dapat memperoleh revenue besar otomatis angka EPS perusahaan itu pun besar. Namun, bila earnings per share perusahaan rendah, otomatis besaran revenue dari perusahaan itu pun kecil. Di samping revenue, aspek yang lain misalnya profit margin pun dapat digunakan untuk pertimbangan ketika mengadakan perhitungan keuntungan perusahaan.

Skala perusahaan tidak selalu dapat dijadikan acuan utama dalam menentukan besar kecilnya nilai EPS perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan besar pun tidak selalu menjamin memiliki nilai EPS yang tinggi. Di sisi lain, perusahaan kecil juga tidak selalu memberikan angka earnings per share yang rendah. Hal tersebut tergantung pada besaran keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dan total saham yang dikeluarkan.

Manajemen perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mengoperasikan perusahaan secara efektif sehingga dapat mencapai laba maksimal dan memberikan nilai EPS yang tinggi. Investasi dalam saham dengan nilai EPS yang tinggi umumnya lebih menarik bagi investor. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk melakukan analisis fundamental yang cermat sebelum melakukan investasi pada saham perusahaan.

Cara Menghitung Earnings per Share

Mencari hasil EPS untuk saham cukup menggunakan formula sederhana.

Rumus Earnings Per Share adalah EPS = laba bersih / jumlah saham beredar.

Yang kadang menjadi masalah adalah menentukan berapa sebenarnya jumlah saham beredar yang dimiliki emiten. Ada sejumlah faktor yang mengakibatkan munculnya perubahan jumlah saham beredar bila dibanding ketika perusahaan itu didirikan. Ada beberapa aksi korporasi yang membuat jumlah saham beredar bisa meningkat yaitu:

  • Saham Awal: Merupakan jumlah saham yang dikeluarkan pertama kali ketika perusahaan didirikan melalui akte notaris.
  • Saham IPO (Initial Public Offering): Merupakan jumlah saham yang ditawarkan oleh perusahaan baru di bursa saham.
  • Saham Right Issue: Merupakan aksi korporasi berupa penerbitan saham baru setelah perusahaan menjual sahamnya di bursa, yang bertujuan untuk meningkatkan modal.
  • Saham ESOP (Employee Stock Ownership Plan): Merupakan bonus berupa saham yang diberikan kepada karyawan.
  • Saham Warrant: Merupakan opsi kepemilikan yang dapat dikonversi ke saham. Biasanya, saat perusahaan menyelenggarakan right issue, perusahaan akan memberikan bonus berupa warrant kepada investor yang ingin memanfaatkan hak memesan efek terlebih dahulu atas right issue tersebut.
  • Saham Convertible Bond: Merupakan bentuk hutang yang dapat dikonversi ke saham ketika hutang tersebut sudah jatuh tempo.

Contoh Perhitungan Earnings Per Share

Pada Januari 2022, PT. Berdikari memiliki 1,5 milyar lembar saham yang beredar. Pada awal Desember 2022, perusahaan mengadakan aksi right issue dan mengeluarkan 6 milyar lembar saham baru. Pada tahun 2023, PT. Berdikari merilis laporan keuangannya yang menyatakan laba bersih sebesar Rp800 milyar selama tahun 2022. Berapakah nilai EPS PT. Berdikari?

Untuk menghitung nilai EPS dasar, kita dapat membagi laba bersih dengan total rata-rata saham beredar secara tertimbang (weighted average) pada tahun 2022. Jumlah saham beredar dihitung dengan mempertimbangkan jumlah saham pada setiap periode di mana saham beredar berubah.

Jika kita menganggap jumlah saham awal adalah 1,5 milyar lembar saham selama 365 hari pada tahun 2022, dan jumlah saham right issue adalah 6 milyar lembar saham selama 31 hari sejak 1 Desember 2022, maka total rata-rata saham beredar adalah:

[ ( 1,5 milyar x 365) + (6 milyar x 31) ] / [365+31] = 733,5 milyar / 396 = 1.852.272.272

Dengan demikian, nilai EPS dasar adalah:

800.000.000.000 / 1.852.272.272 = Rp431,90

Namun, jika kita menghitung EPS terdilusi dengan menganggap semua saham beredar pada akhir tahun (31 Desember 2022) adalah 7,5 milyar lembar, maka nilai EPS terdilusi adalah:

800.000.000.000 / 7.500.000.000 = Rp106,6

Perlu dicatat bahwa nilai EPS dasar dan terdilusi memberikan informasi yang berbeda tentang profitabilitas perusahaan, dan investor harus mempertimbangkan kedua nilai ini sebelum membuat keputusan investasi.

Terlihat perbedaan yang signifikan antara nilai EPS dasar dan terdilusi. Pada tahun berikutnya, nilai EPS akan ditentukan oleh total jumlah saham yang beredar karena kedua nilai tersebut sudah berusia 365 hari.

Nilai EPS dasar mungkin bermanfaat bagi manajemen perusahaan untuk menilai kinerja keuangan tahun tersebut, tetapi untuk investor, nilai EPS terdilusi lebih sesuai untuk menganalisis kinerja perusahaan di masa depan, karena secara teori, nilai laba per saham harus dibagi dengan seluruh saham yang beredar.

Sebagai contoh, jika pada tahun 2021 PT. Berdikari melaporkan nilai EPS dasar atau terdilusi senilai Rp90, investor pasti akan kaget melihat peningkatan nilai EPS yang spektakuler yang dilaporkan di media. Perhitungannya adalah sebagai berikut:

Pertumbuhan nilai EPS dasar adalah (431,9 – 90) / 90 = 379,8%

Pertumbuhan nilai EPS terdilusi adalah (106,6 – 90) / 90 = 18,4%

Biasanya, media hanya melaporkan pertumbuhan nilai EPS dasar yang mencapai 379,8%, sementara kenyataannya hanya 18,4%. Hal ini dapat menyebabkan investor mengambil keputusan yang salah terkait dengan nilai EPS tersebut.

Lalu, bagaimana investor dapat menggunakan nilai Earnings per Share untuk mengambil keputusan terkait saham yang akan dibelinya? Caranya cukup mudah, yaitu dengan membandingkan nilai EPS yang diperoleh pada tahun ini dengan nilai EPS pada periode sebelumnya.

Jika nilai EPS mengalami kenaikan, ini menunjukkan bahwa emiten tersebut mengalami pertumbuhan usaha yang diperkirakan juga akan terjadi di tahun mendatang.

Melvern Pradana

Melvern Pradana

Melvern Pradana adalah seorang investor yang aktif menanam modal di pasar saham, cryptocurrency, P2P lending, dan reksa dana. Idolanya adalah Warren Buffett dan Peter Thiel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *